MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Sejak pekan lalu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah memiliki para wakil rektor baru. Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si selaku rektor telah melantik lima wakil rektor dan sekretaris rektor. Bersama rektor kelima wakil rektor berkomitmen melanjutkan pengembangan pendidikan selama lima tahun ke depan.
Rektor UMM Nazaruddin mengatakan bahwa UMM tidak akan kekurangan orang-orang cerdas. Apalagi memang Kampus Putih dibentuk dari berbagai macam aspek sumber daya manusia yang unggul. Maka dari itu, kerjasama antar SDM menjadi kunci dan mendorong generasi menuju kemajuan.
“Tanpa adanya kita semua, organisasi pendidikan UMM ini tidak akan pernah berjalan. Adapun sebagai lembaga pendidikan, UMM harus mampu memberi sinar, energi, dan kekuatan untuk mencetak generasi emas masa depan. Semoga kita semua mampu memperkuat komitmen Muhammadiyah untuk mengembangkan pandangan dan misi Islam berkemajuan,” katanya.
Para wakil rektor yang baru dilantik, antara lain Wakil rektor I UMM Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Teknologi Digital diemban Prof. Akhsanul In’am, Ph.D. dan wakil rektor II dipercayakan pada Dr. Ahmad Juanda, Ak., M.M., CA., yang bertanggungjawab di bidang bidang umum dan keuangan.
Sementara itu, Dr. Nur Subeki, M.T. tetap dipercaya untuk melanjutkan kiprah sebagai wakil rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni. Di bidang riset, pengabdian, dan kerjasama UMM ada nama Muhamad Salis Yuniardi, M.Psi, PhD, sebagai wakil rektor IV.
Sementara itu, yang menjabat sebagai wakil rektor V ialah Prof. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si. yang bertanggungjawab pada aspek pembinaan AIK dan pengembangan SDM. Terakhir, jabatan sekretaris Kampus Putih kini dipercayakan pada Prof. Dr. Sidik Sunaryo, M.Si., M.Hum.
Dalam sambutannya, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc. menjelaskan bahwa ada 95 perguruan tinggi unggul di Indonesia dan 11 di antaranya adalah Muhammadiyah. Jika dilihat lebih teliti, ormas keagamaan yang memiliki universitas unggul adalah Muhammadiyah dan juga dari Kristen Katolik. Hal itu dikarenakan keduanya telah matang secara kelembagaan.
“Hal menarik lainnya adalah bahwa banyak perguruan tinggi Muhammadiyah yang didirikan oleh daerah-daerah tapi pengelolaannya dari pusat. Dari pusat tidak memberikan uang, tapi mengontrol. Sementara rektor di tiap perguruan tinggi juga tidak protes dan ikhlas. Etos inilah yang seringkali dianggap aneh oleh teman-teman dari luar negeri,” katanya.
Nurmandi menambahkan, dari 11 PTMA yang unggul itu hanya ada empat yang masuk di ranking Asia. Di antaranya UMM, UMY, UAD, dan UMS. Hal ini penting sebagai rekognisi internasional terhadap Muhammadiyah dalam mengelola pendidikan tinggi. Terkait wakil rektor, ia menjelaskan bahwa warek memang teknokratis atau menguasai bidangnya. “Meski begitu, juga ada sisi politisnya, yakni bagaimana menjadi opinion leader. Semoga UMM bisa semakin berprestasi di masa yang akan datang,” tandasnya. (imm)