Oleh : drh. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang
Founder RSU Wajak Husada
MALANG POSCO MEDIA-Perubahan zaman yang begitu cepat secara tidak langsung menantang kita untuk bisa melakukan adaptasi. Adaptasi dan inovasi menjadi kata kunci bagi setiap manusia, organisasi bisnis, ataupun perusahaan, agar tetap relevan dan bisa menjalani kehidupannya dengan aman dan berkelanjutan.
“Survival of the fittest”, adalah sebuah istilah yang dipopulerkan oleh seorang naturalis berkebangsaan Inggris Charles Darwin. Dia menyebutkan bahwa organisme paling baik dan bisa bertahan lebih lama adalah mereka yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sekiranya istilah yang dipopulerkan oleh Darwin ini ada benarnya, jika kita tarik dalam dinamika perubahan waktu dan zaman yang terus mengalami perubahan dan pergeseran. Kita akan selalu dihadapkan pada situasi yang mensyarakatkan agar kita bisa berbenah, berubah, beradaptasi dan berinovasi. Bahwa kunci untuk bisa survive itu adalah bukan karena yang paling kuat, besar, paling kaya dan paling pintar, akan tetapi mereka yang paling adaptif “fittest” dengan perubahan lingkungan dan zamanlah yang akan bisa bertahan dalam waktu yang lama dan meraih keberhasilan.
Pada tahun 1940-an, saat perang dunia ke 2 berkecamuk antara sekutu yang di motori oleh Amerika Serikat, Inggris, Uni Soviet, Prancis dan China melawan poros Nazi Jerman, Jepang dan Italia, dunia berada pada sebuah tahapan adu kecanggihan dan kekuatan militer yang terjadi hampir enam tahun sejak tahun 1939 hingga 1945. Perang yang pada akhirnya di menangkan oleh pihak sekutu dengan di bom nya dua pusat kota di Jepang yakni Hirosima dan Nagasaki ini, sekaligus menjadi episode akhir dari peperangan yang telah menelan kurang lebih 73 juta jiwa dari kalangan tentara dan warga sipil ini.
Salah satu kunci kemenangan sekutu atas perang yang terjadi saat itu adalah kekuatan dan kecanggihan armada pesawat perangnya, Adalah Abraham Wald seorang ahli statistika dan matematika yang telah berhasil menciptakan inovasi pesawat tempur Amerika dengan kemampuan bertahan yang memadai dari serangan lawan. Abraham Wald berhasil melakukan sebuah riset yang dikemudian hari riset tersebut dinamai dengan teori “Survivor Bias”, bahwa mesin dari pesawat tempur Amerika harus di lindungi dengan pelapis baja agar tidak mudah meledak jika terkena tembakan, dan inovasi manufaktur pesawat tempur sekutu ini yang akhirnya membuat seluruh pesawat sekutu tampil dengan digdaya di langit pertarungan saat itu.
Pada tahun 1980-an atau tahun 1990-an kita mungkin masih sering melihat mobil truk atau pickup yang mengangkut balok-balok es batu di pasar-pasar tradisional atau ke warung-warung bahkan ke rumah-rumah. Akan tetapi hari ini, pemandangan itu sudah sangat jarang sekali terlihat, peran pabrik – pabrik es batu saat itu sudah digantikan dengan inovasi teknologi berupa lemari es. Rumah dan Warung sudah tidak perlu lagi membeli es balok dari pabrik, karena mereka sudah bisa memproduksi dari lemari es yang ada di rumahnya, seiring berjalannya waktu dan perubahan zaman, semakin berubah juga tingkat kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Dua puluh empat abad yang lalu seorang filsuf Yunani kuno bernama Plato menyampaikan sebuah gagasannya “Necessity is the mother of Invention”, bahwa kebutuhan manusia itu akan menjadi pemicu bagi lahirnya sebuah penemuan. Sebagaimana Sekutu yang waktu itu memenangi perang dunia ke 2 karena kemampuannya menemukan cara dan inovasi agar pesawat tempurnya memiliki kekuatan digdaya disetiap pertempuran udara. Menutup mesin pesawat dengan lapis baja adalah salah satu penemuan dan strategi yang di lakukan oleh pihak Sekutu untuk menjadikan semua pesawatnya mampu bertahan dari serangan musuh dan memiliki kemampuan menyerang dengan maksimal.
