MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Yudi Iswantoro, kakek 72 tahun yang sempat tinggal di gua Desa Mulyoarjo, Kecamatan Lawang, kini menghuni Griya Lansia Husnul Khatimah Wajak. Kondisi kesehatannya masih belum stabil akibat tidak mengkonsumsi makanan selama 16 hari.
Ditemui Malang Posco Media, dia mengaku berhadapan dengan getir kehidupan dan rumah tangga sebelum mengungsi ke gua. Perceraiannya dengan sang istri 22 tahun lalu, membuatnya depresi. Gua menjadi pilihan tempatnya menetap dan menjalani hidup dari belas kasihan orang lain.
Di atas ranjang kayu dalam ruang kamar bersama enam lansia lain, Yudi hanya bisa terbaring lemah. Kondisi kejiwaannya belum sepenuhnya normal. Kesimpulan ini diperoleh para relawan, sejak pengevakuasian dan hingga pemeriksaan medis ringan. Saat tiba di Griya Lansia, ia dalam keadaan yang tak berdaya. Lemas dan tak mampu bicara sedikitpun.
Hingga akhirnya kondisinya mulai mengonsumsi sedikit makanan dan minuman dari para relawan panti. Namun, akibat tak makan lebih dari 16 hari membuatnya kesakitan setiap kali mencerna makanan dan minuman. Sesekali relawan menyuapinya dengan sereal halus untuk mengisi kebutuhan giszinya. Namun sesaat setelah itu Yudi mulai sedikit merintih.
Bola matanya terbuka lemah dengan sesekali sembari menatap dindik kamar, perbincangan dengannya tak bisa berjalan dengan lancar. Kata-kata yang keluar dari mulutnya sebatas mengiyakan atau menjawab dengan terbata-bata dan suara tertahan. “Nggih ten guo (iya di gua),” singkatnya saat ditanya di mana dia dinggal sebelumnya.
Dia mengaku mendapatkan teman di gua dan membisikkan apa yang harus dilakukannya sehari-hari. Gua yang dihuninya itu berada di dataran curam yang cukup jauh dari jangkauan pemukiman. Namun ia hidup dari meminta-minta dan mendapatkan belas kasihan orang lain di sekitarnya.
Dirinya mengaku pernah membina rumah tangga dan memiliki tujuh anak. Namun, mereka dan keluarganya terpaksa harus dia tinggal karena memilih untuk menetap di gua. “Gadah yogo pitu (saya punya anak tujuh). Wonten ten Singosari, sien gadah, tapi gak dadi (anak saya ada yang tinggal di Singosari, dulu saya punya istri tapi tidak jadi alias cerai),” katanya.
Nurhadi, salah satu pengurus panti menduga kakek Yudi sudah dalam kondisi Orang dalam Gangguan Jiwa (ODGJ). “Setengah pikun, hanya saja kadang bisa merespon saat diajak bicara,” kata Nurhadi. Dia mengharapkan agar komunitas yang mengantarkan Yudi memberi perhatian lebih di griya lansia karena tak ada keluarga yang menjemput langsung di panti itu.
“Depresi karena ditinggal istrinya menyendiri di gua itu. Katanya setiap hari ada temannya keluar cari makan sehari-hari. Jadi tingkat halusinasinya sudah tinggi. Dia tidak bekerja, hanya meminta-minta tukang tambal ban, lalu membeli umbi atau makanan untuk mengganjal laparnya,” ungkap Nurhadi. (tyo/mar)