Malang Posco Media – Beberapa ahli dermatologi, merespon tren perawatan kulit yang semakin berkembang karena pengaruh media sosial, berpendapat bahwa masa remaja dini adalah waktu yang ideal untuk memahami dan mengadopsi rutinitas perawatan kulit.
“Masa praremaja hingga awal remaja, kira-kira antara usia 10-14 tahun, adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan rutinitas perawatan kulit karena, pada usia ini, anak-anak mulai memahami pentingnya kebersihan dan perawatan pribadi sehingga cenderung lebih memahaminya, menerima gagasan untuk menjaga diri mereka sendiri,” kata Dokter kulit bersertifikat di Marmur Medical Rachel Westbay, MD, FAAD, disiarkan laman Popsugar, Rabu (20/12), waktu setempat.
Hasil survei Piper Sandler mengenai remaja menunjukkan bahwa total pengeluaran dalam kategori kecantikan meningkat sebanyak 23 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan perawatan kulit, khususnya, mengalami pertumbuhan sebesar 19 persen.
“Tidak ada kata terlalu muda untuk menggunakan produk perawatan kulit yang tepat jika diperlukan,” kata dokter kulit bersertifikat di Scottsdale, Arizona, dan pendiri merek perawatan kulit remaja BTWN Brooke Jeffy , MD.
Meskipun tidak ada panduan yang bersifat universal, dokter sepakat bahwa tujuan perawatan kulit adalah menjaga kulit agar tetap bersih dan terlindungi. Ini melibatkan penggunaan pembersih (dan penghapus riasan pada malam hari jika diperlukan), perawatan jerawat dengan asam salisilat atau benzoil peroksida jika dibutuhkan, penggunaan pelembab, dan tabir surya.
“Jika seorang remaja memiliki jerawat yang lebih parah, saya sarankan mereka menemui dokter kulit bersertifikat untuk pemeriksaan lebih mendalam dan pengobatan khusus yang dapat mencakup campuran produk yang dijual bebas dan dengan resep,” kata dokter kulit Corey L. Hartman.
Penggunaan serum mewah, masker wajah, dan bahan aktif sangat tidak disarankan bagi remaja. Banyak dari produk-produk itu memiliki formulasi rumit yang dikemas dengan bahan-bahan kuat yang tidak kondusif untuk kulit muda.
Hartman mengatakan remaja tidak perlu mulai menggunakan bahan aktif itu sampai berusian 20 tahunan.
“Remaja tidak perlu menggunakan serum vitamin C, retinoid untuk tujuan anti-penuaan, pengelupas kulit kimia seperti asam alfa hidroksi, atau sebagian besar toner, serum, dan masker yang sedang tren di TikTok,” Westbay.
Terlalu dini menggunakan bahan-bahan aktif untuk perawatan kulit membuat remaja berisiko mengalami berbagai masalah kulit, seperti iritasi, dermatitis kontak alergi, kekeringan umum, sensitivitas, dan bahkan peningkatan jerawat. Kekhawatiran lainnya adalah peradangan terus-menerus pada kulit sebenarnya dapat berdampak negatif terhadap kolagen dan menyebabkan iritasi pada pelindung kulit.
Selain risiko kerusakan kulit, masalah kulit juga dinilai bisa saja mengganggu kesehatan mental. Pakar menilai saat ini banyak orang dewasa yang kesulitan menghadapi standar kecantikan yang tidak realistis yang ditetapkan oleh industri dan media sosial.
Dengan begitu banyak anak yang mengikuti keyakinan itu pada usia dini, sangat mungkin hal ini akan berdampak jangka panjang pada harga diri.
“Generasi ini, khususnya, memiliki semacam dismorfia tubuh dan obsesi umum terhadap kulit dan perawatan kulit hingga saya benar-benar prihatin terhadap segelintir pasien saya. Hal ini diperburuk dengan meluasnya penggunaan filter pada foto,” kata Westbay.
Niat di balik kepentingan itu penting dan harus dipertimbangkan sama beratnya dengan rutinitas itu sendiri.
“Sangat menyenangkan melihat anak-anak muda menaruh perhatian pada kulit mereka, tapi saya ingin mereka melakukannya demi kesehatan mereka secara keseluruhan – bukan karena mereka merasa perlu tampil seperti pemengaruh atau selebriti favorit mereka,” kata Hartman.(ntr/mpm)