spot_img
Monday, May 20, 2024
spot_img

Dr. Elvianto Dwi Daryono, ST, MT, Dosen ITN Malang Teliti Minyak Kelapa Sawit Jadi Biodiesel

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Dosen ITN Malang Dr. Elvianto Dwi Daryono, ST, MT, meneliti minyak kelapa sawit menjadi biodiesel. Dia menggunakan biokatalis senyawa aromatik dari minyak cengkeh, dan minyak kayu putih.

Penelitian tersebut membawa Elvi meraih gelar Doktor Bidang Teknik Mesin (Konversi Energi), dari Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Dia telah dikukuhkan pada April 2022 lalu.

“Bahan baku biodiesel bisa bermacam-macam. Bisa dari minyak kelapa sawit, atau minyak jelantah (minyak bekas penggorengan). Yang penting minyak nabati, atau hewani yang mengandung asam lemak,” katanya.

Minyak kelapa sawit dipilih Elvi karena merupakan minyak nabati yang paling berkualitas, dan secara analisa memenuhi standar bahan baku biodiesel. Apalagi waktu Elvi melakukan penelitian di tahun 2019 bahan baku minyak kelapa sawit masih berlimpah, dengan harga terjangkau.

“Pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit dengan proses interesterifikasi menggunakan bio-katalis senyawa aromatik tahapan prosesnya lebih sederhana, cepat, ekonomis, dan tanpa pemisahan produk samping,” ujarnya.

Menurut Dosen Teknik Kimia S1 ITN Malang ini penelitian biodiesel pada umumnya masih melakukan proses pemisahan antara produk samping, dan katalis. Tetapi, dalam proses penelitian Elvi untuk interesterifikasi dengan biokatalis aromatik menghasilkan produk samping berupa triacetin. Triacetin dari produk samping itu berfungsi sebagai bioaditif.

“Sebagai bioaditif biodiesel, biokatalis dari senyawa aromatik (minyak cengkeh dan minyak kayu putih) berfungsi sebagai antioksidan. Jadi, tidak perlu pemisahan produk samping, dan bio-katalis. Dia (antioksidan) nanti akan meningkatkan stabilitas oksidasi pada biodiesel, sehingga biodiesel akan awet tidak mudah rusak (mencegah reaksi oksidasi),” lanjutnya.

Dikatakan Elvi, bio-katalis juga berfungsi untuk mempercepat reaksi. Ketika tanpa katalis pembuatan biodiesel bisa membutuhkan waktu sampai dua jam. Namun, dengan biokatalis bisa dipangkas menjadi 1 jam. “Dengan minyak cengkeh ternyata dalam waktu 15 menit sudah mencapai yield yang optimum. Saat menggunakan biokatalis minyak kayu putih yield pada waktu reaksi 75 menit masih terus naik, belum mencapai kondisi optimum. Jadi, masih harus ada penelitian lanjutan kapan mencapai optimum,” bebernya.

Saat ini biodiesel yang sudah beredar dipasaran sudah di blending dengan solar (dari bahan fosil). Elvi berharap Kedepannya biodiesel tidak hanya sebagai substitusi solar, namun juga menjadi upaya kepedulian terhadap lingkungan. Pasalnya, penggunaan biodiesel sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan efek rumah kaca, proses pembakaran lebih sempurna dan berasal dari bahan baku dengan kontinuitas terjaga.

“Makanya, konsen penelitian biodiesel harus melalui proses yang benar-benar murah, prosesnya dibuat sederhana, bahan baku semurah mungkin, sehingga harga bisa bersaing dengan solar,” tandas alumnus S-2 ITS Surabaya ini. (imm)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img