Masyarakat modern mengedepankan kecerdasan sebagai salah satu pilar utama kehidupan. Ini kemudian menjadi salah satu faktor dianggap maju atau tidaknya suatu masyarakat. Bukan sebuah kebetulan pernyataan sebelumnya dilontarkan, pasalnya setiap aspek kehidupan dalam berbagai bidang memerlukan kecerdasan untuk berkembang dan memecahkan masalah.
Kecerdasan ditandai salah satunya dengan berpikir kritis. Berpikir kritis mengacu pada proses mendalam dalam mengidentifikasi suatu masalah sebelum nantinya diikuti dengan penyelesaiannya. Berpikir kritis merupakan skill integral yang wajib dimiliki manusia modern dan hendaknya dipupuk sejak usia dini.
Beberapa indikator berpikir kritis salah satunya ditandai dengan munculnya pertanyaan. Pepatah “Malu bertanya sesat di jalan” yang sering kita dengar tampaknya relevan dengan topik ini, membawa pesan bahwa orang yang tidak berani bertanya cenderung sukar menyelesaikan masalah.
Di sisi lain, dengan bertanya seseorang minimal berkesempatan mengetahui apakah informasi yang diterima benar atau salah, baik atau buruk. Menurut Nuril Yusri mengutip pendapat dari Prastowo (2015), ciri-ciri seseorang yang berpikir kritis dirincikan antara lain: mencari kejelasan dengan pernyataan atau pertanyaan, mencari alasan, mencoba memperoleh informasi yang benar, menggunakan sumber yang dapat dipercaya, mempertimbangkan keseluruhan situasi, mencari alternatif, bersifat terbuka, mengubah pandangan apabila ada bukti yang dapat dipercaya, mencari ketepatan suatu permasalahan, dan sensitif terhadap perasaan, tingkat pengetahuan, dan tingkat kecanggihan orang lain.
Demikian pada prinsipnya orang yang tidak begitu saja percaya pada informasi yang ia terima, mencermati, manganalisi, melakukan cek and receck sebelum ia memutuskan untuk menerima ataupun menolak informasi tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan berpikir kritis.
Potensi Luar Biasa Anak Usia Dini
Pada dasarnya anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu ini sering memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang terkadang membuat orang tua atau guru kewalahan. Di sisi lain, dalam beberapa kasus terdapat juga anak-anak yang cenderung sulit atau tidak berani bertanya karena berbagai alasan.
Alasan paling umum ditemui yaitu malu atau takut. Padahal seperti diketahui bertanya adalah modal dasar untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Untuk itu diperlukan strategi jitu dari guru maupun orang tua agar anak memiliki keberanian dan kemampuan untuk bertanya.
Melatih Kemampuan Bertanya
Kemampuan bertanya dipengaruhi dua hal yaitu keberanian dan kemampuan untuk membuat pertanyaan itu sendiri. Untuk melatih keberanian bertanya tentu bukan hal yang mudah dan instan, diperlukan kesabaran dan strategi dari guru dan orang tua agar anak berani dan mampu bertanya dengan baik. Menciptakan situasi yang kondusif sehingga membangkitkan kepercayaan diri pada anak untuk bertanya mutlak dilakukan.
Contohnya seperti memberikan kesempatan pada semua anak untuk bertanya dan memberikan respon positif terhadap apapun pertanyaan yang dilontarkan oleh anak. Ini akan membangkitkan keberanian pada anak untuk bertanya meskipun terkadang pertanyaan tersebut tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Antara keberanian dan kemampuan merumuskan pertanyaan mana yang lebih penting? Tentu prioritas tidak serta merta pada keberanian saja atau merumuskan suatu pertanyaan. Kedua-duanya diharapkan dapat berkembang bersama-sama.
Dalam hal ini guru perlu memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana cara bertanya karena beberapa anak belum bisa membedakan pertanyaan dengan pernyataan. Guru maupun para orang tua perlu memutar otak untuk mengembangkan kedua pilar utama ini.
One Day One Questionmerupakan salah satu strategi yang dapat digunakan untuk melatih keberanian dan kemampuan bertanya anak. Pelaksanaan strategi ini mudah yaitu setiap hari anak difasilitasi untuk bertanya terkait apapun yang dilihat, didengar ataupun dirasakan. Guru sebagai fasilitator memberikan stimulus berupa media baik itu media konkret berupa benda-benda yang ada di sekitar, gambar-gambar maupun video.
Anak diberi kesempatan untuk mengamati benda-benda atau gambar maupun menyimak video kemudian diberi kesempatan untuk bertanya terkait apa yang dipegang, dilihat maupun disimak. Beberapa pertanyaan yang sudah disampaikan akan dilontarkan kembali kepada anak lain untuk dijawab sebelum dibahas bersama-sama.
Stimulasi awal yang dilakukan untuk membangkitkan kemampuan bertanya anak adalah dengan menunjukkan benda-benda dan mainan yang ada di sekitar. Guru terlebih dahulu memberikan contoh cara bertanya, misalnya: “Apa nama boneka ini? Apa warna bajunya? Apa warna rambutnya?
Penulis telah mencoba strategi ini pada satu kelas taman kanak-kanak dan berikut akan penulis beberkan hasilnya. Pada tahap awal lebih kurang satu minggu memang pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan anak hampir sama dengan contoh dari guru dan masih 40 persen dari 25 anak yang ada di kelas mau bertanya. Pada tahap berikutnya guru menstimulasi dengan media yang aneh misalnya kursi yang rusak, mobil-mobilan yang rodanya hilang dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memancing pertanyaan dari anak. Beberapa pertanyaan spontan dilontarkan oleh anak misalnya “Kenapa kaki kursinya kok hilang? Siapa yang merusakkan? Apa bisa dibetulkan?
Untuk tahap kedua ini anak-anak yang sudah bertanya mendapatkan reward dari guru. Hal ini diharapkan dapat menarik minat anak yang lain untuk bertanya. Untuk tahap berikutnya media yang digunakan untuk menstimulasi pertanyaan anak divariasi dengan gambar-gambar maupun tanyangan video. Dan ternyata respon anak luar biasa mereka berebut untuk membuat pertanyaan.
Strategi One Day One Question yang sudah terlaksana selama dua bulan ternyata membawa dampak positif yang luar biasa pada perkembangan kemampuan dan keberanian anak bertanya. Hal ini tampak dari pertanyaan yang sering muncul dari anak anak. Misalnya ketika jadwal belajar berubah, atau hanya sekadar melihat gurunya yang hari itu salah kostum.
Berdasarkan data di atas jelaslah bahwa One Day One Questionmerupakan strategi yangmemudahkan anak untuk mengembangkan kemampuan dan keberanian bertanya yang tentunya sebagai pondasi dasar anak memiliki kemampuan berpikir kritis. Harapannya One Day One Question dapat juga diaplikasikan oleh guru maupun orang tua di rumah. Semoga bermanfaat.(*)