MALANG POSCO MEDIA – Alhamdulillah! Mudik saya (Winarto alias Owie Agency) hari ini super lancar dan penuh cerita. Banyak sekali yang bisa diceritakan. Ada cerita indah, ada juga yang serem. InsyaAllah, banyak pula hikmahnya.
Berangkat dari Arjosari jam 05.30 lewat tol Purwodadi, keluar tol Gresik, terus melintasi jalur Lamongan. Pukul 09.30 sudah tiba di pelosok desa, Dusun Prongkol Desa Sumberjo Widang Kabupaten Tuban. Alhamdulillah, hanya menemui kemacetan saat ada kecelakaan di pertigaan desa Banjar (Jl. Raya Widang Tuban).
Iya, cerita kecelakaan itu yang saya anggap sebagai cerita serem. Dua cewek yang naik motor saat mau menyeberang jalur cepat itu langsung meninggal dunia di tempat. Kedua korban tertabrak oleh sedan dan pikap dari arah yang berlawanan. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Itulah dahulu kenapa mbah-mbah kita selalu berpesan, “sing ati-ati, resik ing ati dan doa/ dzikir sebelum pergi. Juga jangan ngebut di jalan.” Petuah Abah Thoha sesepuh keluarga mengomentari ceritaku saat kumpul-kumpul di serambi rumah. Nah khan, benar sudah dapat hikmah berharga.
Baru mau istirahat siang, datang Pak Darmin yang rumahnya tepat depan rumah. Itulah guru ngaji pertama saya yang mengenalkanku pada huruf alif, ba’ dan ta’ sampai bisa baca Alquran. “Alhamdulillah Cung, iso ketemu awakmu (bisa bertemu dengan kamu, red),” sambut beliau sambil merangkul erat saya dengan mata berkaca-kaca.
Dari sosok Pak Darmin (60-an tahun) yang petani ndeles inilah saya mendapat hikmah tentang jiwa yang tulus, kasih sayang, sabar dan istiqomah. Banyak sekali santri-santri sukses karena keistiqomahan beliau.
Tidak lama kemudian datang Lik Kundono. Paman saya yang dulu ahli ukir kayu lalu diuji dengan sakit puluhan tahun. Dengan berjalan tertatih-tatih, tangan kanannya lumpuh dan bicaranya gagap, mendengar saya pulang, beliau langsung masuk kamar. Saya dirangkul sambil sesenggukan. Haru bisa bertemu dan haru melepas rindu. Lalu, tangan kirinya dengan lembut memijat-mijat tangan saya. Subhanallah, saya dapat hikmah tentang arti ujian dan kesabaran.
Tidak lama kemudian datang kejutan, datang pula teman-teman alumni SMPN Widang angkatan tahun 1988. Ada Samiono, Hartini, Sukartin dan Ita istrinya Sucipto. Mereka adalah teman-teman-teman dekat yang tahu kalau saya pulang dari melihat status WA saya.
Kami pun hanyut dalam canda dan doa. Setelah disepakati agenda silaturahmi berikutnya dalam jangka waktu dekat ke teman alumni ysng sedang sakit di Surabaya. Kami menyempatkan untuk foto bersama.
Subhanallah, sebenarnya masih banyak lagi ceritanya.
Tentang cuaca yang sangat panas di Tuban sampai tidak bisa tidur siang, Tentang Gus Lutfillah (guru madrasah inspiratif nasional kategori penggerak serial webinar kajian keislaman) yang mendapat penghargaan dari Menag RI, yang katanya juga mau silaturahmi, tentang seribu jeglongan, tentang kisah legenda Dampu Awang, dan lainnya. Subhanallah, banyak sekali cerita, semoga banyak pula hikmanya. Amiin.(lim)