spot_img
Sunday, September 8, 2024
spot_img

Susah Payah PPDB

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Sekolah Negeri dan Swasta Bersaing Cari Siswa Baru

MALANG POSCO MEDIA– Sekolah negeri susah payah dapat siswa baru, apalagi sekolah swasta. Tahun ajaran baru 2024-2025 ini semakin sulit. Peluangnya kian sempit. Sudah begitu, beberapa sekolah negeri menambah ruang kelas.

Mirisnya, sekolah negeri saja kesulitan mendapat siswa baru. Apalagi yang swasta. Bahkan seperti  diberitakan Malang Posco Media  sebelumnya, ada sekolah negeri hanya mendapatkan satu siswa. Lalu, bagaimana yang swasta? Sudah bisa dibayangkan susah payahnya sekolah swasta  bertahan. Kebijakan zonasi yang diterapkan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir menjadi tantangan sendiri bagi swasta. “Kuncinya tentu inovasi. Harus selalu ada perubahan yang menarik. Hanya itu yang bisa kita jual kepada masyarakat,” ujar Ach Sopyantoro, Kepala SMP NU Syamsuddin Kota Malang.

Dia mengatakan tahun ini hanya bisa membuka satu rombongan belajar. Atau satu ruang kelas saja. Itupun masih kurang lima siswa. Karena untuk mencapai satu rombel minimal 28 siswa.

“Kami masih mendapatkan 23 siswa. Masih kurang lima. Semoga masih ada lagi siswa baru yang nanti mendaftar,” harapnya.

Sebagai upaya untuk terpenuhinya pagu siswa baru, SMP NU Syamsuddin membuka PPDB sepanjang tahun. Meskipun pembelajaran berlangsung pendaftaran tetap dibuka. “Sekolah swasta kecil seperti kami, cara apapun kami lakukan. Termasuk membuka pendaftaran sampai pagunya terpenuhi,” ucap Sopyan, sapaannya.

Meskipun pagu belum terpenuhi, Sopyan masih bersyukur perolehan siswa baru tahun ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Meskipun tidak banyak. Tahun lalu sekolahnya mendapat 21 siswa.

Sedangkan tahun ini sudah ada 23 siswa baru. Dan kemungkinan masih bertambah. “Tahun lalu setelah kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) masih ada satu-dua yang mendaftar. Semoga tahun ini juga begitu,” kata dia.

Selain membuka PPDB sepanjang tahun ajaran, upaya lain juga dilakukan SMP NU Syamsuddin untuk menggaet siswa baru. Di antaranya, menggandeng alumni. Menurutnya, alumni punya peran strategis untuk membantu mendapatkan siswa baru. “Alumni harus punya andil untuk almamater. Salah satunya membantu memperoleh siswa baru. Itulah peran besar yang kami harapkan dari alumni,” tambahnya.

Selain alumni, guru dan tenaga kependidikan juga harus berperan aktif. Mereka harus punya kiprah di tengah masyarakat. Sehingga membangun branding lembaga. “Dengan begitu masyarakat akan melihat bahwa guru-guru sekolah ini hebat-hebat. Sehingga ada ketertarikan untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini,” terangnya.

Cara yang juga selalu diterapkan sekolah swasta yang kesulitan mendapatkan siswa baru yakni pembiayaan. Biasanya, sekolah tidak memungut biasanya besar untuk calon siswa baru. Bahkan beberapa fasilitas digratiskan. Seperti seragam dan sebagainya.

Demikian juga di SMP NU Syamsuddin. Sekolah ini tidak mematok biaya tinggi untuk pendaftaran, uang gedung dan pangkal. Beberapa seragam ada yang digratiskan. “Memang tidak semuanya kami gratiskan. Karena kami juga butuh pembiayaan operasional yang tidak kecil,” tandasnya.

Kondisi yang sama juga dialami MTs Ma’arif Kota Malang. Pasca diterapkannya zonasi sudah tidak mampu lagi menerima siswa baru lebih dari satu rombel. Bahkan untuk memenuhi satu rombel pun harus mati-matian.

Kepala MTs Ma’arif Kota Malang, Denik Indah Sulistiowati, S.Sos., M.Pd mengatakan, setiap tahun biasanya hanya menerima delapan sampai sembilan siswa baru. Meskipun begitu guru dan tendik tetap berupaya maksimal untuk mempertahankan eksistensi madrasah ini. “Karena ini amanah, komitmen yang kita bangun sejak berdirinya lembaga ini untuk mencerdaskan anak bangsa. Berapapun siswa kita dapat harus kita perjuangkan supaya mereka menjadi generasi hebat,” katanya.

Denik bersyukur, tahun ini perolehan siswa baru MTs Ma’arif Kota Malang mengalami peningkatan. Sudah ada 18 siswa baru. “Alhamdulillah, ada peningkatan. Tentu berkat usaha yang kami lakukan selama ini,” imbuhnya.

Menurut dia, berbagai upaya selama ini telah dilakukan untuk memperoleh siswa baru. Di antaranya, selalu menguatkan branding lembaga.

