spot_img
Friday, April 26, 2024
spot_img

Farhanuddin Fattah, Pemuda Desa Pelatih e-Sport Berlisensi

Mulanya Dianggap Hanya Main Game, Kini Ngajar di Tujuh Sekolah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Mengubah kegagalan menjadi ketekunan yang melahirkan prestasi. Begitulah Farhanuddin Fattah. Pria  23 tahun asal Desa Argotirto, Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang ini aktif mengenalkan e-sport. Ia pelatih berlisensi  yang mendapatkan penghargaan sebagai pemuda berprestasi.

=======

Suatu siang,  Farhanuddin Fattah sibuk mengantarkan surat kerja sama. Salah satunya dengan SMK Cendika Bangsa di Kapanjen. Itu salah satu kesehariannya.  Ia juga mengajar e-sport lalu mengurus segala  kebutuhan ekstrakurikuler e-sport di berbagai sekolah di Kabupaten Malang.

Masih mengenakan jaket e-sport KONI Jatim, Fattah adalah pemuda yang lugas dan ramah. Bersama rekan satu kampusnya, mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang ini bercerita. Cerita di balik semua pencapaiannya kini bukanlah sesuatu yang mudah.

Fattah dulunya bermimpi menjadi seorang pemain sepak bola profesional. Namun mimpi itu gagal ia raih saat lulus SMA. Berbagai seleksi pemain tak mampu ditembus. Pemuda kelahiran tahun 1999 itu lalu menemukan aktivitas lain. Yakni bermain game.

“Sering main ke konter ketemu orang asyik main game setiap hari, setelah saya cari tahu ternyata main mobile legends,” ceritanya.

Fattah lalu penasaran dengan apa yang banyak digemari generasi muda waktu itu. Termasuk game moba. Ia lalu mencari tahu melalui internet dan mengetahui banyak hal yang bisa dilakukan melalui game.

“Saya cari di internet ternyata memang di Jakarta atau di kota besar lain sudah pesat. Banyak kompetisi atau lomba yang hadiahnya gak main-main,” kata dia.

Semakin tertarik, Fattah akhirnya memutuskan terjun dan bermain demi menjadi profesional. Lambat laun ia mulai terbiasa dan ikut di berbagai turnamen. Meski begitu, belum ada yang berhasil ia menangkan. Kendati begitu Fattah tetap berlatih hingga merasa sudah menjadi hobi yang menyenangkan.

Selama masa kuliah,  cukup aktif menjadi player moba bersama beberapa rekannya. Fattah lalu memutuskan membentuk komunitas di kampus tempat kuliahnya.

“Waktu itu sebelum pandemi Covid-19, sekitar tahun 2019 membangun komunitas di kampus. Ternyata diketahui langsung  Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) menjadi Moonton Student Leader. Sekarang menjadi UKM resmi dari mereka. Setelah beberapa lama akhirnya keluar,” jelasnya.

Berkat upayanya membentuk komunitas hingga menjadi UKM, Fattah diberi kesempatan  bergabung di event Piala Menpora Esports. Tepatnya tahun 2020 awal, Fattah dihubungi untuk ke Jakarta.

Di waktu yang sama, keluarganya menentang. Stigma yang masih lekat di pemikiran orang tuanya kala itu. Di mana Fattah sebagai pemain game online tak mendapatkan dukungan.

“Dulu mikirnya saya hanya main game dan menghabiskan uang, bahkan mau berangkat ke Jakarta sempat dilarang, sampai tidak diberi uang saku. Tapi karena ada akomodasi, dikasih uang saku atau tidak pun, saya tetap berangkat,” kata alumnus MTsN 4 Malang itu.

Selama enam bulan dia menjadi tim event  piala Menpora. Banyak pelajaran berharga yang didapat beserta jaringan yang ia peroleh dari event itu. Ia juga dibayar dari kerja kerasnya. Di sana Fattah  berkesempatan bertemu langsung dengan beberapa tokoh, salah satunya Menpora Zainuddin Amali.

