spot_img
Friday, May 17, 2024
spot_img

Pemilu: Kemenangan Digital Atas Analog

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Hasil hitung resmi pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menunjukkan siapa pemenang pilpres dan pileg dalam pemilu 2024. Generasi Z dan kelompok milenial dinilai sangat berkontribusi dalam menyumbangkan suaranya dalam pemilu kali ini. Suara pemilih dari kelompok yang melek digital ini mampu menyokong kemenangan bagi kontestan politik yang mampu memahami dan memanfaatkan era digital guna mendulang suara pemilih.

Perihal kontestasi politik dalam pemilu di era digital saat ini, mengutip seorang jurnalis dan penulis senior, Bre Redana, pernah men-twit di akun X miliknya yang mengungkapkan bahwa “Secara global hasil pemilu adalah cerminan kemenangan era digital atas analog. Medsos atas buku. Kegaduhan atas refleksi. Kegadungan atas kenyataan. Selebritas atas guru besar. Joged atas diskusi.”

Lebih lanjut, Bre Redana mengajak kita menyaksikan kenyataan bahwa inilah fakta demokrasi yang mesti kita renungi bersama, saat masyarakat tak menggubris para pakar dan sibuk meyakini kebenaran semu yang keluar dari mulut para artis. Saat diskusi dua arah dan tukar pikiran terbukti kalah dengan joget dangkal. Ya, mari kita terima fakta pahit ini sembari terus mengupayakan hal baik.

Pengaruh Medsos

Media sosial (medsos) punya pengaruh yang signifikan dalam kontestasi politik lewat pemilu. Tak hanya dalam kasus pemilu di Indonesia, pemilu di Amerika Serikat juga menunjukkan bagaimana pengaruh medsos turut berkontribusi dalam proses pemilu di sana. Sukses Bongbong Marcos di Filipina juga membuktikan keperkasaan medsos dalam menjadikan seseorang menang berkontestasi politik.

Kehadiran media baru, termasuk medsos jadi rujukan para calon pemilih tentang sosok yang bakal dipilihnya. Dengan kekuatan algoritma dan filter bubble, medsos mampu menyuntikkan informasi tentang kandidat atau sosok tertentu. Medsos menjadi media yang mampu membentuk opini publik, sikap, dan perilaku. Lewat medsos pula tak jarang perang narasi dan opini terjadi antara tim sukses dan pendukung sosok politisi yang berkontestasi.

Pemenang dalam pemilu 2024 bisa dipastikan mereka yang unggul di ranah digital. Mereka yang mampu menguasai ruang-ruang maya itulah yang berhasil mendulang suara calon pemilih. Maka tak heran kalau konsentrasi kampanye politik para kontestan banyak berfokus pada pemanfaatan medsos seperti melalui platform TikTok, Instagram, Twitter (X), Facebook (Meta), dan YouTube.

Cara-cara kampanye analog dengan tebar billboard, baliho, spanduk, videotron yang dipajang di pinggir jalan sudut-sudut kota tak cukup berpengaruh. Justru beragam konten kreatif yang diunggah lewat medsos yang punya daya pengaruh sangat kuat. Konten-konten pendek, termasuk yang lucu-lucuan, justru yang banyak disukai calon pemilih. Konten yang ringan-ringan ternyata lebih bisa diterima ketimbang debat politik yang serius dan rumit.

Penggunaan sosok pemengaruh (influencer) juga sangat berkontribusi dalam mempersuasi calon pemilih. Para pemengaruh dengan jumlah pengikut (followers) yang banyak itu telah menjadi media yang cukup efektif dalam kampanye politik. Tak jarang para influencer yang datang dari kalangan artis itu dikontrak oleh kandidat tertentu guna mempersuasi dan mencari dukungan.

Serupa Bongbong Marcos

Kemenangan kontestasi pilpres dan legislatif dalam pemilu kali ini sebenarnya hampir serupa dengan kemenangan Bongbong Marcos dalam pemilu Filipina. Dalam kasus ini menunjukkan bahwa variabel pemanfaatan media digital dan optimalisasi beragam platform medsos mampu membawa kemenangan. Apalagi jumlah mayoritas calon pemilih adalah kelompok yang tingkat aksesibilitasnya pada media digital sangat tinggi.

Kemenangan Bongbong Marcos berkat pemanfaatan media digital lewat medsos. Melalui ruang digital, Bongbong Marcos menampilkan aneka gimik dan soft campaign untuk membangun citra positifnya. Gaya kampanye Bongbong Marcos mampu menggaet pemilih muda Filipina lewat joget dan gimik yang lucu. Apa yang dilakukan Bongbong Marcos serupa dengan gaya yang ditampilkan oleh Prabowo Subianto.

Kemenangan Bongbong Marcos dalam Pilpres Filipina berkat peran penting teknologi digital. Para loyalis membuat propaganda untuk membersihkan sejarah buruk masa lalu dan menampilkan sosok baru Bongbong Marcos yang baik. Marcos yang berkuasa selama 21 tahun (1965-1986) dikenal kejam dan brutal. Kekayaan haram yang besar dikumpulkan keluarga Marcos dan kroni-kroninya.

Melalui beragam narasi lewat medsos yang dibuat para propagandis dan tim sukses pendukung Bongbong Marcos, beragam “dosa” Ferdinand Marcos Sr itu seperti tak pernah ada. Banyak orang Filipina seperti melupakan kekejaman penguasa korup dan extravagan Ferdinand Marcos Sr.

Melalui medsos dilakukan untuk rebranding era Ferdinand Marcos Sr dari kenyataan pelanggaran HAM, korup, penjarahan kas negara, dan ekonomi di ambang keruntuhan, menjadi zaman keemasan, kemakmuran, bebas kejahatan, dan zaman kebebasan.

Campur tangan teknologi digital dalam segala sektor kehidupan telah menjadi keniscayaan, termasuk dalam urusan politik. Melalui keperkasaan medsos terbukti mampu menjadi sarana mendulang kemenangan dalam kontestasi politik. Era digital menuntut semua pihak berubah dan mampu beradaptasi mengikuti perubahan zaman.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img