Malang Posco Media (MPM) sebagai salah satu entitas industri media yang baru berusia 4 tahun tentu akan menjumpai tantangan dan peluanganya sendiri. Diusia belianya MPM ditantang untuk bisa beradaptasi dan berinovasi agar tetap mampu untuk “survive” ditengah semakin banyaknya media cetak yang usianya sudah puluhan tahun harus gulung tikar dan tutup buku karena gempuran era digital yang semakin tidak terbendung.
Kata kuncinya memang MPM sebagai organisasi media masa harus memiliki “Gen Pembawa Sifat (DNA)” agar tetap bisa survive dalam gempuran apapun, pada zaman apapun dan dalam sitausi apapun. Setidaknya ada 5 DNA Organisasi yang harus dimiliki oleh MPM dalam menjalani hari-harinya menjadi bagian dari “suluh pers” di Malang Raya dan Indonesia, agar bukan hanya memberikan pencerahan secara pemberitaan dan intelektual, namun juga tetap memiliki “speed dan endurance” dalam menapaki jalannya.
Kelima DNA tersebut Pertama, Senantiasa berorentasi kepada kepuasan pelanggan (Customer oriented). Polarisasi pelanggan (pembaca) harus benar-benar di kanvasing oleh MPM secara periodik, agar setiap produk yang dibuat, berita yang dirilis dan mutu produk pemberitaan yang di jaga, benar-benar memenuhi harapan pelanggan (pembaca). Sehingga ketika ekspektasi pelanggan (pembaca) terpenuhi maka potensi untuk menjadi loyal, advocate dan referal menjadi semakin tinggi dan kuat.
Kedua, Juga berorientasi pada peningkatan SDM. SDM adalah motor penggerak dari perusahaan, oleh karenanya membudayakan “leraning organization” didalam MPM menjadi sesuatu yang sangat penting.
Ketiga, Berorientasi pada hasil berwujud dari setiap rencana dan tindakan. Permasalahan terbesar sebuah organisasi bisnis adalah kefasihannya dalam membuat rencana dan kegagalannya dalam mengeksekusi rencana tersebut. Oleh karenanya kemampuan dan kedisiplinan organisasi dalam melakukan eksekusi terhadap setiap rencana inovasinya menjadi sangat penting agar tetap menjadi survive.
Keempat, MPM harus berorientasi pada pasar dan kompetitor. Pasar dan kompetitor adalah dua aspek yang akan terus berubah secara dinamis seiring dengan plarisasi customer yang terjadi. Kemampuan organsiasi bisnis untuk tetap bisa mengaudit pasar dan kompetitor ini menjadi sangat penting, agar kebijakan dan produk-produk yang ditayangkan relevan dengan kebutuhan pelanggan. Antara kemampuan yang bisa dilakukan oleh organsiasi bisnis dengan kebutuhan yang diharapkan pelanggan (pasar) sama.
Kelima, Wajib untuk berorientasi pada teknologi (technology oriented). Perkembangan teknologi yang hari ini juga diakui telah mendistrupsi industri media cetak harus disikapi dengan kelincahan untuk beradaptasi. Mengahsilkan produk-produk jurnalisme yang adaptif terhadap perubahan teknologi tanpa harus mengurangi marwah jurnalistik itu sendiri adalah hal yang harus terus di upayakan.
Malang Posco Media (MPM) telah memulai itu, sebuah keberuntungan karena lahir diera distrupsi, sehingga tidak terlalu sulit bagi MPM untuk melakukan adaptasi dan inovasi dengan meng-”install” 5 DNA organisasi dalam tubuh organisasi bisnisnya langkah untuk tetap “survive”.
Selamat Milad ke 4 Malang Posco Media, terus bertumbuh dan berkembang menjadi industri media dari Malang untuk Dunia dengan slogan Darwin “Survival of the fittest”.