Sejumlah aktivitas dilakukan banyak orang dalam merayakan lebaran. Mudik atau pulang kampung sudah menjadi tradisi setiap lebaran tiba. Tak seperti dua tahun sebelumnya, tahun ini mudik lebaran tanpa banyak aturan pembatasan. Mudik digunakan banyak orang untuk bersilaturahmi dengan orang tua dan sanak saudara. Acara reuni lebaran dengan teman-teman lama biasanya juga menjadi rangkaian acara saat lebaran. Bagi sejumlah orang, acara reuni adalah kesempatan yang ditunggu. Walaupun selama ini mungkin sudah biasa berkomunikasi lewat dunia maya, namun dirasa belum lengkap. Reuni, bertemu fisik dan bertatap muka langsung dengan teman-teman lama bisa jadi obat rindu. Reuni bertemu teman lama saat TK, SD, SMP, SMA, atau kuliah memang menyenangkan. Reuni telah mentradisi serupa dengan mudik lebaran.
Reuni biasanya juga tak hanya dilakukan karena alasan pernah sama-sama dalam satu sekolah. Reuni juga jamak dilakukan karena alasan pernah satu kloter saat pergi haji, pernah sama-sama tugas bekerja bareng, pernah merantau bersama, atau alasan lain yang memungkinkan seseorang bergabung dalam kebersamaan dengan teman lama. Bahkan ada pula yang melakukan reuni saat pernah menggelar demonstrasi atau menggelar aksi pada waktu yang lampau.
Intinya, reuni adalah momentum bertemunya kembali seseorang setelah sekian lama tak berjumpa. Sebagai sebuah ajang menyambung silaturahmi, reuni sejatinya punya manfaat yang positif. Namun dalam praktiknya, tak jarang reuni justru menjadi ajang pamer, arena show off kesuksesan dan pamer kekayaan. Reuni yang idealnya dapat menjadi wadah tersambungnya kembali persahabatan justru jadi bermakna kurang baik.
Tak Sekadar Kumpul
Reuni sejatinya tak sekadar acara kumpul-kumpul dan makan-makan belaka. Kalau mau dimaksimalkan, lewat acara reuni sesungguhnya bisa menjadi ajang berjejaring. Karena latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang beragam misalnya, maka peserta reuni bisa saling berbagi peluang dan kesempatan. Reuni bisa menjadi sarana saling berbagi pada sesama teman lama. Karena tak semua orang punya nasib dan keberuntungan yang sama, maka lewat reuni bisa menjadi sarana untuk saling berbagi.
Namun tak banyak acara reuni yang berakhir dengan tujuan mulia. Yang masih sering terjadi adalah reuni masih sebatas ajang kumpul-kumpul. Reuni masih sebatas menjadi sarana lepas rindu teman lama. Reuni sering menjadi ajang mengenang kembali kenangan masa lalu yang tentu tak mungkin bisa terulang pada masa sekarang. Reuni masih banyak untuk membangunkan nostalgi masa lampau.
Tak jarang juga acara reuni saat ini hanya demi konten media sosial (medsos). Biasanya panitia reuni memasang backdrop acara dan membuat background acara yang menarik. Karena pada ajang reuni bisa dipastikan akan ada acara wajib yakni foto bersama atau take video bareng-bareng. Apalagi kalau reuni itu diberi tajuk reuni perunggu, perak, atau reuni emas. Pasti akan banyak yang ikut dan foto videonya akan bertebaran ke beragam akun medsos.
Selain dengan tatap muka secara langsung, kegiatan reuni juga biasa dilakukan secara daring (online). Kegiatan ini bisa dilakukan via WhatsApp (WA) atau Zoom. Reuni daring bisa menjadi solusi bagi mereka yang terpisah jauh dengan teman-teman lama.
Mereka yang tak sempat mudik atau jadwal acaranya berbenturan dengan acara yang lain bisa bergabung secara daring. Selama pandemi Covid-19, dua lebaran lalu sudah banyak orang yang terbiasa dengan pertemuan daring ini.
Tak sedikit reuni lebaran disiapkan dengan matang jauh hari. Ada kepanitiaan yang dibuat khusus demi suksesnya acara reuni. Ada tema yang ditentukan, dresscode atau kaos seragam juga dibuat spesial. Sederet acara juga disusun dengan menarik.
Penggalangan dana juga jauh hari sudah dilakukan. Acara teknis reuni sudah dipersiapkan jauh hari, bukan dadakan. Namun tak banyak acara reuni yang dirancang dengan follow up kegiatan yang jelas. Reuni akhirnya hanya jadi ajang kumpul-kumpul dan selanjutnya bubar begitu saja.
Padahal kalau mau dioptimalkan, reuni lebaran sesungguhnya bisa menjadi forum bertemunya teman lama yang punya manfaat lebih maksimal. Reuni menjadi ruang bertemunya antara yang kaya dengan yang tidak mampu. Reuni sesungguhnya juga bisa jadi pintu membangun kebersamaan di antara yang sukses dengan yang belum. Reuni memang acara kumpul-kumpul, namun idealnya bukan sekadar kumpul-kumpul dan makan-makan lantas bubar tak berlanjut.
Lebaran dan Reuni
Sesungguhnya tak ada kaitan antara lebaran dan reuni. Kedua hal ini menjadi seperti identik hanya karena momentumnya dipas-paskan. Perayaan lebaran dengan disambut hingar bingar hanya terjadi di Asia Tenggara. Lebaran di negara-negara muslim belahan dunia yang lain memaknai lebaran lebih pada kembalinya kemurnian jiwa dan cukup dirayakan dengan sederhana saja.
Lebaran atau orang Jawa menyebut bakdan atau riyoyo banyak yang mengartikan “selesai” atau “pasca.” Artinya selesai dari melaksanakan ujian berat puasa Ramadan. Ada pula yang memaknai lebaran sebagai hari kemenangan setelah berperang melawan hawa nafsu sebulan penuh. Selanjutnya tak sedikit yang memaknai hari kemenangan sebagai hari kebebasan dan cenderung sebagai sarana “balas dendam.”
Reuni lebaran tak jarang juga terjadi dengan spirit yang keliru. Reuni lebaran memang tak keliru. Namun bukannya kemudian tanpa dampak negatif dari fenomena kumpul bersama teman-teman lama tersebut. Saat lebaran dan reuni seringkali mendorong orang lupa pada makna Idul Fitri. Banyak orang yang kemudian “mengada-adakan” sesuatu secara berlebihan demi kesan wah atau wow saat hadir reuni.
Sesungguhnya akan lebih menggembirakan lagi jika acara reuni lebaran dilakukan dengan semangat keidulfitrian, bukan semangat orang lebaran atau gegap gempita yang sering bertipu daya. Reuni sebagai ajang silaturahmi dan bisa jadi lebih dari sekadar pertemuan fisik saat lebaran, namun bisa berlanjut dengan aksi-aksi nyata yang bermanfaat di kemudian hari. Inilah reuni yang produktif. Selamat lebaran, selamat reuni lebaran. (*)