Saat  pulang ke rumahnya di Sumbermanjing Wetan, orang tuanya tak lantas percaya. Ternyata dari game yang digelutinya selama ini bisa menghasilkan uang. Beberapa bulan setelah kepulangannya, Fattah kembali dipanggil PBESI.

“Desember 2021, ada pelatihan pelatih e-sport di PBESI. Untuk pelatih khusus ekstrakurikuler. Baru beberapa bulan  setelahnya ada lagi proses pelatihan untuk lisensi, dan Alhamdulillah bisa dapat lisensi,” katanya.

Ia menjadi salah seorang dari tiga perwakilan pelatih ekstrakurikuler di Jawa Timur yang berlisensi. Setelah sebelumnya dari lima pendaftar, dua orang lainnya tersingkir.

Dari lisensi itu ia dibantu Pengurus Cabang Esports Indonesia (ESI) Kabupaten Malang berupaya memasukkan ekstrakurikuler e-sport di sejumlah sekolah.

Salah satunya tak lain sekolahnya dulu MTsN 4 Malang yang berada di Sumbermanjing Wetan. Begitu pula dengan SMAN 1 Turen, almamaternya. Dengan upayanya itu, pihak sekolah akhirnya sepakat dan meminta Fattah menjadi pengajar ekskul e-sport sampai sekarang.

“Saat ini sudah tujuh sekolah yang ada pengajaran ekskul esport. Ada di SMAN 1 Turen, SMAN 1 Bululawang, SMAN 1 Gondanglegi, SMAN 1 Tumpang, SMK Cendika Bangsa Kepanjen, MTsN 4 Malang dan SMK Diponegoro Tumpang,” rincinya.

Kabupaten Malang akan menjadi wilayah pertama di Indonesia yang sekolah-sekolahnya mendapat beasiswa dari Moonton (Developer Mobile legends). Kesempatan ini tentu saja hadir berkat Fattah. Ia berhasil meyakinkan mereka bahwa anak-anak muda di Kabupaten Malang memiliki potensi yang luar biasa.

Belum lama ini Moonton memastikan pemberian beasiswa kepada sekolah-sekolah tempat Fattah mengajar. Beasiswa itu berupa uang tunai hingga beberapa unit ponsel untuk setiap sekolahnya.

Dari semua yang dilakukannya di bidang esport terhadap sekolah-sekolah di Kabupaten Malang, Bupati Malang HM Sanusi juga memberikan penghargaan kepadanya sebagai satu dari lima pemuda berprestasi pada peringatan Hari Pahlawan 10 November lalu. Dia diberi penghargaan sebagai penggerak teknologi.

“Saya juga tak menyangka. Mungkin karena saya yang anak pelosok desa bisa membawa e-sport ke sekolah dan bisa kemana-mana dari e-sport,” kelakarnya.

Jerih payah Fattah akhirnya membuat orang tuanya tersenyum. Segala yang dicapainya kini tak lepas dari doa dan usaha keras. “Dulu yang kerjaannya cuma game, sekarang bisa jadi pelatih. Sekarang sehari-hari malah sering diingatkan untuk ngajar ekskul. Di situ saya sadar kalau semua butuh proses edukasi sehingga tidak menganggap game hanya hal buruk,” tambah Fattah.

Kini  ia merasa e-sport sudah menjadi passion tersendiri. Tak apa baginya sekalipun gagal meniadi pemain sepak bola. Ia sudah bergelut dan mencintai e-sport. Fattah mengharapkan semakin banyak kompetisi pelajar dan pemuda. Sehingga mampu memicu sekolah-sekolah untuk terbuka dengan dunia e-sport. Begitupun harapannya kepada pemerintah. Untuk bisa memberikan wadah dan aktivitas kompetisi yang didukung penuh hingga menghasilkan prestasi.

“Harapannya semakin banyak ekstrakurikuler e-sport berdiri dan banyak yang bergabung juga. Dari pemerintah bisa memperbanyak kompetensi pelajar, bahkan bisa melahirkan kompetensi lokal bergengsi yang membawa hal positif bagi nama sekolah dan kampus-kampus,” harapnya. (m prasetyo lanang/van)
 

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img