MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Kebijakan penutupan pasar hewan imbas dari merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Malang mulai dievaluasi. Hal ini mengingat meningkatnya kasus PMK di Kabupaten Malang ditambah timbulnya keluhan yang dirasakan pedagang hewan ternak.
Kepala Pasar Kepanjen Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, Edy Tri Poetranto menerangkan, kebijakan PMK kini tengah dievaluasi bersama dinas-dinas terkait. Evaluasi ini juga melibatkan Satgas Pangan Polres Malang. Keluhan pedagang yang tertampung dan fluktuasi kasus PMK menjadi bahan kajian.
“Saat ini evaluasi mulai dilakukan, melibatkan dinas terkait yakni Peternakan dan kesehatan hewan, Disperindag dan Polres Malang. Bagaimana penanganan sejauh ini dan efektivitas pasar hewan yang ditutup,” tutur Edy saat ditemui Malang Posco Media usai rapat koordinasi di Mapolres Malang, Kamis (19/5).
Dikatakannya, memang ada sejumlah kendala yang dihadapi. Namun hal tersebut dirasa juga salah satu dampak adanya kebijakan lain yang diterapkan. Seperti adanya penutupan pasar hewan dan pembatasan aktivitas pemotongan hewan.
“Dari keluhan keluhan peternak dan pedagang hewan yang kami terima menjadi bahan kajian. Terutama karena mendekati hari raya Idul Adha atau kurban dan kondisinya sekarang merugi,” jelasnya.
Mobilitas sapi juga oleh pihak terkait ada penyekatan-penyekatan. Antisipasi dari pasar hewan ada screening. Jika nanti ada perubahan maka akan mencabut surat edaran,” tambahnya.
Untuk diketahui, sepanjang penutupan pasar hewan di seluruh wilayah Kabupaten Malang, para pedagang dan peternak sempat mengeluhkan kebijakan itu. Mereka merasa rugi karena tidak bisa bebas berjualan.
Seperti para pedagang sapi dan kambing di Pasar Hewan Gondanglegi. Pada Selasa (17/5) lalu mereka sempat protes akan penutupan pasar hewan sementara oleh Pemerintah Kabupaten Malang. Mereka juga merasa kurang adanya sosialisasi kepada pedagang.
“Kami sempat protes karena pasar ditutup. Kasihan para pedagang,” ungkap salah satu pedagang Sapi, Saifullah terpisah. Alhasil, pihaknya hanya bisa pasrah dan berjualan dipinggir jalan.
“Sudah sempat berdialog. Tapi solusinya belum ada. Tidak tahu gimana nanti,” ujarnya.
Pria yang sudah berdagang sapi selama 20 tahun itu menjelaskan bahwa perdagangan hewan di Pasar Hewan Gondanglegi tidak dilakukan setiap hari. Tapi hanya pada hari Pon dan Legi dalam pasaran Jawa. Sebelumnya ia mengaku belum mendapat sosialisasi dari pemerintah setempat terkait penutupan itu. Pihak pasar belum bisa memastikan kapan akan dibuka kembali karena kondisi dirasa belum memungkinkan.
Pihak pengelola pasar mengaku sudah menyampaikan sosialisasi kepada para pedagang. Hanya saja para pedagang tetap nekat karena proses berdagang saat ini adalah musim ramainya pasar sapi menjelang lebaran Idul Adha. (tyo/ggs)