Selain itu, juga aktif di kegiatan. Seperti expo, yang dilaksanakan di Jalan Bandung beberapa waktu lalu. Guru juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Dan yang juga dilakukan oleh MTs Ma’arif Kota Malang menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi. “Lembaga ini butuh support semua lini. Masyarakat, perguruan tinggi, termasuk pemerintah,” kata dia.

Sistem zonasi dan sekolah gratis di sekolah negeri menjadi tantangan besar bagi sekolah swasta. Apalagi pandemi Covid sempat melanda. Tidak banyak ruang gerak untuk melakukan promosi dan sosialisasi.

Sebelumnya, sekolah swasta masih memiliki daya untuk tumbuh dan berkembang. Rata-rata masih mampu memiliki dua rombel siswa baru.

Di SMP NU Syamsuddin misalnya, dulu sempat lebih dari dua rombongan kelas. Termasuk di MTs Ma’arif Kota Malang. Sempat memiliki 63 siswa. 

Sementara itu Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Kota Malang, Rudiyanto, S.Pd merasa miris dan kecewa dengan tahapan PPDB  Tahun Ajaran ini.

Menurutnya, PPDB setiap tahun yang digelar belum menyelesaikan masalah. Setiap tahunya selalu ada masalah baru yang muncul. Seperti tahun ini, server sering mengalami gangguan. SMP swasta yang ikut PPDB online pun kena imbas. Sebanyak 66 sekolah dari 86 sekolah swasta yang ikut PPDB online  sempat hilang di sistem  PPDB online Dikbud Kota Malang.

“Awalnya kami sangat senang diikutkan PPDB bersama. Tapi ternyata  hasilnya belum sesuai keinginan. Dari tahun ke tahun seolah-olah ini tidak ada solusinya. Artinya hanya rutinitas tahunan. Tidak ada perkembangan dan perbaikan. Harus dievaluasi dan kami kecewa,” ucap Rudi.

Ia menegaskan  selama ini sekolah swasta ikut andil mencerdaskan masyarakat di Kota Malang.  Dia mengajak seluruh pihak yang peduli  pendidikan di Kota Malang bersama  mencari solusi. Jangan sampai menguntungkan sisi sebelahnya. Karena sekolah swasta hanya muncul sistem jalur afirmasi dan prestasi. Ketika sistem zonasi, nama 66 sekolah swasta hilang di sistem.

“Kami sudah konfirmasi ke Diknas katanya masih ikut (tidak hilang). Tidak ada jawaban yang memuaskan. Dari sini, “Lego” kami merasa hilang. Padahal kami sudah antusias untuk ikut PPDB online. Kami juga sudah gembar-gembor ke seluruh anggota MKKS SMP Kota Malang,” imbuhnya.

Dengan adanya sistem yang sempat hilang, masyarakat kesulitan dan tidak bisa memilih sekolah swasta. Padahal, masyarakat punya hak untuk itu. Dan seolah – olah sekolah swasta disuruh untuk mencari murid sendiri, dikarenakan PPDB online yang diharapkan membantu sekolah swasta ternyata  tidak membantu. Padahal, ketika pertemuan antara MKKS SMP Kota Malang dan Diknas Kota Malang sebelum PPDB Online digelar, Diknas Kota Malang sudah berjanji untuk membantu. Nyata saat ini SMP swasta masih mencari sendiri calon murid.

Rudi juga menyampaikan, setiap tahunnya sekolah swasta terus fight dengan mengikuti apa yang diinginkan oleh Diknas Kota Malang. Dengan harapan, sekolah swasta bisa dilirik dan dipilih oleh masyarakat. Nyatanya, tetap sekolah negeri yang diuntungkan dengan adanya sistem ini.

Ditarik kebelakang  dua tahun terakhir, terdapat  SMP swasta tidak mendapat siswa baru sama sekali atau nol siswa. Pada tahun 2022 SMP  Tarbiyatul Huda 0 siswa, Tahun 2023 dua sekolah yakni, SMP Tarbiyatul Huda di Kedungkandang dan SMP Waskita Dharma Sawojajar.

Melihat fenomena ini, Diknas Kota Malang setiap tahunnya tidak memperbaiki kinerjanya. Sungguh miris jika Kota Malang mendapatkan julukan Kota Pendidikan, karena sekolah swasta setiap tahunnya  semakin berkurang karena tidak ada murid.

Banyaknya faktor terjadinya fenomena tersebut. Salah satunya zonasi sekolah negeri sangat dekat dengan sekolah swasta. Kondisi seperti ini jika tidak dievaluasi dengan pihak terkait, sekolah swasta  pelan-pelan akan tutup. Tentunya semua akan terdampak, terutama para tenaga pendidik dan pendidikan. Lalu, apakah Kota Malang masih layak  dijuluki Kota Pendidikan.

“Kami tidak mencari siapa yang salah. Ayolah mencari solusi. Di Kota Malang banyak kok para praktisi pendidikan yang hebat. Mungkin kedepannya Diknas Kota Malang lebih terbuka dan memberikan jaminan kepada sekolah swasta. Bagaimanapun, sekolah swasta juga ikut andil di dunia pendidikan di Kota Malang,” tandasnya. (imm/hud/van)

- Advertisement -spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img