Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Fadholi Merjosari
Malang Posco Media-Belajar kitab perlu yang namanya Nahwu Shorof. Pasalnya kitab itu dibuat agar tidak dipelajari otodidak. Jadi ada garis rantai ilmu, dari penulis kitab hingga ke santri yang belajar, dan terus ke genarasi selanjutnya.
=======
Pengasuh Ponpes Darul Ulum Al-Fadholi Merjosari H. Muhammad Ashif Fadhli Zamzami mengatakan rantai keilmuan ini dinamakan Sanad, atau sandaran. “Kemurnian ilmu yang terkandung, bisa terjaga apabila belajar dari guru yang memiliki Sanad, dengan generasi di atasnya hingga ke penulis aslinya,” ujar pria yang akrab disapa Gus Ashif itu.
Untuk menjaga Sanad inilah, Ponpes Darul Ulum Al-Fadholi memiliki program percepatan dengan sistem belajar Talaqqi. Sistem ini adalah belajar tatap muka secara langsung, dalam sebuah majelis ilmu atau majlis ta’lim.
“Khusus di Bulan Ramadan ini kami mempelajari tiga kitab penting. Dan program ini kami jalankan hanya dalam 20 hari,” jelasnya.
Usai menimba ilmu melalui berbagai program yang ada, para santri ini memberikan pengabdiannya. Mereka akan belajar menjadi praktisi, dengan diterjunkan langsung ke lapangan, mirip Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang ada di perguruan tinggi.
“Jadi mereka (santri) ini ada yang mengabdi dengan mengajar, menjadi bilal hingga imam. Untuk mengajar ini yang rutin ada di TK Al-Fadholi Model Laboratorium KSDP Universitas Negeri Malang. Untuk yang menjadi bilal dan imam, ini kami sebar ke musala hingga masjid di wilayah Merjosari,” jelasnya.
Mereka akan belajar secara langsung bersama masyarakat. Tidak lagi dalam ikatan sistem pembelajaran khusus, melainkan belajar mandiri, serta mampu berimprovisasi dan adaptasi.
Selain itu, para santri yang terjun ke masyarakat, kerap kali menjadi sosok penyambung lidah. Ia menyebutkan untuk mendekati masyarakat, terkadang pihak pondok harus bisa mengerahkan santrinya. Berbincang usai melaksanakan Salat Tarawih dan Tadarus Alquran.
“Jadi mereka tidak boleh langsung kembali ke pondok. Mereka harus ngobrol dulu, dan kalau ada aspirasi, saran atau permohonan bisa tersampaikan melalui santri tersebut. Dan nantinya, hal itu akan kami respons, sesuai kebutuhan pemohon,” jelas Gus Ashif.
Ada beberapa musala yang membutuhkan pengajar baca tulis Alquran. Ada juga yang membutuhkan bantuan menjadi imam salat wajib, dan sebagainya.
“Mereka yang bagus dan paham soal bacaan Alquran, akan diarahkan untuk menjadi imam dan bilal. Kalau untuk yang memahami terkait keilmuan dan pengajaran, akan kami beri kesempatan mengajar di lembaga pendidikan,” lanjut alumnus Madrasah Diniyah Tuhfatus Shibyan Waru Sedan Kabupaten Rembang itu.
Misi ke depan, Gus Ashif berharap bisa menjaga dan meningkatkan kualitas para santrinya. Berbagai model pembelajaran untuk mengikuti perkembangan zaman, tidak ia lepas begitu saja.
Tidak sedikit metode pengajaran modern, maupun hasil kolaborasi metode bisa diterapkan di Ponpes Darul Ulum Al-Fadholi. “Kami juga mengisi pembelajaran dengan ice breaking, moving class, dan lainnya. Tidak terpaku hanya dengan pembelajaran klasikal,” imbuhnya.
Dengan semangat ini, dirinya berharap bisa mencetak dan melahirkan sosok yang bermanfaat dan berkualitas. Mereka yang lulus, telah mengikuti program pendidikan bisa langsung memberikan dampak positif ke masyarakat. (rex/van/habis)