.
Thursday, December 12, 2024

Manajemen S-T-A-R

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Tahun baru identik dengan memorabilia atau mengingat momentum capaian-capaian di tahun yang telah kita lalui. Pun juga tiba saat menjejakkan di awal tahun, kita memulai harapan baru yang lebih menarik atau paling tidak mengulang harapan yang pupus di tengah jalan.

Ada harapan yang tercapai dengan baik bahkan mendekati kesempurnaan. Ada pula harapan yang tidak tercapai dan mematahkan sendi-sendi jiwa dan raga. Kalaupun harapan tercapai pasti ada support system yang baik sementara yang harapan yang tidak tercapai memerlukan pikiran dan konsentrasi ulang, sengaja merevisi atau merubah total capaiannya.

Kegagalan pada harapan yang telah kita canangkan tidak serta merta sebuah kesalahan fatal. Kondisi gagal menciptakan pengalaman terbaik dan akan memberikan manfaat ketika kita ditantang kembali untuk melakukan hal yang sama di masa depan. Mindset serta perasaan yang kuat bahwa kita pernah melakukan jelas memberikan efek positif kepada diri kita.

Pupusnya harapan terkait capaian-capaian yang tidak kita peroleh di akhir tahun bukanlah sebuah masalah besar. Para pemikir serta psikolog menyadari betul tidak semua tujuan-tujuan hidup serta merta kita dapatkan secara instan. Ada momentum, berjuang dengan kuat dan tak kenal lelah untuk menggapainya adalah salah satu dari sekian sifat baik manusia.

Buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring setebal 350 halaman sangat enak dibaca. Menguatkan pemahaman tentang setiap manusia memiliki kekuatan masing-masing untuk bertahan dalam sebuah permasalahan hidup. Marcus Aurelius seorang Kaisar Romawi terkenal dengan bukunya yang berjudul Meditasi tergambar jelas dalam buku Filosofi Teras.

“Sudah saatnya kamu menyadari bahwa kamu memiliki sesuatu di dalam dirimu yang lebih kuat dan ajaib daripada hal-hal yang memengaruhi layaknya sebuah boneka” (Filosofi Teras, 107) yang mengandung pengertian bahwa kita wajib sadar akan potensi serta kemampuan kita masing-masing.              

Mindset baik yang mampu menyadarkan diri sendiri dikuatkan oleh seorang filsuf Yunani Kuno Epictetus kelahiran Hierapolis, Turki. Ia mengatakan bahwa “Jagalah senantiasa persepsimu karena ia bukan hal sepele tetapi merupakan kehormatan, kepercayaan, ketekunan, kedamaian, kebebasan dari kesakitan dan ketakutan, dengan kata lain kemerdekaanmu.”

Beberapa langkah solutif ditawarkan dalam rangka manajemen sebuah permasalahan hidup seseorang. Buku Filosofi Teras menggagas langkah yang disingkat S-T-A-R. Stop atau berhenti saat emosi agar tidak menjadi sebuah pemikiran yang berlarut-larut.

Think and Assess (dipikirkan dan dinilai) setelah menghentikan emosi diharapkan kita mampu berfikir secara rasional. Menilai permasalahan yang terjadi pada kita (manusia) atas kendali kita sendiri atau di luar kendali kita. Respond (menanggapi ucapan dan tindakan) berlaku baik dengan mempertimbangkan prinsip bijak, adil, menahan diri, dan berani.

Jauh dari sebuah pesan yang disampaikan dari sebuah buku, wejangan dari orang yang lebih tua bahkan sekadar obrolan warung kopi bersama teman, rasa sadar diri bahwa setiap manusia memiliki kekuatan lebih yang tidak dimiliki orang lain perlu terus dikembangkan. Perasaan tersebut diperlukan tanpa bermaksud untuk merasa seseorang tersebut menjadi seseorang yang memiliki rasa si paling (istilah gen Z yang menyatakan orang paling getol dalam satu bidang).

Perasaan ini pula yang nantinya akan membuat sekat terhadap masalah menjadi terkontrol dan mampu dihadapi oleh seseorang. Memahami sebuah permasalahan dalam hidup adalah milik semua orang dan setiap orang dipastikan berjalan di rel permasalahannya masing-masing.

Ketika menyeruak sebuah masalah dalam diri seseorang, tidak semua orang mampu membuka masalah (menceritakan) kepada orang lain. Sikap introvert dan yakin akan mampu menyelesaikan sendiri sering kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat. Menjadi pendengar yang baik atas sebuah masalah yang dihadapi seseorang, tidak semua orang mampu melakukannya.

Sebuah masalah yang tidak terurai dengan cepat pada akhirnya terbendung dan menjadikan gelombang besar dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku pasti kita dapati ketika seseorang mengalami sebuah masalah dalam kehidupannya. Tingkat terendah dari efek seseorang mengalami masalah adalah stres, frustasi serta depresi. Lebih parah lagi jika permasalahan harus diselesaikan dengan cara bunuh diri. Naudzubillah min dalik.

Berita terkait bunuh diri di wilayah Malang Raya menyeruak, menggemparkan media lokal dan nasional. Ada seorang guru yang tega menyisakan satu anggota keluarganya lantaran sebuah masalah ekonomi. Seorang mantan mahasiswi yang menjatuhkan diri dari gedung Universitas Brawijaya, terbaru suami tega memutilasi istrinya sendiri lantaran permasalahan keluarga.  Kekhawatiran terkait kesehatan psikologi ramai dibicarakan. Harus ada penanganan khusus kata para psikiater. Tidak semua orang memiliki akses dan kemampuan untuk membicarakan masalahnya kepada psikiater bukan? Pada kemampuan sosial tingkat masyarakat, marilah saling peduli terhadap lingkungan sekitar.

Sesibuk apapun semoga bisa meluangkan sedikit waktu untuk tahu kabar-kabar di sekitar kita. Mengetahui kabar handai tolan mungkin akan menambah kuatnya khazanah silaturahmi yang selama ini kita bangun. Jangan keki ketika menerima curhatan orang lain!! (*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img