spot_img
Tuesday, September 17, 2024
spot_img

Ubah Sampah Jadi Potensi Pendapatan

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Volume sampah di Kota Malang mencapai 700 ton per hari, bisa disikapi secara positif dengan melihatnya dari segi bisnis. Bila pengelohan sampah berjalan baik, langkah selanjutnya mengubah potensi tersebut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Wahyu Setianto mengatakan pengolahan sampah yang ada di Kota Malang untuk saat ini adalah pemilahan dan pencacahan sampah yang diproses menjadi pupuk. Ke depan berencana menggandeng pihak swasta untuk pengolahan sampah tersebut.

“Ini rencananya ada MOU dengan salah satu perusahaan swasta mau mengelola sampah yang plastik yang tidak bisa diurai, seperti kresek-kresek itu kan tidak terpakai. Jadi itu kita olah, ada kerjasama, ini kita sudah ada konsep-an dengan Pak Wali Kota, sudah paparan. Kita nanti tinggal perkuat lagi dan itu ada nilai investasinya juga,” ungkap Wahyu kepada Malang Posco Media, Selasa (10/5) kemarin.

Agar rencana itu bisa sukses, lanjut Wahyu, kini pihaknya pun tengah menyiapkan regulasinya. Pasalnya tanpa regulasi itu maka sampah belum bisa dijual secara umum.

“Selama ini kita hanya dicacah-cacah saja tapi tidak bisa dijual karena belum ada regulasi. Sebenarnya pembeli banyak mas, nilai ekonomisnya lumayan. Kalau pupuk itu ya itu sampai ribuan sak disana. Jadi kita ya masyarakat kalau butuh dibagikan. Itu kalau ada regulasinya itu bisa dijual untuk menambah PAD (pendapatan asli daerah),” kata Wahyu.

Bahkan untuk sampah berupa botol-botol plastik dikatakan Wahyu juga telah diminati oleh sebuah perusahaan di Gresik. Akan tetapi hal itu juga masih perlu menunggu regulasi khusus tersebut.

Namun yang jelas, banyak potensi dari olahan sampah meski untuk saat ini hasil olahan pupuk itu hanya dimanfaatkan cuma-cuma oleh masyarakat. Hanya tinggal memasukkan pengajuan ke kantor DLH Kota Malang. Namun demikian, untuk saat ini artinya pengolahan sampah sudah berjalan baik.

“Harga per sak, (harganya) tidak sampai Rp 10 ribu, mungkin sekitar Rp 5 ribu – Rp 6 ribu lah. Per hari bisa sekitar 100 sak ada. Apalagi kita sudah pakai teknologi Jerman, jadi sudah diolah dan dicampur lagi,” lanjutnya.

Terlepas dari itu, dengan pengolahan sampah yang baik itu, tidak dipungkiri Wahyu, nantinya juga turut mempengaruhi penilaian penghargaan Adipura. Terlebih pada akhir bulan nanti seluruh data akan dilihat dengan seksama.

“Tapi sekarang yang dipilih hanya masalah sampahnya. Jadi kayak RTH-nya itu tidak, jadi terfokus pada pengelolaan sampah. Insya Allah kalau pengelolaan sampah kita itu bagus, karena banyak kunjungan di Kota Malang,” tandasnya. (ian/aim)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img