Cerita di Balik Maskot dan Jingle Pilkada Kota Malang
Maskot dan jingle Pilkada Kota Malang diluncurkan belum lama ini. Nuansa, budaya dan ciri khas Kota Malang menjadi aksen paling kuat dalam maskot dan jingle pesta demokrasi Kota Malang.
MALANG POSCO MEDIA-Maskot pesta demokrasi Kota Malang berupa dua ikon karakter Topeng Malang. Namanya ‘Sam Suma’ dan ‘Mbak Siwa’. Maskot Pilkada Kota Malang ini ternyata diciptakan tak lebih dari satu minggu.
Pencipta maskot Pilkada Kota Malang yakni seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Namanya M Eugine Rahmadani. Kepada Malang Posco Media, Eugine menceritakan ‘Sam Suma” adalah larakter Topeng Malang Topeng Panji. Sementara ‘Mbak Siwa’ yakni karakter Topeng Sekartaji.
“Keduanya adalah karakter khas Topeng Malang. Sam Suma karakternya saya buat tegas menggambarkan karakter ketegasan dan jujur seperti layaknya demokrasi kita. Lalu Mbak Siwa saya gambarkan lebih lembut dan sabar arahnya lebih ke sosial masyarakat,” urai Eugine.
Pemuda kelahiran tahun 2002 ini mengungkapkan ia terinspirasi langsung ketika melihat adanya sayembara pembuatan Maskot Pilkada yang diadakan KPU Kota Malang. Dia mengaku ingin berpartisipasi dengan menunjukan bakatnya dalam bidang desain dan arsitektur.
Sekaligus ingin mengasah daya pikir simbolisasi dan filosofi yang bisa diangkat untuk menampilkan bagaiamana karakter demokrasi masyarakat Kota Malang.
“Saya ingin yang berbeda saja, kalau flora dan fauna sudah biasa. Saya pikir kenapa ndak Topeng saja, ada yang khas sekali tetapi jarang dilihat. Jadilah dua karakter itu, ambil Topeng Panji dan Sekartaji. Sekaligus karakternya mewakili warga Kota Malang,” jelas pria kelahiran Lamongan ini.
Eugine mengungkapkan nama karakter Sam Suma adalah kependekan dari “Suara Malang”. Melambangkan unsur paling penting dalam pesta demokrasi.
Diharapkan karakter ini mewakili apa yang menjadi suara hati warga Kota Malang saat memilih kepala daerah.
Sementara itu, lanjut dia, Mbak Sawa merupakan kependekan dari Salam Sejiwa atau Salam Satu Jiwa, jargon asli warga Kota Malang.
“Kaitannya meskipun nantinya ada perbedaan pilihan, karakter ini bisa melambangkan sisi lembut dan persaudaraan warga Kota Malang yang tetap sejiwa demi kepentingan bersama dan Kota Malang sendiri,” papar Mahasiswa Jurusan Arsitektur UIN Malang ini.
Tidak butuh waktu lama, pemuda semester 8 ini mengaku melakukan konsep, mengerjakan maskot hingga finalisasi maskot dalam waktu tidak lebih dari satu minggu lamanya. Eugine mengaku sangat senang karyanya akan segera dikenal dan menjadi maskot dari Pesta Demokrasi Kota Malang tahun ini.
Hal yang sama dijelaskan pencipta Jingle Pemilihan Wali Kota-Wakil Wali Kota Malang Tahun 2024, Galih Zakaria. Jingle karyanya berjudul “Ayo Memilih untuk Kota Malang” berhasil menjadi pemenang sayembara jingle untuk Pilkada Kota Malang Tahun 2024.
Galih tidak asing dengan dunia musik dan seni, karena ia sehari-harinya Guru Seni dan Budaya tingkat SMA di Bululawang Kabupaten Malang.
Jinglenya sudah diputar dalam launching Tahapan Pilkada Kota Malang di Balai Kota Malang belum lama ini bersamaan dengan peluncuran Maskot karya Eugine Rahmadani. Musik yang diangkat pun unik, Galih membawa dua unsur genre yakni eletronik dan etnik.
“Saya memasukan dua unsur aransemen etnik dan elektrik. Melambangkan modernnya Kota Malang yang juga tetap etnik atau menjaga budaya dan seninya sendiri. Itu adalah karakter Kota Malang,” papar Galih.
Dalam unsur etnik, Galih memasukan instrumen tradisional. Yakni gaya musik yang biasanya ada dalam musik pertunjukan bantengan. Sementra gaya elektronik ia aransemen dengan gaya elektrik melambangkan generasi muda yang kini menjadi bonus demografi dalam pemilihan umum.
Galih sendiri menmbuat jingle ini bersama tim produksinya. “Iya saya dan tiga teman lainnya satu tim. Total tiga hari sejak dikonsep. Ini menjadi pengalaman sangat menarik. Semoga dengan jingle ini tingkat partisipasi pemilih di Kota Malang tinggi. Ayo memilih untuk Kota Malang intinya itu,” pungkas pria yang memiliki studio musik di Kepanjen ini.(sisca angelina/van)