spot_img
Sunday, June 30, 2024
spot_img

Punya Ciri Khas Tersendiri, Tinggal Selangkah, Seriusi Naskah Akademik

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Sunarto Seniman Kampung Kota Batu Perjuangkan Glendo Barong Masuk WBTB

Sunarto sedang serius perjuangkan Glendo Barong menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikudristek. Segala daya upayanya diberikan. Apalagi  Glendo Barong Kota Batu memiliki ciri khas tersendiri.

MALANG POSCO MEDIA-Satu lagi kesenian asal Kota Batu yang tengah diusahakan agar menjadi WBTB. Kesenian tersebut yakni  Glendo Barong. Seperti namanya Glendo Barong berbentuk kepala naga.

Cara memainkan dengan dipukulkan ke bagian tubuh tertentu seperti kaki dan perut pemainnya hingga terdengar suara brak. Berat Glendo Barong mulai dari 40-75 kg. Bahan dasar dari Glendo Barong terbuat dari kayu. 

Hal itulah yang ditunjukkan seniman asal Desa Sumberejo Kecamatan Batu Kota Batu, Sunarto. 

“Kesenian Glendo Barong sering menjadi kegiatan pembuka dalam event-event yang dihelat oleh Pemkot Batu. Bahkan sering mewakili Kota Batu diluar daerah sebagai wajah kesenian asal Kota Batu,” ujar Narto sapaan akrab Sunarto.

Sebagai pelaku seni Glendo Barong, ia tengah berjuang agar kesenian tersebut bisa benar-benar menjadi identitas kesenian asal Kota Batu. Utamanya sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikudristek.

“Sebenarnya kesenian Glendo Barong telah ada di berbagai daerah. Kesenian ini masih ada keterkaitan dengan Barong Kidal dari Kabupaten Malang, Borong Jepaplok dari Kabupaten Blitar dan Jaran Dor yang pada umumnya ada di Malang Raya dan Blitar,” bebernya.

Namun Ketua Dewan Kesenian Kota Batu (DKKB) ini memiliki ketertarikan sendiri untuk bisa mengkreasikan Glendo Barong secara berbeda. Baik bentuk dan atraksi agar Glendo Barong berbeda serta menjadi identitas Kota Batu.

“Glendo Barong memiliki perbedaan dengan daerah lainnya. Perbedaan atau kekhususan itu adalah bentuk. Yaitu memilikk wondo (wajah) berupa naga Jawa dan beratnya rata-rata diatas 55-75 kg,” ungkap bapak tiga anak ini.

Berbeda dengan dengan Glendo Barong di daerah lainnya memiliki bentuk wondo berupa buto. Sedangkan untuk berat rata-rata 50 kg.

“Dengan kekhususan tersebut saya berupaya agar dalam waktu dekat ini Glendo Barong bisa dimasuk dalam Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemendikudristek. Untuk bisa meraih hal itu tinggal satu step atau masuk penjurian kedua,” bebernya.

Sehingga saat ini ia tengah melengkapi naskah akademik, data dukung, rekam maestro dan banyak lagi. Untuk pengumuman WBTB mungkin sekitar Agustus atau September mendatang. Karena itu, lanjut pria yang mendirikan Paguyuban Reog Sapto Tunggul Wulung sejak 2009 sampai sekarang ini masih melakukan kajian bersama Litbang Kesenian di Dewan Kesenian Kota Batu. Ia melakukannya bersama beberapa orang narsum yang ahli di bidangnya dan melakukan pendataan tentang kesenian Glendo Barong.

Apalagi saat ini Sunarto juga dipercaya sebagai Ketua Dewan Kesenian Kota Batu. Ia akan berupaya agar Glendo Barong masuk sebagai WBTB asal Kota Batu.

“Sehingga tidak hanya menjadi identitas seni dan budaya daerah dan menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Para pelaku seni tidak hanya melestarikan identitas suatu daerah, namun juga benar-benar bisa berdaya,” tegasnya.

Ia memiliki optimisme dan kepercayaan yang lebih. Pasalnya dia sering tampil mewakili Duta Seni Kota Batu untuk tampil di Taman Mini Indonesia Indonesia di Jakarta 2019. Sebelumnya di Lombok saat kegiatan Apeksi tahun 2018 serta di Surabaya parade barong tahun 2017-2018 dan di Solo dalam festival 24 jam menari tahun 2019 yang digelar oleh ISI Solo dan Unesco.

“Saya yakin Glendo Barong bisa melengkapi Kuda Lumping dan Bantengan menjadi WBTB oleh Kemendikbud dari Kota Batu tahun 2020 lalu. Pasalnya ada banyak perbedaan yang dimiliki Glendo Barong asal Kota Batu. Selain bentuk dan berat juga kami kembangkan gerakannya atraksi modern seperti sembur geni dan akrobatik,” beber alumnus SMA Islam Batu ini.

Selain menargetkan Glendo Barong masuk dalam WBTB, ia juga akan menjalankan amanat UU No  5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Di antaranya dengan mengusulkan Perda Kebudayaan Kota Batu dan mendigitalisasi data kebudayaan sebagai sumber akses referensi dan informasi publik kepada generasi muda.

Ia menerangkan khusus untuk Perda Kebudayaan diharapkan bisa diusulkan oleh eksekutif maupun legislatif dalam Propemperda. Karena menurutnya Perda Kebudayaan sangat dibutuhkan untuk menjalankan dan mengembangkan kebudayaan di Kota Batu.

“Dengan adanya Perda Kebudayaan nantinya DKKB akan bisa lebih banyak dan aktif membuat program kegiatan. Mulai pembibitan, kemudian menggelar lomba-lomba kesenian tingkat kota, pameran, hingga melakukan promosi ke daerah-daerah lain. Yang pada akhirnya kesenian Kota Batu benar-benar terangkat dan senimannya berdaya,” terangnya.

Kemudian untuk digitalisasi kebudayaan, diharapkan semua data dan referensi tentang kebudayaan di Kota Batu bisa diakses publik dengan mudah. Begitu juga dengan segala kegiatannya. “Sehingga bisa mendekatkan kebudayaan kepada masyarakat dan diharapkan menarik minat masyarakat untuk ikut melestarikan. Ketika kesenian dan budaya bisa eksis, maka kesejahteraan pelaku seni bisa terwujud,” harapnya. (kerisdianto/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img