spot_img
Tuesday, September 17, 2024
spot_img

Kemarau, Awas Amuk Si Jago Merah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Puncak musim kemarau, warga diingatkan waspada kebakaran. Apalagi jumlah kejadian kebakaran di wilayah Kabupaten Malang melonjak pada bulan Agustus.

Kebakaran diprediksi masih mengancam hingga bulan November mendatang lantaran pengaruh cuaca yang panas. Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (PPK) Sat Pol PP Kabupaten Malang mencatat, sepanjang tahun 2024 terdapat 78 kejadian kebakaran. Dampaknya lima korban mengalami luka-luka dan satu orang meninggal dunia.

Kejadian kebakaran tercatat selalu meningkat terbilang drastis setiap bulannya sejak April hanya empat kejadian kebakaran. Di bulan Mei enam kejadian. Bulan berikutnya Juni naik menjadi sembilan, Juli 14 kejadian, dan bulan Agustus 19 kejadian kebakaran.

Rata-rata si jago merah menyasar ke bangunan rumah permukiman dan lahan. Perambatan api akibat aktivitas pembakaran sampah tidak diawasi dan korsleting listrik paling banyak penyumbang penyebab kebakaran.

“Kebakaran memang sebagian besar terjadi karena kelalaian, termasuk aktivitas bakar-bakar sampah yang tidak diawasi,” beber Kabid PPK Sat Pol PP Kabupaten Malang, Sigit Yuniarto saat ditemui, Kamis (5/9) kemarin.

“Sebenarnya pembakaran sampah itu tidak boleh, harus diolah,” sambungnya. Disampaikan Sigit, bila masih banyak masyarakat memilih membakar sampah lantaran kurangnya fasilitas, terutama di desa-desa yang belum terjangkau fasilitas pengelolaan sampah.  

“Ketika fasilitas itu tidak tersedia oleh pemerintah bagaimana masyarakatnya, apakah  masyarakat dituntun bisa mengelola sampah secara mandiri semua, gak semua seperti itu,” lanjutnya.

Diakui Sigit, Memang problematika kompleks. Namun bila masyarakat melakukan aktivitas pembakaran sampah, harus diawasi. Sementara itu, kejadian kebakaran diprediksi masih tinggi hingga bulan November mendatang lantaran pengaruh cuaca yang panas.

“Mulai Agustus hingga bulan November cuaca panas. Ini memang sudah siklus tahunan. Warga agar meningkatkan kewaspadaan,”  pesan Sigit.

Begitu juga di Kota Malang, warga diimbau meningkatkan kewaspadaan. Termasuk kebiasaan membakar sampah sembarangan.   Pasalnya,  ini akan memengaruhi besar api, dari kebiasaan masyarakat membakar sampah di ruang terbuka.

Seperti halnya kejadian kebakaran lahan yang menghebohkan warga Jalan Teluk Etna Kecamatan Blimbing Kota Malang, kemarin. Kobaran api dan asap hitam tebal, membumbung tinggi di tengah semak belukar.

“Kami mendapatkan informasi sekitar pukul 10.35 WIB, terkait adanya kobaran api di sebuah lahan kosong. Namun, karena lokasinya dekat dengan pemukiman, maka hal ini harus segera tertangani,” ujar Kepala UPT Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Malang, Agoes Soebekti.

Pihaknya bahkan harus mengerahkan sebanyak 15 personel, dengan lima unit truk armada. Pihaknya harus berjibaku dengan api, sekaligus melawan kobaran api yang membara karena terkena hembusan angin kencang.

“Api berhasil kami lokalisir sehingga tidak sampai merambat ke objek lainnya. Api kemudian kami kunci, dan langsung dipadamkan petugas,” jelasnya.

PMK  membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk bisa memadamkan api. Selain itu, petugas juga sudah memastikan bahwa tidak ada titik api tersembunyi alias hidden fire.

“Kami berhasil memadamkan api secara keseluruhan sekitar pukul 11.28 WIB dengan menggelontorkan sekitar 4.000 liter air. Tidak ada korban luka maupun jiwa dalam kejadian tersebut,” lanjut Agoes.

Diketahui sekitar 11 kejadian kebakaran terjadi selama Agustus 2024 dan satu kebakaran lahan di awal September 2024. Dari 11 kejadian di bulan lalu, empat di antaranya kebakaran lahan.

Penyebabnya mayoritas karena  membakar sampah, yang tidak diawasi. Ketika api menyala, kemudian tiba tiba membesar karena terkena hembusan angin kencang.

“Kemudian api ini menyambar benda-benda mudah terbakar. Sehingga api semakin besar dan membuat api tak terkendali. Ini yang berbahaya karena bisa merambat ke objek lain, seperti bangunan rumah atau semacamnya,” jelasnya.

Mencegah adanya hal itu, masyarakat diimbau tidak lalai saat berurusan dengan api. Baik saat membakar sampah maupun aktivitas lainnya. Sehingga apabila api sudah mulai terlihat membesar, bisa segera dipadamkan.

“Mari kita jaga bersama lingkungan sekitar. Karena musibah kebakaran ini, merupakan bencana yang seharusnya bisa dihindari. Yakni melalui upaya preventif dan tidak ceroboh. Selain itu, juga selalu mengecek benda-benda mudah terbakar agar tidak menimbulkan api,” tandasnya.

Sementara di Kota Batu dihantui  kebakaran hutan dan lahan (karhutla).  Mengantisipasi bencana tersebut, BPBD Kota Batu bersama tim gabungan secara intens mulai melakukan patroli gabungan.

Tujuannya untuk monitoring titik api karhutla di lereng-lereng Gunung Arjuno maupun Panderman. Hal itu disampaikan Kepala BPBD Kota Batu, Agung Sedayu.

“Mitigasi bencana rutin kami lakukan bersama tim gabungan dengan patroli bersama. Untuk Karhutla di musim kemarau kami melakukan monitoring dan pengawasan titik api,” ujar Agung kepada Malang Posco Media.

Langkah-langkah yang dilakukan ini bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat Kota Batu. Pada pelaksanaannya untuk patroli gabungan dilaksanakan sebanyak lima kali sesuai kebutuhan serta piket personel selama musim kemarau.

Dari catatan BPBD Kota Batu, karhutla kerap terjadi saat puncak kemarau di lereng Gunung Arjuno wilayah Kecamatan Bumiaji dan lereng Gunung Panderman wilayah Kecamatan Batu.

“Untuk itu saya berharap masyarakat lebih waspada saat beraktivitas di lahan pertanian ketika membakar sesuatu harus dimatikan untuk menghindari karhutla,” pesannya.

Selama Januari hingga 31 Agustus, BPBD Kota Batu mencatat ada 63 kejadian bencana kebakaran. Meliputi kebakaran gedung dan bangunan dua kejadian, banjir tujuh bencana, cuaca ekstrem 24 bencana dan tanah longsor 29 bencana.  (den/rex/eri/van)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img