Malang Posco Media – Dunia pendidikan dan kalangan pendidik harus menyiapkan diri untuk menyongsong pemberlakuan kurikulum prototipe. Pada awal sosialisasi kurikulum ini adalah opsional atau sekolah bisa memilih untuk mengaplikasikan atau tidaknya di sekolah. Tantangan besarnya adalah penerapan kurikulum ini akan diaplikasikan secara nasional mulai tahun pelajaran 2024/2025.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan tiga opsi kurikulum yang dapat diterapkan satuan pendidikan pada tahun pelajaran 2022/2023 yang dimulai bulan Juli nanti. Kurikulum tersebut yakni kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum prototipe.
Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19. Kurikulum prototipe merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Pada tataran masyarakat masih perlu digaungkan tentang hal yang berkaitan dengan kurikulum prototipe ini. Beberapa pertanyaan yang mengemuka di masyarakat adalah apa fungsi serta urgensinya kurikulum prototipe ini? Kenapa harus dinamai prototipe serta mulai kapan kurikulum prototipe ini akan diberlakukan.
Mari kita mengurai beberapa hal penting terkait kurikulum prototipe ini. Kurikulum prototipe diberlakukan karena adanya krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan tak kunjung membaik. Krisis ini diperparah oleh situasi pembelajaran saat masa pandemi Covid-19. Langkah cepat dilakukan Kemendikbud beserta jajarannya untuk mengatasi learning loss.
Data pada hasil kajian Kemendibud berdasar sampel 3.391 siswa SD dari 7 Kab/Kota di empat Provinsi yang dilaksanakan pada Januari 2020 dan April 2021. Kemampuan literasi sebelum pandemi Covid-19 adalah 129 poin dan 78 poin untuk numerasi. Sedangkan setelah pandemi terjadi hilangnya pembelajaran (learning loss) atau setara dengan 6 bulan pembelajaran literasi yang hilang dan pembelajaran numerasi setara dengan 5 bulan yang hilang.
Hasil studi PISA tahun 2018 merilis data yang mencengangkan. PISA adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa. Program ini diinisiasi oleh negara-negara yang tergabung dalam OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development) sejak tahun 2000.
Subjek asesmen PISA terdiri atas tes literasi dasar dalam bidang membaca, matematika, dan sains tanpa melihat pada kurikulum nasional. Hal yang diujikan kepada siswa yang berusia 15 tahun melalui random sampling. Hasil studi tersebut memiliki kesimpulan bahwa sekitar 70 persen siswa usia 15 tahun di Indonesia masih di bawah kompetensi minimum.
Arah kebijakan terkait kurikulum di Indonesia sudah otomatis didesain untuk mendapatkan generasi yang cakap. Salah satunya kurikulum prototipe harus dijadikan jalan untuk mencapainya. Pertanyaan mendasar sudah siapkah kita untuk berjalan beriringan dengan kurikulum prototipe?
Dikutip dari laman kemdikbud.go.id.(28/12/2021) bahwa Komisi X DPR RI mendukung penuh opsi penerapan kurikulum prototipe ini. Syaiful Huda (ketua Komisi X DPR RI) menyampaikan bahwa adaptasi dan inovasi diperlukan agar dapat bertahan di tengah perkembangan zaman di mana salah satunya menyangkut opsi model kurikulum yang berlaku di Indonesia.
Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Lokakarya Sosialisasi Buku dan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran, di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung (27/12/2021) ”Semangatnya, kita mencari terobosan dan kita beradaptasi. Kami dengan Kemendikbudristek mengambil pemberlakukan kurikulum ini adalah opsional. Kita tidak bisa memegang paradigma konservatisme di dunia pendidikan kita karena dinamika di internal dan eksternal di dunia pendidikan kita melampaui apa yang kita prediksi, termasuk yang dipikirkan oleh pakar perumus kurikulum 2013,” katanya.
Dikutip dari laman liputan6.com (30/12/2021) Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri menjelaskan bahwa Kurikulum Prototipe berbasis kompetensi statusnya semacam model. Model untuk pilihan di mana guru dan murid tidak merasa terlalu terbebani. Penyempurnaan dari kurikulum darurat, di kurikulum prototipe ini (strukturnya) lebih ditata dan disederhanakan
Beberapa catatan kurikulum prototipe yang perlu diperhatikan adalah struktur kurikulum serta fokus pada materi esensial. Selain dua hal tersebut arah perubahan kurikulum yang disiapkan adalah memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk menyusun perangkat ajar sesuai potensi peserta didik.
Aplikasi pendukung dari diberlakukannya kurikulum ini didesain sedemikian rupa, salah satunya adalah perangkat ajar yang siap digunakan melalui platform digital. Selain itu juga akan dilakukan pelatihan untuk pendidik agar cakap dalam penerapan kurikulum prototipe. Daya dukung ini sepertinya akan menjadikan kurikulum ini bisa berjalan sesuai pada rel yang diharapkan.
Beberapa keuntungan dari implementasi kurikulum prototipe ini adalah materi yang diajarkan pada peserta didik lebih fokus serta esensial. Esensial diartikan dalam kaitan pembelajaran ini adalah yang paling dibutuhkan oleh peserta didik. Merujuk arti esensial pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perlu sekali; mendasar; hakiki.
Keuntungan berikutnya adalah kurikulum ini lebih merdeka serta lebih relevan dan interaktif. Dikatakan lebih merdeka karena tidak adanya peminatan untuk kelas X (sepuluh) pada sekolah menengah. Untuk sekolah diberikan akses mengelola dan mengembangkan kurikulum sesuai karakteristik satuan pendidikan dan karakteristik siswa.
Lebih dari sebuah impian, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) jelas telah melangkah satu tingkat menuju arah pembaruan. Pendidikan seyogyanya membentuk karakter peserta didik. Mengaplikasikan ilmu yang ia peroleh pada tatanan kehidupan di masyarakat.
Harapan besar dari beberapa perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia adalah memberikan efek signifikan pada masyarakat secara pemikiran (sumber daya manusia). Pemikiran yang matang, mudah memahami berbagai permasalahan dari berbagai aspek serta berpikir solutif adalah ciri dari sebuah generasi pemikir. Semoga ini adalah sebuah jalan untuk menciptakan generasi penerus untuk kejayaan Indonesia di masa depan.(*)