spot_img
Monday, July 8, 2024
spot_img

Supply dan Demand Narkoba Sudah Pincang

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Penggerebekan Clandesteine Lab Narkoba di Jalan Bukit Barisan Kota Malang diperkirakan menjadi modus operandi baru perdagangan narkoba, usai jaringan Fredy Pratama, dibongkar polisi, tahun 2023. Bahkan hingga saat ini, tim-tim Ditreskoba Polda Jatim masih melakukan pelacakan aset gembong narkoba itu.

“Selain pelacakan aset, sampai sekarang tim di Polda-Polda, termasuk Polda Jatim mencari tindak pidana pencucian uang (TPPU) dari jaringan Fredy,” ujar sumber terpercaya Malang Posco Media di Polda Jatim. Bareskrim Polri sudah menyita aset senilai Rp 440 miliar milik jaringan Fredy.

Aset-aset itu berupa apartemen, tanah dan bangunan, uang tunai, uang di rekening bank, serta sejumlah kendaraan bermotor yang disita dari beberapa lokasi. Dilanjutkan polisi berpangkat Ajun Komisaris Polisi ini, buntut dari ‘hancurnya’ jaringan Fredy di Indonesia, supply (pasokan) dan demand (permintaan) narkoba jadi tidak imbang.

Untuk mencari narkoba seperti ekstasi ataupun ganja sintetis sudah tidak mudah. Kalaupun ada, harganya sangat mahal.  “Kasus pengungkapan narkoba Tangerang, menunjukkan bila permintaan narkoba di daerah itu sangat tinggi,” tuturnya. ‘Barang’ itu, katanya, diduga dari milik anggota jaringan Fredy yang belum tertangkap.

“Nah, dari analisa, ternyata mulai muncullah pabrik narkoba yang didirikan untuk mencukupi permintaan itu. Seperti Clandesteine Laboratory ini, dibuat untuk memproduksi narkoba yang pasokannya mulai menipis. Seperti yang kapan lalu terungkap kasus narkoba di Tangerang, diketahui bila narkobanya produksi dari pabrik Jalan Bukit Barisan,” ujarnya.

Mantan anggota Satreskrim Polresta Malang Kota itu menjelaskan, narkoba yang diproduksi itu sudah pasti dibuat untuk memenuhi permintaan para bandar. “Tapi siapa bandarnya yang pesan, masih diselidiki. Apakah masih ada kaitan dengan Fredy, masih dilacak. Selama ini, mereka hanya berhubungan lewat telepon. Tidak bertemu langsung,” tambahnya.

Diakuinya, saat ini polisi lebih banyak bermitra dengan Bea Cukai untuk mendeteksi barang-barang yang dianggap mencurigakan, datang dari China. “Mesin-mesin produksinya dibeli dari China. Tetangga yang tinggal di laboratorium narkoba Jalan Bukit Barisan, tidak curiga karena bentuknya mirip alat sablon,” terangnya lagi.

Cara kerja ‘anak-anak’ pembuat narkoba pun sangat diperhitungkan. “Mereka cukup kerja selama 10 hari atau 15 hari, pil ekstasi ataupun ganja sintetis yang dihasilkan sudah jadi. Dan itu sudah cukup untuk melayani demand se-Indonesia. Jadi nggak tiap hari memproduksi narkoba,” ungkapnya kepada Malang Posco Media.

Pengungkapan Clandesteine Laboratory terbesar di Indonesia itu, papar pria ini, tidak lepas dari informasi yang diberikan Bea Cukai kepada Bareskrim Polri, tentang kedatangan mesin-mesin produksi ini. “Banyak tim-tim kecil dari Mabes Polri yang diberangkatkan ke Malang untuk melakukan penyelidikan,” terangnya.

“Bayangkan, mulai bulan Mei 2024 lalu, tim-tim Bareskrim Polri ini bertugas ke Malang untuk melakukan penyelidikan. Ada yang jadi surveillance, ada pula yang kebagian mencari data, dan lain sebagainya. Sampai benar-benar yakin, bahwa rumah itu menjadi tempat memproduksi narkoba,” papar dia.

Perwira Polri yang pernah menjabat sebagai Kasatreskoba di salah satu Polres wilayah Jawa Timur itu menegaskan, penyelidikan yang dilakukan tim Bareskrim Polri ini benar-benar sangat rahasia. “Saking rahasianya, tidak ada satupun anggota Polda Jatim dan Polresta Malang Kota yang dilibatkan hingga saat penggerebekan dilakukan,” tutupnya. (mar/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img