spot_img
Thursday, April 17, 2025
spot_img

Post Holiday Blues

Berita Lainnya

Berita Terbaru

          Liburan, siapa orangnya yang tak suka. Apalagi kalau liburannya cukup panjang. Ada tanggal merah yang dibarengi cuti bersama. Seperti pada libur tanggal merah peringatan Isra’ Miraj Nabi Muhammad SAW dan Imlek kemarin. Banyak yang memanfaatkannya untuk rekreasi dan bersenang-senang. Saat liburan usai dan harus kembali masuk kerja, tak sedikit yang mengalami post holiday blues.

          Merujuk sejumlah sumber, post holiday blues adalah kondisi psikologis yang sering timbul setelah seseorang kembali dari masa liburan. Tanda-tandanya meliputi perasaan sedih, kelelahan, kurangnya motivasi, dan kesulitan dalam beradaptasi dengan rutinitas harian setelah mengalami pengalaman yang menyenangkan selama liburan. Suasana liburan terbawa saat memulai rutinitas bekerja mempengaruhi perasaan sedih dan gangguan emosi.

-Advertisement- HUT

          Merujuk Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tahun 2024 yang ditandatangani oleh Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi memutuskan ada 27 hari tanggal merah dan cuti bersama yang terdiri dari 17 hari libur nasional dan 10 hari cuti bersama sepanjang tahun 2025. Jumlah liburan ini terbilang cukup banyak belum lagi nanti ada pengurangan jam kerja saat Ramadan dan libur Idul Fitri.

          Rutinitas kerja sering menciptakan kepenatan dan kelelahan. Liburan menjadi cara keluar sejenak dari rutinitas kerja harian. Selain itu, maraknya aneka konten pariwisata dan kuliner di beragam platform media sosial (medsos) turut menstimulasi banyak orang untuk datang dan mencobanya. Pertimbangan demi konten medsos tak jarang juga jadi alasan orang pergi rekreasi dan memamerkan momen liburan di medsosnya.

Pamer Konten Medsos

          Di tempat-tempat rekreasi, banyak orang sibuk mengabadikan momen liburannya. Mereka berfoto dan take video. Tak hanya itu, banyak di antara mereka juga mengabadikan momen saat terjebak kemacetan menuju tempat rekreasi. Seperti banyak foto dan video viral yang mengabadikan bagaimana pengunjung wisata Bromo yang mengular dengan antrian Jeep yang panjang.

          Aneka konten dan narasi saat liburan banyak membanjiri beragam platform medsos. Ada yang mengunggahnya di Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok. Ada pula yang dijadikannya status WhatsApp (WA), atau dibagikannya di WhatsApp Group (WAG) yang diikutinya. Tak sedikit di antara mereka yang rekreasi ingin ikut seperti yang lain, seperti yang mereka lihat dalam pertemanan mereka di medsos.

          Maka tak heran jika banyak orang berekreasi justru sibuk dengan aneka gadget-nya demi mengabadikan momen indah mereka dan mengunggah serta membagikannya di medsos. Orang butuh validasi orang lain di ruang-ruang digital medsos demi menunjukkan eksistensi dirinya. Momentum liburan bisa jadi ajang bagi banyak orang untuk tebar pesona dan pamer eksistensi diri.

          Tak sedikit orang liburan yang justru tak menikmati pemandangan di tempat yang dikunjunginya. Di antara mereka justru sibuk fokus pada gawai untuk berswafoto (selfie) dan mengabadikan lewat video. Selanjutnya sibuk unggah konten dan update status, setelahnya sibuk membalas aneka komentar yang muncul di berbagai akun medsos yang dimilikinya. Jadilah aktivitas di tempat wisata tak bisa lepas dari gadget demi mengejar konten medsos.

          Saat wisata kuliner juga tak lepas jadi konten medsos. Mungkin banyak orang terinspirasi para pembuat konten kuliner (food vlogger) saat mereka memberi testimoni dan rekomendasi kuliner. Saat liburan, aneka makanan dan oleh-oleh khas daerah diserbu banyak pembeli dan dijadikan aneka konten di beragam platform medsos. Inilah paduan kekuatan medsos dan promosi pariwisata yang jadi tren saat ini.

Post Holiday Blues

          Post holiday blues merupakan istilah yang menggambarkan perasaan tak menyenangkan yang muncul setelah masa liburan usai. Kondisi ini dapat memicu perasaan tak semangat hingga kurang fokus untuk melakukan kegiatan seperti biasanya. Merujuk seorang Psikolog Klinis Veronica Adesla, seperti di kutip Kompas, (30/4/2023), bahwa post holiday blues adalah perasaan negatif dan tidak menyenangkan setelah liburan.

          Veronika menjelaskan bahwa perasaan negatif yang muncul bisa berupa rasa sepi, sedih, kecewa, lelah, hingga tidak bersemangat karena harus kembali pada rutinitas harian. Kondisi ini dipicu oleh kegiatan yang dilakukan selama liburan yang melibatkan emosi menyenangkan sehingga memicu produksi hormon serotonin atau dopamin. Ketika liburan berakhir, hormon tersebut berkurang karena aktivitas yang dilakukan berbeda sehingga akan memicu emosi negatif.

          Orang berlibur berharap dapat bersenang-senang. Namun mereka juga harus siap dengan kenyataan bahwa mereka harus kembali beraktivitas rutin. Munculnya perasaan sedih pasca liburan merupakan hal yang wajar.  Justru yang perlu menjadi perhatian adalah pengaruh dan dampak buruk ketergantungan pada medsos. Karena mestinya liburan merupakan momentum yang perlu dinikmati bukan terlewatkan gara-gara terlalu fokus mengabadikan momen demi konten. 

          Rekreasi adalah kebutuhan. Siapapun butuh rekreasi. Dalam porsinya yang tepat, rekreasi dipercaya bisa membuat fresh dan peningkatan semangat kerja. Namun, tak jarang pasca rekreasi justru muncul post holiday blues. Fenomena ini merupakan hal yang wajar, hingga tak perlu terlampau dikhawatirkan. Yang penting hidup bisa seimbang (life balance), menyeimbangkan antara kerja dan rekreasi.(*)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img