MALANG POSCO MEDIA – Perjalanan kehidupan itu bisa di analogikan seperti kita sedang naik kendaraan dan bertemu dengan kondisi jalan yang rusak parah dan celakanya jalan itu adalah satu-satunya jalur yang akan menghantarkan kita sampai pada tujuan. Kita tentu akan berpikir, ini kira-kira milih bagian jalan yang mana? Semua rusak, berlumpur dan ada genangan air.
Tapi di satu sisi kita harus terus jalan, tidak ada pilihan untuk kembali mundur karena terlalu jauh dan buang waktu. Di samping itu jalan tersebut merupakan satu-satunya jalur yang harus kita tempuh agar kita bisa bisa sampai pada tujuan dengan cepat.
Kemampuan kita untuk berpikir secara kritis agar bisa mengambil keputusan yang tepat dan cermat “nyaris” dibutuhkan dalam sepanjang perjalanan kehidupan yang kita jalani. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kita pasti akan bertemu dengan situasi yang rumit dan menuntut kita untuk membuat keputusan atasnya.
Begitu juga dalam menjalankan bisnis, terkadang kita juga menjumpai situasi yang demikian. Harus perpikir sejenak dengan ketajaman pikiran untuk membuat “decision” yang powerfull. Tentu semua “decision” akan membawa dampak risiko, maka salah satu karakter yang wajib melekat pada seorang pegiat bisnis adalah keberaniannya untuk memgambil risiko (Risk Taker). Tidak ada pilihan untuk mengoreksi tujuan, tidak ada pilihan untuk mundur ke belakang dan tidak ada pilihan untuk berhenti di jalan. Sebagaimana ungkapan Jhon C Maxwell, bahwa “Satu menit berpikir lebih baik dari satu jam bicara.”
Hampir kebanyakan orang dengan mudahnya membuat bisnis, membuka bisnis baru, launching produk, membuka outlet cabang baru, dengan semangat berapi-api. Namun sangat sedikit yang bisa bertahan dan bisa mengembangkannya menjadi lebih besar sizenya.
Kebanyakan dari kita “mutung” di tengah jalan dengan membuat 1.000 alasan saat kita menjumpai masalah yang pelik, yang di luar dugaan, yang di luar nalar, yang menguras energi, yang menguras emosi, yang membutuhkan kesabaran, yang membutuhkan ketahanan, yang membutuhkan strategi baru dan yang membutuhkan pemikiran baru.
Menurut Renald Kasali, 90 persen orang yang terjun ke dunia bisnis tidak pernah mengalami ulang tahun yang ke lima. Menurut beliau salah satu penyebabnya adalah karena tidak memiliki Endurance yang memadai yang disebabkan karena jenuh, mudah menyerah, ingin cepat dilihat sukses, karena omongan orang, dan lain-lain.
“Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi pada hari esok, dan karena kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan, maka kita harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik”, begitulah kira-kira ungkapan yang disampaikan oleh Warrent Buffet, seorang pengusaha kaya raya dan juragan investor asal Amerika ini.
Seseorang yang sudah memutuskan untuk masuk ke zona “entreupreuneurship”, maka ia telah masuk ke sebuah ruang pertumbuhan yang garis finishnya penuh dengan misteri, yang oleh Simon Sinek disebut sebagai permainan yang tidak ada batasnya “infinite game.”
Oleh karenanya, menjadi sebuah kewajiban bagi setiap pegiat bisnis dalam menjalankan roda bisnisnya untuk terus “Continually Learning”, terus menerus belajar, mencari skill baru, mencari keahlian baru, mendapatkan kompetensi baru dan bersahabat dengan tantangan dan rintangan.
Dengan terus melakukan continually learning maka secara otomatis kita akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertumbuh atau “contonually growing” alias akan dengan sendirinya mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Contonually learning adalah fundamental tindakan yang harus dilakukan oleh kita sebagai bentuk dari persiapan, sebagaimana disampaikam oleh Warren Buffet.
Warren Buffet yang sempat dinobatkan sebagai orang terkaya se-jagad versi majalah Forbes tersebut telah melakukan persiapan dan latihan menuju kesuksesannya sejak usia 7 tahun, sejak usia itu dia sudah terbiasa melihat angka-angka pergerakan saham milik ayahnya.
Oleh karenanya, menjadi suatu yang penting dalam menjalankan bisnis pemahaman akan “Speed dan Endurance.” Speed adalah kecepatan sedangkan Endurance adaah ketahanan. Speed menjadi penentu cepat tidaknya kita sampai garis finish, sedangkan Endurance adalah kemampuan kita untuk sampai ke tempat tujuan dengan aman dan selamat.
Dalam bisnis, speed dan endurance ini sama pentingnya. Kita perlu mengatur kecepatan biar tidak mudah bosan, jenuh dan ketinggalan zaman di tengah persaingan yang semakin “brutal.” Selain itu kita juga perlu memastikan kekuatan daya tahan kita dalam menjalani setiap fase bisnis agar kita bisa sampai pada “level finish” yang menjadi tujuan kita.
Masalah dan pertumbuhan itu seolah saudara sekandung. Jika ada masalah yang menjumpai kita pasti di sana ada peluang pertumbuhan. Sebagaimana Firman Allah SWT, jika Allah menurunkan masalah pasti bersamanya ada jalan keluar.
Hal terpenting bagi kita adalah kemampuan kita untuk bertahan dan bertumbuh di situasi apapun (merawat ketahanan), bagaimana cara agar kita bisa melakukannya? Jawabnnya adalah pertama, Latih terus otot ketahan kita. Kedua, Persistence, tangguh dan gigih. Ketiga, Terus mencari peluang.
Keempat, Terus mencari sumber daya untuk bertumbuh. Kelima, Pastikan kita berada pada ekosistem yang mendukung kita untuk bertumbuh. Keenam, Pastikan kita memiliki kinerja yang kuat. Ketujuh, Merawat dua pedang dalam diri yakni syukur dan sabar. Kedelapan, Berdoa dengan kesungguhan.
Naikkan speed dengan terencana, terstruktur dan terukur agar kita tidak tertinggal di tengah kompetisi yang sedang terjadi, dan kita harus terus menguatkan pundak Endurance dengan menikmati setiap proses yang kita lakukan dan terus belajar untuk meningkatkan kompetensi yang kita miliki.(*)