spot_img
Thursday, May 9, 2024
spot_img

Presiden (Perem)Puan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Indonesia baru merdeka 77 tahun, baru seumur bibit jagung jika dibanding Amerika Serikat yang sudah merdeka 246 tahun. Tapi, dalam hal kepemimpinan perempuan orang Indonesia boleh berbangga dan menepuk dada masing-masing, karena lebih unggul dari Amerika Serikat. Indonesia sudah pernah punya presiden perempuan, sementara Amerika belum pernah sama sekali.

Indonesia pernah punya Megawati Soekarnoputri sebagai presiden ke-5. Meskipun tidak jangkap 5 tahun tapi Megawati tetap tercatat sebagai presiden resmi. Megawati mencoba maju sebagai petahana pada pilpres 2004, tetapi kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono.

Megawati marah sekali oleh kekalahan itu dan sampai sekarang masih belum bisa move on. Meski demikian, Megawati tetap tercatat dalam sejarah sebagai presiden perempuan pertama di Indonesia.

Mega masih menyimpan keinginan untuk maju menjadi capres lagi pada perhelatan 2014 setelah SBY lengser. Tapi, realitas politik ketika itu tidak memungkinkan, karena elektabilitas Mega tertinggal jauh oleh Joko Widodo yang ketika itu menjadi gubernur DKI. Mega tidak punya pilihan lain selain menyerahkan tiket capres PDIP kepada Jokowi.

Jokowi diam-diam mempersiapkan segala sesuatu dengan matang, termasuk menjalankan proyek pencitraan yang masif. Dalam waktu relatif singkat elektabilitas Jokowi meroket dan tidak bisa ditahan lagi oleh siapa pun. Mega menghadapi pilihan yang dilematis. Ia menghadapi fait a compli dan akhirnya menyerah. Mega menjadi korban ‘’creeping coup’’ atau kudeta senyap yang dilakukan Jokowi.

Sekarang 10 tahun berlalu. Tentu masih segar dalam ingatan Mega betapa sakitnya menjadi korban creeping coup ketika itu. Ketika Mega maju dalam pilpres 2004 ia menginginkan SBY sebagai calon wakilnya. SBY yang ketika itu menjadi menteri koordinator politik dan hukum di kabinet Megawati menolak ajakan Mega, dengan alasan ingin fokus pada tugasnya sebagai menteri.

Manuver SBY menelikung Mega ini sama saja dengan creeping coup yang dilakukan Jokowi, meskipun cara dan strategisnya berbeda. Ujung-ujungnya Mega dibuat terpojok dan tidak punya pilihan kecuali menyerahkan kepresidenan kepada orang lain.

Pengalaman pahit itu sekarang diantisipasi dengan lebih siap oleh Mega. Kali ini Mega tidak punya cukup waktu lagi. Ia berpacu dengan waktu. Mega harus mengamankan trah Soekarno dengan mewariskan kepemimpinan kepada Puan Maharani sebagai putri mahkota. Persoalan menjadi pelik karena elektabilitas Puan masih tetap sulit bergerak dari angka satu koma.

Mega tidak mau lagi mengalami penelikungan seperti yang dialaminya dari SBY. Mega juga tidak mau mengalami kudeta senyap seperti yang dilakukan oleh Jokowi. Karena itu tidak ada pilihan lain bagi Mega kecuali memunculkan Puan untuk menjadi calon presiden dari PDIP.

Ancaman kudeta senyap paling nyata muncul dari Ganjar Pranowo. Ancaman penelikungan ala SBY muncul dari Jokowi yang diam-diam menyiapkan calon sendiri untuk menjadi suksesornya pada 2024. Ganjar dan Jokowi sama-sama petugas partai yang ditunjuk oleh Mega menjadi gubernur dan presiden. Karena itu Mega berani tegas menghadapi dua petugas itu.

Waktu sudah semakin sempit. Mega pun mulai melepas Puan ke palagan. Harapannya Puan segera bisa bermanuver dan bisa mengerek dukungan. Gerakan masif dilakukan. Kampanye wacana presiden perempuan pada 2024 pun diluncurkan. Puan sudah mulai berani sesumbar bahwa 2024 nanti sudah waktunya Indonesia punya presiden perempuan.

Tantangan akan sangat kompeks. Kepemimpinan perempuan di level nasional masih sangat sensitif, terutama  di kalangan umat Islam konservatif. Masih sangat banyak ulama yang berpendapat bahwa wanita haram hukumnya menjadi pemimpin, apalagi menjadi presiden.

Mega sudah mengendus kemungkinan ini. Karena itu ia pun sudah menyiapkan strategi antisipasi. Salah satunya dengan membentuk opini di media, dan mencari fatwa dari para ulama pendukung kepemimpinan perempuan.

Di negara yang mengklaim diri sebagai biang demokrasi seperti Amerika Serikat, kepemimpinan perempuan sebagai presiden masih menjadi impian yang jauh. Tidak ada satu pun presiden perempuan dalam dua setengah abad sejarah negara itu.

Saat ini Wakil Presiden Kamala Harris menjadi perempuan pertama yang menjadi wakil presiden di Amerika Serikat. Sebelum Harris ada ada dua perempuan yang menjadi calon wakil presiden. Satu Geraldine Ferraro dari Demokrat berpasangan dengan Walter Mondale pada 1984,  dan Sarah Palin dari Partai Republik pada pilpres 2008 berpasangan dengan John McCain.

Dua-duanya gagal memenangkan kontestasi. Bahkan Palin yang menjadi gubernur Alaska ketika itu sering diolok-olok karena dianggap dungu. Entah mengapa Republik memilih Palin menghadapi pasangan Barrack Obama-Joe Biden pada pemilu itu.

Di Indonesia Puan Maharani mulai berani mengklaim bahwa 2024 akan menjadi tonggak sejarah dengan munculnya presiden perempuan hasil pemilihan langsung. Good Luck, mudah-mudahan tidak bernasib seperti Sarah Palin, gagal karena dianggap dungu.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img