.
Friday, November 22, 2024

Bangkitkan Semangat Berkarya; Tiga Hari Kolaborasi Desain Fashion on the Street

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Gelaran Malang Fashion on the Street Kayutangan Heritage yang diadakan pada Minggu (5/6) lalu, menjadi salah satu momen kebangkitan kreasi pelaku ekonomi kreatif di bidang fashion di Kota Malang. Gelarannya sukses dan mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat yang hadir di Kayutangan.

Salah satu desainer kondal asal Malang, Andi Sugix yang mendesain baju para “model” itu. Sebanyak 27 desain baju karyanya bisa dipamerkan dan dilihat ribuan warga yang menonton event Malang Fashion on the Street di Malang 108 Rise and Shine Kayutangan Heritage. Apalagi, desain itu diperagakan oleh para “model” yang tidak biasa, yakni para pejabat dan pengusaha, mulai Wali Kota Malang Sutiaji, Ketua TP PKK Kota Malang Widayati Sutiaji sampai dengan Dirut Malang Posco Media H. Sudarno Seman.

“Tentu kami sangat senang karya bisa dinikmati ribuan orang. Karena event kemarin, ramai dan sukses. Pasti setelah ini teman-teman desainer semangat untuk membuat karya lebih keren dan kreatif lagi. Kami ya antusias sekali,” tegas Andi kepada Malang Posco Media.

SATUKAN MUSISI: Musisi bersatu dalam Malang 108 Rise and Shine Kayutangan Heritage.

Untuk mempersiapkan apa yang dipersembahkan pada event Fashion on the Street Kayutangan kemarin, Andi menceritakan ia hanya butuh persiapan 3 hari. Pada awalnya tema yang diangkat adalah Batik Malangan. Akan tetapi ada ide yang muncul dan berinisiasi “mengotak-atik” sedikit karya dress hingga kemeja batik Malangan yang ia sudah hasilkan dengan gaya ala kolonial Belanda pada zamannya.

“Karena ada konsep Heritage, kita juga padukan dengan konsep kolonial. Saya tidak sendirian, ini ada juga Mba Febby (Trya Febby, desainer asal Malang) dan Mba Eva (Eva Unique, desainer aksesoris). Kami bertiga bareng menyiapkan 3 hari,” jelas Andi.

Turut menjelaskan Trya Febby atau yang lebih dikenal dengan nama Febby Antique menjelaskan, perpaduan motif batik Malangan dengan konsep atau gaya fashion kolonial memang cukup menantang. Febby mengaku kerap membuat desain dengan gaya etnik.

Akan tetapi dengan perpaduan kolonial, ia bisa menghasilkan kreasi fashion yang cukup unik. Hal ini tidak mengagetkan baginya, karena Kota Malang memiliki history kolonial yang melekat.

“Memang kami sempat akhirnya belajar history (sejarah) bagaiamana konsep busana zaman kolonial dulu. Memadukannya jadi pengalaman yang berkesan. Tapi tetap kita menonjolkan batik Malangannya meskipun ada nuansa kolonial,” tegas Febby.

Hal yang sama juga disampaikan Eva Unique, sebagai salah satu desainer aksesoris asal Kota Malang Eva mengatakan beberapa koleksi aksesoris karyanya seperti kalung, gelang, hingga tas dapat dikreasikan dengan unik dengan nuansa kolonial dan Malangan.

Gaya etnik ala Malangan tambahnya, ternyata mudah dipadukan dengan konsep gaya lainnya seperti tema kolonial.

“Kalung, gelang dan tas biasanya saya buat gaya etnik. Tapi nuansa kolonial juga kami masukan penggunaan warna seperti nonik Belanda. Saya yakin jika batik Malangan bisa dipadukan seperti ini, bisa lebih dikenal nanti diluaran sana. Kita terus tertantang untuk lebih kreatif,” pungkas Eva. (ica/aim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img