.
Thursday, December 12, 2024

Dampak Kemarau, Waspadai Penurunan Air Waduk

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Karhutla TNBTS Mulai Tertangani

MALANG POSCO MEDIA – Masalah yang ditimbulkan dari musim kemarau masih terus diwaspadai. Tak terkecuali ketersediaan air pada sejumlah waduk yang memiliki peran krusial di Malang Raya. Kebakaran hutan saat kekeringan juga menjadi perhatian serius, meski yang baru-baru ini terjadi tak sampai meluas dan tak mengharuskan penanganan ekstra.

Direktur Utama Perum Jasa Tirta (PJT) I Fahmi Hidayat menyampaikan, belum ada penurunan berarti pada tinggi muka air (elevansi) bendungan di Malang Raya. Empat bendungan di bawah pengelolaan Jasa Tirta masih tergolong aman hingga 20 Agustus 2023 kemarin.

“Per 20 Agustus 2023, Waduk Sutami masih el 0,91 meter di atas rencana 270,00, yakni aktualnya 270,91 meter. Begitu juga dengan yang lain masih tergolong normal untuk musim seperti sekarang,” jelas Fahmi saat dikonfirmasi Malang Posco Media, Senin (21/8).

Ia juga merincikan, pada Waduk Lahor masih 0,93 di atas rencana. Yakni 270,20 dengan yang diukur aktual 271,13; Waduk Selorejo terpantau 0,51 meter di atas rencana 619,34 atau aktualnya 619,85 meter. Sedangkan Bendungan Sengguruh di angka 292.58 meter.

Jika menarik ke beberapa kemarau tahun-tahun sebelumnya, penurunan pernah terjadi pada tahun 2018 lalu. Dimana Waduk Sutami mencapai angka di bawah elevasi rencana. “Tahun 2018 pada akhir Oktober elevasi Waduk Sutami 3,2 meter di bawah rencana,” sebutnya.

Jika ada fenomena demikian, sambung Fahmi, beberapa langkah dilakukan untuk menjaga kapasitas air sesuai kebutuhan. Namun, tak sampai melakukan dengan bantuan perekayasaan cuaca hujan buatan. “Kita lakukan upaya pengurangan alokasi air irigasi di hulu Bendungan Sutami agar inflow yang masuk waduk lebih besar. Untuk 2018 tidak ada hujan buatan,” tambahnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Nur Fuad Fauzi menyampaikan pihaknya terus mewaspadai ancaman kekeringan dan Karhutla di wilayahnya. Berkaca pada peristiwa terakhir dan cukup parah terjadi tahun 2019, pihaknya meningkatkan kesiapan antisipasi.

“Kita tetap menyiapkan armada dan juga tim untuk mengantisipasi kebakaran hutan. Kedua, tetap mengimbau dengan bersurat ke kantor kecamatan bila ada potensi kekeringan dan kebakaran hutan segera melaporkan,” ujar Fuad, sapaannya.

Pihaknya juga menyampaikan peringatan berupa prediksi cuaca ke masing-masing pos petugas dan kecamatan. Menurut Fuad, puncak kemarau terjadi pada Agustus dan September tahun ini. Pihaknya juga mengaku sudah mendapatkan permintaan bantuan air bersih ke dua titik di Kecamatan Singosari dan Jabung.

“Kalau sampai dengan kebakaran parah hingga membutuhkan bantuan helikopter pemadam itu belum. Jika terjadi demikian harus meminta bantuan BNPB,” tambah dia.

Di sisi lain, kebakaran hutan yang sempat terjadi sejak, Jumat (18/8) lalu di kawasan TNBTS dikabarkan sudah mereda. Informasi yang didapat Malang Posco Media, di lokasi kebakaran masih terdapat beberapa titik api berupa kepulan asap tipis.

Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengatakan petugas gabungan bergerak dengan personel dari TNBTS, TNI-Polri, Masyarakat peduli Api (MPA), Masyarakat Mitra Polhut (MMP), dan relawan gabungan untuk melakukan pemadaman dan penyekatan serta membuat ilaran api di sepanjang lokasi kebakaran.

“Untuk luasan masih dalam evaluasi dan identifikasi petugas di lapangan, belum bisa memprediksikan. Kami masih berkonsentrasi pada penanganan dan pengendalian kebakaran,” ujar Septi.

Karena kondisi angin kencang, lanjut dia, hanya kepulan asap tipis dan pemadaman dilakukan secara manual langsung menerjunkan personel. “Untuk dokumentasi masih belum juga kami peroleh karena keterbatasan sinyal dan komunikasi kami dengan petugas hanya melalui HT,” imbuhnya.(tyo/lim)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img