Akhir Desember 2022 Kota Madinah Al-Munawwarah juga ramai jamaah umrah. Meskipun tidak seramai Makkah. Karena tidak semua jamaah umrah ke Madinah. Hanya jamaah dari beberapa negara saja yang berkunjung atau ziarah ke Masjid Nabawi.
Barang siapa salat di Masjid Nabawi maka mendapat keutamaan 1000 kali lipat dari salat di masjid yang lain. Sedangkan kalau salat di Masjidil Haram, keutamaannya 100.000 kali lipat. Begitu salah satu hadist shahih menerangkan.
Selain karena keistimewaannya itu, di Masjid Nabawi ada makam Baginda Nabi Muhammad SAW. Dan di Masjid Nabawi ada Raudhah. Tempat kecil yang begitu istimewa. Nabi Muhammad menyebutnya Taman Surga.
Kecil, karena memang Raudhah itu tidak besar. Hanya sekitar 330 meter persegi saja. Letaknya antara mimbar nabi dengan kamar nabi. Sekarang kamar itu menjadi makam nabi. Juga terbaring di sebelah beliau, dua sahabat mulia. Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar Al-Faruq.
Raudhah ditandai dengan tiang-tiang berwarna emas. Pemerintah Arab Saudi juga menandai dengan karpet berwarna hijau. Sedangkan lantai karpet Masjid Nabawi yang lainnya berwarna merah. Supaya jamaah haji atau umrah lebih jelas melihatnya.
Memasuki Raudhah, tidak semudah dulu. Pemerintah Arab Saudi sudah menerapkan aturan digitalisasi yang diterapkan untuk masuk Raudhah. Aturan ini diterbitkan sekitar Juni 2022 lalu. Bagi jamaah yang ingin masuk ke Raudhah harus ada tasreh atau surat izin yang diinput ke dalam Aplikasi Nusuk.
Sebelumnya juga ada aplikasi Eatmarna dan Tawakkalna. Cara instalasinya sama, dengan memasukkan nomor visa dan pasport.
Dengan penerapan digitalisasi ini yang masuk Raudhah terbatasi. Tidak semua bisa masuk. Kecuali dengan aplikasi. “Sudah tidak seperti dulu lagi. Semua bisa masuk. Sekarang sudah dibatasi. Dan harus mendaftar lewat aplikasi,” ujar Ustadz Saidy Afan, salah satu Muthawwif.
Pembatasan ini untuk menghindari desak-desakan. Supaya bisa lebih kondusif. Terlebih dalam dua bulan terakhir jamaah umrah membeludak. Di aplikasi ini sudah tercantum waktu, tempat, titik masuk dan keluarnya.
Sesuai aturan terbaru yang dikeluarkan, dalam surat tasrih tertera jam kunjungan ke Raudhah yakni pukul 7-8 pagi untuk jamaah perempuan dan pukul 13-14 siang untuk jamaah laki-laki. Jadwal ini berlaku saat kami umrah, akhir Desember 2022 lalu.
Kendatipun dibatasi dengan aplikasi, tak menyurutkan semangat jamaah untuk masuk ke Raudhah. Mereka rela antre panjang. Bahkan berebut untuk dapat antrean di garis depan.
Itu yang juga kami lakukan. Jamaah kami yang berangkat dengan Travel Agung Wisata tiba di Madinah, 26 Desember 2022. Baru bisa masuk Raudhah 27 Desember untuk perempuan dan 28 Desember untuk jamaah laki-laki .
Karena mendapat jadwal masuk setelah Salat Ashar maka kami, jamaah laki-laki, pun bersiap. Habiburrahman Ach Kholil, yang juga sebagai Muthawwif, mengimbau agar kami Salat Ashar di dekat garis antrean masuk Raudhah. Tentu supaya bisa antre di baris depan. “Setelah salam (Salat Ashar), pokoknya kita harus lari cepat. Tapi tetap bersama-sama, jangan sampai terpisah,” ujarnya.
Namun nyatanya, itu tidak mudah. Jamaah dari kloter umrah yang lain juga punya strategi yang sama. Mereka juga Salat Ashar di sekitar raudhah. Mau bagaimana lagi, demi mengejar keutamaan salat dan berdoa di Raudhah, tetap kami kejar.
Salat Ashar pun sudah dilaksanakan. Sesuai arahan Muthawwif, kami langsung berhamburan. Berlari dalam satu komando. Alhamdulillah, mendapat antrean yang tidak jauh dari barisan depan.
Berselang 15 menit, jamaah kami pun masuk Raudhah. Inilah waktu yang kami tunggu. Termasuk oleh kaum muslimin yang datang ke Masjid Nabawi.
Sesuai sabda Baginda Nabi Muhammad: Barang siapa yang salat dan berdoa di taman surga (Raudhah), maka akan mendapat ketenangan. Itu pun yang kami rasakan.
Meskipun tidak lama. Hanya hitungan menit. Waktu itu kami maksimalkan untuk salat dan bermunajat. Karena antrean di belakang masih panjang. Laskar pun tidak segan untuk mengusir jika kelamaan.
Karena itu, tidak sedikit yang menggunakan strategi. Supaya bisa sedikit berlama-lama di Raudhah. Bisa agak lama menikmati sejuknya Taman Surga. Karena di waktu yang begitu singkat itu, seakan menjadi ruh ibadah selama di Masjid Nabawi.
Ada yang berdoa sambil bersujud. Seakan-akan dia salat. Ada yang berdoa dalam kondisi duduk iftirasy atau tahiyat akhir, tanpa mengangkat tangan.
Supaya para laskar menyangka, yang bersangkutan masih dalam kondisi salat. Termasuk cara-cara lain untuk ‘mengelabui’ laskar. Strategi ini juga yang banyak dilakukan jamaah haji dan umrah saat mendapat kesempatan ibadah di Hijir Ismail.
Ternyata, dalam ibadah pun butuh kecerdasan. Butuh strategi. Tidak hanya dalam pemahaman syar’i, tetapi juga dalam pelaksanaannya. Agar keutamaan itu bisa diperoleh. Tidak ala kadarnya. (imm/van)