spot_img
Wednesday, June 26, 2024
spot_img

Selamatkan Generasi Emas dari Dekadensi Moral

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Oleh:
Agus Harianto, M.Pd.
Kepala SMAN 1 Sumbermanjing


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sesuai dengan eranya memang tidak bisa dibendung dengan apa pun. Banyak hal baik dan buruk beriringan yang secara simultan hadir di lingkungan dan kehidupan ini. Tentu saja kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari dunia pendidikan terutama di lingkungan pelajar.

Dalam bidang pembelajaran dan penilaian perkembangan IPTEK benar-benar bisa dirasakan dalam bentuk teknologi pendidikan yang semakin baik. Namun di sisi lain sebagaimana kita ketahui banyak pula hal negatif yang membersamainya. Hal yang menjadikan tidak nyaman adalah betapa dekadensi moral, individualistis, apatisme, rendahnya kepedulian terhadap sesama, dan menipisnya nilai sosial telah menjadi virus paling ganas yang mengikis mental para pelajar.

Tentu saja kondisi ini menjadi sangat ironis, karena pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek telah memprogramkan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka.

Dekadensi moral dan segudang permasalahan remaja dan pelajar pada dasarnya merupakan cerminan dari ketidakberhasilan pendidikan moral dan akhlak baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan. Memang tidak mungkin kita memberikan justifikasi berkaitan dengan hal ini. Pasti akan ditemukan berbagai hal dengan kompleksitas yang sangat tinggi sebagai faktor penyebab semua kondisi tersebut.

Menyadari kompleksitas ini, maka diperlukan analisis yang sangat tepat, akurat, dan terarah agar faktor penyebab permasalahan moral pelajar bisa dideteksi dengan benar. Mungkin akan terjadi gesekan dan kesenjangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun itu semua harus dilakukan agar penyiapan generasi emas 2045 berjalan mulus sesuai dengan harapan. Jangan sampai terjadi generasi emas 2045 merupakan slogan tanpa isi yang pada akhirnya hanya tinggal frasa indah dan menarik belaka.

Menyelamatkan generasi emas dari dekadensi moral tentu harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan bangsa ini. Tidak ada artinya pembangunan fisik di negeri ini berhasil secara gemilang jika tidak diimbangi dengan keberhasilan pembangunan mental generasi penerus yang benar-benar bisa diandalkan.

Salah satu cara ideal dan efektif yang dilakukan pemerintah untuk menyelamatkan generasi adalah melalui pendidikan. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dalam Kurikulum Merdeka merupakan upaya yang benar-benar tepat untuk mengatasi terkikisnya nilai moral di lingkungan pelajar.

Jika P5 ini dilaksanakan sesuai dengan tujuan dasarnya, sangat mungkin akan dapat menjadi benteng yang kuat untuk menahan serbuan virus ganas penghancur generasi. Namun jika P5 hanya dilaksanakan sekadar layaknya bazar, pasar, pencitraan, atau formalitas belaka dapat dipastikan tidak akan membawa hasil yang signifikan. Dengan demikian proyek ini harus mampu memberikan jaminan terwujudnya generasi emas 2045.

Jika kita mau mencoba mengintip kehidupan para santri di pesantren, maka di situlah sebenarnya secara alami kita bisa menemukan proses pembentukan profil generasi emas sebagaimana harapan negeri ini. Pesantren menggambarkan pelaksanaan P5 yang sebenarnya.

Banyak bagian dalam kehidupan di pesantren yang kadang tidak bisa ditemukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Maka menghadirkan kehidupan pesantren di sekolah sangat mungkin merupakan pemerlengkap dan penguatan pembentukan mental pelajar.

Untuk membentuk suatu kondisi, kadang diperlukan pemaksaan dalam sisi kebaikan. Keterpaksaan, kerelaan, dan pembimbingan dalam pendidikan akhlak pelajar merupakan satu kesatuan yang sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Pelajar dengan karakteristik yang serba labil dan dinamis benar-benar sangat memerlukan pendampingan.

Kemandirian memang mutlak, namun bukan berarti harus dilepas demikian saja tanpa pendampingan. Kehadiran seorang pendidik untuk selalu memberikan motivasi dan pendampingan menjadi sebuah keharusan mutlak.

Menyelamatkan mental generasi pada akhirnya harus benar-benar menjadi prioritas utama dalam program pembangunan di negeri ini. Menyadari hal ini maka nilai-nilai sosial, moral, dan budaya harus bisa dipertahankan dengan segala daya dan upaya.

Kurikulum Merdeka dengan P5 merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan keberadaannya sebagai salah satu upaya penyelamatan. Di sisi lain Pramuka juga merupakan kegiatan sangat strategis yang dapat diandalkan dalam pembentukan moral dan karakter generasi penerus.

Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Anindito Aditomo bahwa ekstrakurikuler Pramuka tetap ada dalam Kurikulum Merdeka. Dalam hal ini keberadaan Pramuka dan P5 merupakan sebuah kolaborasi strategi yang sangat tepat dalam menegakkan moral dan karakter pelajar.

Penanaman nilai-nilai kebajikan dan kebijakan sejak dini sangat penting dilakukan sehingga jati diri bangsa tetap terjaga. Warisan luhur para pendahulu harus terjamin tetap tertanam dalam diri generasi bangsa ini.        Dengan demikian harapan bahwa generasi emas 2045 akan menjadi tulang punggung pembangunan negeri ini akan benar-benar bisa terwujud. Namun keberhasilan dari semua upaya tersebut tetap bergantung pada keinginan untuk menjadi yang terbaik dari para pelajar yang saat ini sedang berada di bangku sekolah.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img