.
Saturday, December 14, 2024

Pendidikan Tinggi dan Perubahan Nasib

Berita Lainnya

Berita Terbaru

‘’Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.’’ (QS. Ar-Ra’d: 11)

Ayat di atas, sering dipotong pada bagian yang artinya, ‘’Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.’’ Penggalan ayat di atas kerap dimaknai sebagai suatu motivasi bahwa kita sebagai manusia harus selalu berusaha untuk meraih apa yang diinginkan.      Misalnya, ketika kita berkeinginan memiliki mobil, maka kita harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan uang yang cukup agar bisa membeli mobil tersebut, tentu dengan cara yang halal.

Dalam tafsir Fidzilalil Qur’an, Said Quthb menjelaskan bahwa Allah selalu mengikuti manusia dengan memerintahkan malaikat penjaga untuk mengawasi apa saja yang dilakukan manusia ketika mereka berusaha mengubah diri dan keadaannya.

Pada hakikatnya memang Allah telah menentukan takdir manusia akan bernasib baik atau bernasib buruk. Tetapi, nasib tersebut berdasarkan ayat di atas akan berubah sesuai dengan apa yang dilakukan manusia itu sendiri.

Nasib yang semula baik bisa saja berubah menjadi buruk ketika manusia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan apa yang diperintahkan Allah. Nasib seperti ini sebagaimana pernah terjadi terhadap umat-umat terdahulu yang semula dalam kemuliaan tetapi secara tiba-tiba berubah menjadi kehancuran karena ulah mereka sendiri.

         Nasib adalah sesuatu yang sudah ditentukan oleh tuhan atas diri seseorang. Sedangkan takdir adalah ketetapan dan ketentuan Tuhan. Cara-cara yang bisa manusia terapkan untuk merubah nasib, ada beragam cara. Di antaranya dengan kerja, kuliah atau berpendidikan tinggi, dan mengatur waktu dalam menjalani hidup.

Kerja atau Bekerja

         Menurut KBBI, kerja diartikan sebagai kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat untuk mencari nafkah atau mata pencaharian.”  Menurut Wjs. Poerwadarminta (2002) kerja adalah melakukan sesuatu.”

          Menurut B. Renita (2006), kerja dipandang dari sudut sosial merupakan kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraaan umum, terutama bagi orang-orang terdekat (keluarga) dan masyarakat, untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Sedangkan dari sudut rohani atau religius, kerja adalah suatu upaya untuk mengatur dunia sesuai dengan kehendak sang pencipta.

         Bekerja merupakan suatu komitmen yang harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Dalam Islam, bekerja juga merupakan wujud syukur akan nikmat dan karunia Allah SWT. Selain itu, bekerja juga sangat dianjurkan, karena dapat menjaga wibawa dan kehormatan diri. Dengan bekerja seseorang tak akan meminta-minta dan mengharapkan pemberian orang lain.

Kuliah atau Pendidikan tinggi

         Menurut KBBI, kuliah mempunyai arti pelajaran yang diberikan atau ceramah. Namun istilah kuliah sering dipahami sebagai kegiatan belajar mengajar di jenjang pendidikan tinggi.

         Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah tuntutan tumbuh dan berkembangnya karakter anak. Oleh karena itu pendidikan juga merupakan upaya untuk menuntun kekuatan kodrat pada diri setiap anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai manusia ataupun sebagai anggota masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup.

         Menurut Gunning dan Kohnstamn, pendidikan merupakan proses pembentukan dan pembangunan hati nurani, dimana seseorang mampu membentuk serta menentukan diri secara etis berdasar hati nurani mereka.         Menurut pandangan Islam, kuliah itu wajib karena kuliah adalah salah satu cara untuk menuntut ilmu baik ilmu agama atau ilmu umum. Karena sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk menuntut ilmu. Seperti yang terkandung dalam hadist Rasulullah SAW, ”Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan.”

Pembagian waktu atau Jadwal

         Menurut KBBI, jadwal atau pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja, daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dengan pembagian waktu pelaksanaan yang terperinci.

         Menurut Chambers (1995:22) menyatakan bahwa jadwal didefinisikan sebagai sesuatu yang menjelaskan dimana dan kapan orang-orang dan sumberdaya berada pada suatu waktu.

         Dalam Q.S Al-Ashr (103/13): 3 Allah bersumpah dengan media waktu atau massa.  Bisa disimpulkan bahwa waktu begitu berharga, karena tidak mungkin Tuhan menggunakannya sebagai sarana/ media sumpah jika tidak bernilai atau tidak penting. Waktu adalah sesuatu yang berharga, bernilai, dan penting.

Perubahan Nasib

“Tidak ada yang tidak mungkin.” Tentu kata-kata ini sudah seringkali kita dengar. Saat mendengar kata tersebut secara tidak langsung kita akan berpikir bahwa memang merubah nasib adalah hal yang mungkin terjadi.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Forbes bahwa terdapat 1.700 orang di Amerika menjadi jutawan setiap harinya. Di balik data tersebut sebanyak 41 persen dari 177 jutawan lahir dan dibesarkan dalam kemiskinan. Tentunya, banyak cara yang bisa dilakukan untuk lepas dari rantai kemiskinan dan merubah nasib tersebut dengan cara merubah kebiasaan sehari-harinya.

Salah satu yang bisa mengubah nasib adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu bagian dari hak ekonomi, sosial, budaya yang telah terakomodasi dalam pembukaaan alinea keempat yang menjelaskan bahwa tujuan negara Indonesia yaitu mencerdasarkan kehidupan bangsa. Tujuan dari mencerdaskan ini adalah memastikan seluruh masyarakat Indonesia memperoleh kesempatan mengeyam pendidikan yang layak dan berkualitas.

         Dengan mengenyam pendidikan yang tinggi, maka seseorang akan mempunyai wawasan yang luas dan semakin bijak dalam menjalani hidup. Wawasan yang luas itu tercakup dalam wawasan nusantara. Yaitu cara pandang dan berpikir seseorang atau individu yang berdasarkan atas falsafah Pancasila dan dasar-dasar bangsa yang luhur dan menyeluruh.

         Dengan wawasan luas, maka seorang akan bekerja dengan integritas tinggi. Disiplin mengatur jadwal dalam bekerja dan beribadah. Maka bila tiga cara ini dilakukan, maka InsyaAllah, Tuhan akan merubah nasib setiap manusia. Karena untuk mencari rezekinya di dunia, manusia harus bekerja dengan keras dan ikhlas.(*)  

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img