spot_img
Tuesday, May 21, 2024
spot_img

Kembangkan Pertanian Presisi, Prof. Yusuf Hendrawan STP., M. App. Life Sc., Ph.D, Dikukuhkan Sebagai Guru Besar UB

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Prof. Yusuf Hendrawan STP., M. App. Life Sc., Ph.D, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang ilmu sistem kontrol pertanian di Universitas Brawijaya, Selasa (31/5). Prof. Yusuf Hendrawan akan menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Pemanfaatan Intelligent Bio-Instrumentation System dalam Pengembangan Pertanian Presisi di Era Revolusi Industri 4,0.”.
Pada orasi ilmiah ini, Prof. Yusuf Hendrawan merumuskan metode pengukuran objek hayati khususnya objek pertanian yang dinamakan Intelligent Bio-Instrumentation System (IBIS). IBIS merupakan sebuah metode pengukuran objek hayati melalui analisis gambar digital yang didapatkan dari kamera digital.
Analisis gambar digital ini menggunakan perangkat lunak berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence). Keunggulan dari IBIS adalah metode pengukuran yang tidak merusak objek pertanian yang diamati (non-invasive sensing), akurat, mudah digunakan, dapat dimanfaatkan dalam sistem kontrol pertanian supaya lebih efektif, alat pengukuran yang lebih murah, dan prosedur pengukuran yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan metode pengukuran konvensional.
“Pengembangan IBIS sangat bermanfaat untuk pertanian yang presisi khususnya di era revolusi indutri 4,0. Sistem pertanian presisi erat kaitannya dengan sistem kontrol pertanian yang akurat. Dalam bidang pra-panen, dengan diketahuinya respon tanaman terhadap perubahan lingkungan, maka kita dapat mengontrol kondisi lingkungan tanaman secara optimal sesuai dengan yang diinginkan oleh tanaman,” jelas Prof. Yusuf Hendrawan .
Menurutnya, dalam bidang pasca-panen, dengan diketahuinya karakteristik produk pertanian, maka dapat mengontrol kualitas produk pertanian secara optimal. Dengan adanya sistem kontrol pertanian yang efektif dan akurat dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian melalui optimalisasi sistem budidaya pertanian dan sistem pengolahan pasca panennya.
Beberapa penelitian oleh Prof. Yusuf Hendrawan juga menunjukkan efektivitas kecerdasan buatan dalam memodelkan karakteristik produk pertanian. Oleh karena itu, kecerdasan buatan memiliki potensi untuk dikembangkan dalam membangun sistem pengukuran objek-objek hayati di bidang pertanian. Penelitian-penelitian untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan dalam sistem pengukuran respon tanaman dan karakterisasi produk pertanian perlu banyak dikembangkan.
Pada tahun 2012 hingga 2019, penelitian-penelitian Prof. Yusuf Hendrawan mengarah pada pemanfaatan kecerdasan buatan berbasis computer vision untuk mengembangkan metode IBIS. Berikutnya pada tahun 2020 hingga sekarang, Prof. Yusuf Hendrawan memanfaatkan metode IBIS untuk pengembangan pertanian presisi. Kemampuan IBIS untuk mengidentifikasi respon tanaman kemudian dimanfaatkan untuk membangun sistem komunikasi yang efektif dengan objek pertanian atau yang dinamakan sebagai metode Speaking Plant Approaches (SPA).
“Ketika kita dapat berkomunikasi dengan tanaman, maka kita akan mengetahui kebutuhan hidup tanaman secara akurat. Dampaknya adalah tanaman dapat tumbuh secara lebih optimal dan dapat menghemat pemakaian energi, pupuk, dan bahan-bahan pertanian lainnya. Di bidang pasca-panen, IBIS telah dimanfaatkan untuk mengidentifkasi karakteristik mutu, fisik, dan kimia objek-objek pertanian sehingga kualitas produk-produk pertanian dapat ditingkatkan,” terangnya.
Di masa yang akan datang, Prof. Yusuf Hendrawan akan mengembangkan IBIS ini ke dalam bidang sistem kontrol pertanian untuk mewujudkan customizable agricultural product. IBIS akan dikembangkan untuk mengoptimalkan teknologi plant factory. Plant factory adalah suatu sistem budidaya pertanian tertutp dimana semua faktor lingkungan (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, air, nutrisi, CO2, frekuensi suara, dll) dapat dikontrol secara optimal.
“Di era revolusi industri 4,0, permintaan konsumen ketika akan membeli produk juga semakin detail, dan semua permintaan konsumen tersebut harus bisa dipenuhi secara spesifik oleh produsen. Ini yang dinamakan customizable product. Di bidang pertanianpun, di masa yang akan datang, konsumen bisa dengan mudah menentukan karakteristik produk pertanian yang mereka inginkan secara spesifik dan detail,” pungkasnya. (bua)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img