MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Di sudut rumah jabatan wali Kota Minggu (12/2) pagi kemarin, mendadak dipenuhi oleh balita. Rupanya diadakan Skrining Risiko Stunting Balita yang digelar oleh Dinas Kesehatan Kota Malang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang dr. Husnul Muarif menjelaskan, skrining ini digelar sebagai bagian untuk mendukung program prioritas nasional yakni menekan angka kasus stunting, utamanya di Kota Malang. Disamping juga untuk memanfaatkan animo masyarakat yang tengah berkunjung ke rumah dinas Wali Kota Malang yang telah dibuka untuk umum saat CFD.
“Stunting disini kan pemeriksaan ya. Jadi tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur. Kemudian kita siapkan dokter anak di sini. Sehingga dikonsultasikan juga kepada dokter anak. Ada tidak dia penyakit bawaannya, yang menentukan nanti bahwa dia benar benar stunting apa bukan,” jelas Husnul kepada Malang Posco Media.
Dikatakan Husnul, tiap kecamatan di Kota Malang ini terdapat balita yang mengalami risiko stunting. Sehingga seluruh puskesmas, yakni 16 puskesmas yang ada di Kota Malang pun mengirimkan tiga balita untuk menjalani skrining kemarin. Totalnya ada 48 balita yang menjalani skrining.
“Sehingga khusus hari ini yang gizi buruk yang kita datangkan. Artinya yang di KMS (Kartu Menuju Sehat) nya berada di bawah garis merah. Itu nanti kita lakukan pemeriksaan lagi sama dokter spesialis anak. Kemudian kita test lagi mantoux untuk mengetahui indikasi ada kuman TB atau tidak yang masuk ke tubuhnya,” tukasnya.
Untuk treatmen selanjutnya, Husnul mengatakan bakal dilakukan koordinasi dan pemeriksaan lebih lanjut. Baik di puskesmas maupun jika perlu dikonsultasikan dengan RSUD Kota Malang yang juga telah memiliki dokter anak. Selain intervensi rutin di bidang kesehatan seperti ini, untuk intervensi spesifiknya tentang bagaimana perbaikan gizi juga tetap dilakukan agar menekan kasus stunting.
Diungkapkan Husnul, angka stunting di Kota Malang sendiri terakhir di angka 9,08 persen pada Desember 2022. Total balita di Kota Malang sendiri setidaknya ada sekitar 47 ribu balita. Angka stunting ini bisa disebut rendah lantaran di tingkat provinsi angka stunting berkisar 13 persen.
Ia pun menegaskan, untuk meminimalisir adanya kasus stunting, tentu pihaknya tidak bisa bekerja sendiri. Perlu sinergi dengan berbagai pihak yang terus dibangun agar tercapai target yang diharapkan.
“(Target) Paling tidak nanti bisa turun di dua digit lah. Di angka 6 atau 7 persen itu nanti kita evaluasi di bulan timbang, ada di bulan Februari dan bulan Agustus,” ungkapnya.
Salah satu yang mengikuti skrining, Dewi Umayah warga Kebalen Wetan mengatakan dirinya ikut skrining karena pemeriksaan sebelumnya putranya dinyatakan beratnya kurang memenuhi kriteria ideal. Karena kesehatan anak begitu penting, ia pun segera mengikuti skrining untuk anaknya berusia 2 tahun ini.
“Tadi periksa berat badan terus tinggi badan sama diperiksa TBC. Karena data dari puskesmas kemarin berat badannya kurang, jadi disarankan ikut skrining. Tadi disampaikan pola makan supaya diatur terus nanti lihat hasilnya sekitar dua Minggu lagi,” jelas Dewi. (ian/aim)