MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Pemkab Malang serius mengembangkan pertanian garam dengan sistem tunnel. Keseriusan itu dikatakan Bupati Malang, HM Sanusi kepada Malang Posco Media, Senin (20/11). Dia mengatakan, hasil garam tunnel ini menjanjikan, sehingga selain meningkatkan penghasilan petani, juga menjadi upaya pemerintah mengatasi kemiskinan ekstrem.
“Yang diperoleh petani garam lebih bagus hasilnya. Ini menjadi salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan di wilayah Malang Selatan,” katanyaa. Dia mengatakan hasil pertanian garam sistem tunnel lebih bagus setelah mengikuti kegiatan panen raya garam tunnel di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan Rabu (15/11) lalu.
Saat itu Sanusi mendapatkan laporan, bila sekali panen, petani mendapatkan Rp 80 juta, untuk ukuran lahan 5.000 meter. Sementara dalam satu tahun panen garam dilakukan dua kali. Sehingga total petani garam dalam satu tahun bisa menghasilkan Rp 160 juta.
“Dari hasil itu, kemudian kami mulai berpikir untuk melakukan pengembangan. Apalagi Kabupaten Malang ini memiliki wilayah yang ada di pesisir pantai juga banyak,’’ katanya. Dia berencana mengembangkan pertanian garam tunnel ini di Kecamatan Gedangan, Pagak, Bantur, Donomulyo dan Sumbermanjing Wetan.
Pemkab Malang akan menggelontorkan anggaran Rp 1 miliar. Dimana nanti masing-masing kecamatan mendapatkan bantuan Rp 200 juta. “Tahun 2024 nanti, melalui APBD Pemkab Malang menggelontorkan Rp 1 Miliar untuk pengembangan garam tunnel ini,” ucapnya. Sanusi, meyakini pertanian garam tunnel di wilayah Malang Selatan dipastikan sukses.
Mengingat wilayah Malang Selatan dikelilingi banyak pantai. “Bahannya ada, SDM nya juga ada, anggaran meskipun tidak banyak juga ada. Sekarang tinggal jalan saja,’’ ungkap politisi PDIP ini. Bahkan Sanusi juga mengatakan garam menggunakan sistem tunnel yang dikembangkan di Kabupaten Malang ini akan banyak diburu warga.
Selain bentuknya putih bersih, juga minim terkontaminasi zat berbahaya. Lantaran produksi garam ini sendiri ditutup. “Karena tertutup maka bisa terhindar dari hujan. Selain itu juga terhindar dari kotoran hewan dan zat-zat membayakan lainnya, sehingga garam ini sangat layak untuk dikonsumsi,’ ungkapnya.
Ditegaskan dia, pertanian garam ini jutru banyak digunakan oleh nelayan. Itupun mereka beralih ke pertanian karena kondisi laut sedang tidak bersahabat seperti ombak sedang naik atau lainnya. Itupun Sanusi menekankan untuk nelayan tetap memprioritaskan menangkap ikan. “Jadi ini menjadi alternatif saja. Sehingga tidak mengubah yang sudah ada,” tandas dia. (ira/mar)