Pesantren kilat identik dengan kegiatan keagamaan khusus yang waktu dan pelaksanaannnya dilakukan di bulan Ramadan. Bentuk riil diadakan pesantren kilat, yang berupa aktivitasnya semacam ‘short course’ ini tidak akan maksimal dijalankan tanpa keterlibatan semua pihak. Khususnya penentu kebijakan (Kepala Sekolah), jajaran staf, dan guru-guru agama di setiap jenjang pendidikan, mulai dari tingkat SD sampai SMA.
Pesantren kilat sebagai bagian dari pola asuh serta bagian dari pembelajaran tentu memiliki tujuan mulia. Yaitu meningkatkan pengetahuan agama (Islam) dan menumbuhkan kebersamaan. Dalam kegiatan pesantren kilat Ramadan, siswa akan menjalani kehidupan layaknya di pondok pesantren mini. Agar peserta (siswa) dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam dengan baik dan juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pentingnya Sanlat
Alasan sekolah mewajibkan pesantren kilat di antaranya: Pertama, mendapatkan ilmu keagamaan yang lebih mendalam. Artinya dengan mengikuti kegiatan ini, peserta didik akan diberikan pelajaran dan pemahaman mengenai keislaman lebih mendalam.
Dengan disampaikan materi yang khusus saat sanlat seperti membaca Al-Qur’an, praktik wudhu, shalat, tayamum, adzan, menghafal surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan, doa-doa, mendengarkan ceramah, dan berdiskusi tentang keislaman.
Kedua, mempererat silaturahmi antar teman. Artinya, dengan mengikuti kegiatan ini peserta didik juga bisa bertemu dan belajar bersama dengan teman-teman sekolah. Seperti berkenalan dengan kakak-kakak kelas, atau peserta didik dari luar sekolah. Dan tidak menutup kemungkinan akan menemukan hal-hal baru dari kegiatan ini.
Ketiga, menanamkan kemandirian. Diadakannya pesantren kilat yang menyisipkan materi-materi umum seperti psikologi, outbound, hingga kegiatan sosial. Misalnya membuka donasi sedekah harian atau bentuk amal sejenisnya sehingga dapat dimanafatkan untuk berbagai kegiatan keagamaan.
Seperti membangun masjid sekolah, atau menyantuni yatim piatu. Dengan sedekah ini akan tercipta jiwa sosial dengan cara menyisihkan sedikit uang jajan untuk diberikan ke orang lain yang lebih membutuhkan.
Keempat, semakin fasih membaca Al-Qur’an. Saat sanlat, peserta umumnya diwajibkan untuk membaca Al-Qur’an. Ya, kegiatan ini bertujuan agar para peserta bisa fasih membaca Al-Qur’an, menghilangkan rasa malu membaca Al Qur’an, dan membiasakan diri membaca Al Qur’an. Selain membaca, siswa juga diminta untuk menyetorkan hafalan setiap harinya melalui guru pembmbing.
Kelima, mendapatkan penilaian tersendiri dari guru. Sebagai bukti bahwa siswa telah mengikuti kegiatan keagamaan ini, biasanya pihak penyelenggara akan memberikan penilaian khusus. Bagi para pelajar, penilaian ini sangat penting karena bisa menjadi bukti bahwa telah mengikuti kegiatan keagamaan di luar sekolah. Tidak hanya itu, penilaian ini juga biasanya menjadi nilai tambah untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).
Keenam, mengoptimalkan pendidikan karakter. Harapan besar dari kegiatan pesantren kilat sebagai bagian makro kebijakan pemerintah adalah terciptanya karakter siswa yang tahan banting, berkepribadian baik, bermental baja. Tidak mudah menyerah atas kegagalan dan tidak lekas puas dengan hasil yang telah didapat.
Sarana Instropeksi Diri
Menjadikan sanlat berhasil bukan pekerjaan mudah, perlu proses dan pembenahan berkelanjutan. Tidak dengan cara instan apalagi asal ada kegiatan. Karena itu, terus introspeksi diri oleh semua pihak penyelenggara. Ada satu pengalaman penulis tentang pelaksanaan pesantren kilat di sekolah, yang tentunya menjadi pelajaran berharga bagi penyelenggara.
Bentuk introspeksi diri ini adalah adanya kemauan keras tim guru PAI untuk melakukan penilaian yang sungguh-sungguh atas usaha maksimal siswa. Usaha yang dilakukan siswa saat mengikuti kegiatan sanlat di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Padahal kegiatan sanlat di luar kegiatan di sekolah lebih banyak waktu yang dihabiskan siswa untuk berproses menjadi lebih baik.
Penulis tidak berniat untuk mengoreksi peran guru PAI yang telah bekerja keras menyusun jadwal dan aktivitas sanlat. Namun hasilnya menjadi lebih optimal bila kerja keras siswa dihargai dalam bentuk penilaian lain. Misalnya nilai pelajaran agama siswa yang telah bersungguh-sungguh mengikuti proses yang benar di kegiatan sanlat menjadi bahan pertimbangan utama. Bukan melulu penilaian kognitif yang sumber hasilnya atas dasar pengetahuan semata.
Kini sudah saatnya pembenahan dan melihat kemampuan siswa dari beragam sisi. Penilaian pengetahuan penting, namun menilai proses pembelajaran yang baik dan benar itu prioritas utama. Sudah saatnya kita (pendidik) melakukan penilaian obyektif atas kemampuan mereka. Perlakukan mereka (siswa) sebagai sosok yang tepat, hindari segala tuduhan, intimidasi, dan ancaman terhadap diri siswa. Belajar menjadi benar dalam penilaian tidak hanya sekadar ancaman berupa tidak naik kelas atau tinggal kelas bukan kebijakan yang baik. Ancaman seperti ini tidak logis di mata siswa.
Ramadan Bulan Berproses
Ramadan adalah bulan berproses menuju kebaikan dan kebenaran, karena itu kita perlu mengadaptasikan kegiatan sanlat di sekolah-sekolah menjadi lebih beradab. Jadikanlah pertimbangan kesuksesan acara pesantren kilat sebagai program alternatif membangun anak bangsa sebaik-baiknya.
Jangan pernah berpikir dengan kegiatan pesantren kilat ladang amal kebaikan kita berubah menjadi salah dan menghambat jalan keikhlasan menuju ridho Ilahiah. Penulis berpesan, untuk apa kita berlelah diri untuk membangun karakter anak bangsa berupa pesantren kilat yang lebih terkonsep, demi pembelajaran di masa depan lebih baik kalau hanya sekadar formalitas belaka. Semoga!(*)