spot_img
Friday, May 17, 2024
spot_img

Hidup Asyik di Era Toksik

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Telinga kita pasti tidak asing lagi dengan kata toksik yang sering membuncah di jagat sosmed. Toksik adalah julukan untuk orang-orang negatif di sekitar kita dan punya pengaruh pada kehidupan sehari-hari. Banyak sumber referensi yang menasihati bahwa toxic people ini sebaiknya dihindari. Kalau perlu, jangan ragu memutuskan hubungan dengan mereka, demi kenyamanan dan kesehatan mental kita.

Sebenarnya siapa saja yang termasuk toxic people ini? Banyak kategori, tergantung senegatif apa hal-hal yang dilakukannya. Contoh ada orang di sekitar kita yang suka gosip, mudah melimpahkan amarah tanpa sebab yang jelas, mudah iri dengki, si player victim (orang-orang yang merasa dirinya sebagai korban sehingga patut dibantu dan dikasihi. Padahal, bisa jadi dia juga pelaku kekejian), orang yang suka dan hanya mementingkan diri sendiri, sombong, manipulatif, dan masih banyak lagi.

Era toksik ini hadir sudah sejak lama, hanya saja istilah toksik baru jadi tren. Kita harus bisa tetap melanjutkan hidup dengan asyik dalam sikon apapun. Hal simple yang dapat dilakukan adalah memulai dengan lebih mencintai diri sendiri (selflove).

Mencintai diri sendiri ini hal yang penting sebagai pertolongan pertama di era darurat mental sekarang ini. Misalnya kita tidak mengikuti kebiasaan buruk lingkungan sekitar. Jangan lupa untuk mengelola emosi secara bijak agar tidak berperilaku toxic positivity.

Toxic positivity ini perilaku yang enggan mengakui ketidakbaikan dari apa yang dirasakan ataupun dialami sehingga memaksa diri untuk selalu berpikir positif. Beri ruang pada diri untuk merasakan emosi tetapi jangan sampai terbawa arus.

 Sibuk menghakimi orang lain di lingkungan yang toksik hanya akan membuang energi secara cuma-cuma. Sibukkan dengan perubahan. Pelan-pelan tapi signifikan, dibandingkan dengan sibuk menyempurnakan diri karena sejatinya manusia tidak ada yang sempurna.

Bila setiap berproses ada saja orang-orang yang nyinyir, biarkan saja dan jangan pernah memerangkap kata-kata ataupun perangainya ke dalam hati. Dalam situasi waras, kita perlu merasa bodoh amat untuk tidak perlu buang-buang waktu meladeni sesuatu yang tak penting. Nabi Muhammad SAW saja sebagai manusia sempurna dan tak punya dosa masih ada yang tak suka, apalagi kita?

Berikutnya mengenai koneksi. Setiap dari kita adalah makhluk sosial yang tentunya membutuhkan orang lain tetapi tidak semua orang bisa jadi bestie. Orang-orang dekat bisa memberi pengaruh yang pada akhirnya menentukan siapa kita.

Manusia memiliki dua kemampuan yakni sebagai transmitter dan receiver. Transmitter diartikan bahwa setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengirim atau memberikan sesuatu ke orang lain. Sedangkan manusia sebagai receiver yakni manusia sebagai penerima apapun yang diberikan orang lain pada dirinya. Bila kita salah membangun koneksi apalagi dengan orang-orang toksik, secara otomatis orang-orang toksik akan mentransmisikan hal-hal tak baik berupa energi negatif pada diri kita. Sehingga tak heran jika kita juga lambat laun akan menjadi manusia toksik.

Tapi hidup nggak asyik dong kalau nggak banyak temen? Asyik itu sangat subyektif karena tergantung pada diri masing-masing. Letak keasyikan hidup ini adalah sejauh mana kita mampu menerima segala kelebihan dan kekurangan diri, merasa cukup atas apa yang diberikan Ilahi, banyak bersyukur, tak kufur, dan masih banyak lagi sifat juga sikap yang perlu kita olah.

Ketika kita sudah merasa di titik bahwa hidup kita asyik karena berhasil menyelamatkan dan merawat mental kita dari lingkungan toksik, meski bagi orang lain biasa saja dan hal itu tak asyik, tentu tak jadi masalah buat kita. Ingat, teman yang tulus tak butuh penjelasan bagaimana dirimu. Jangan paksakan diri berkubang dalam kolam toksik hanya karena tak ingin dianggap kuper.

Terkadang kita haus validasi atau pengakuan orang lain bahwa kita perlu diakui asyik dengan cara-cara yang kita tempuh. Salah satunya branding diri dengan sering membagikan momen kebahagiaan. Namun segala sesuatu yang kita lakukan punya konsekuensi. Hal itu terekam oleh banyak mata yang siap memberi tanggapan positif ataupun negatif.

Asyik yang sejati adalah ketenangan, tak perlu diketahui banyak orang. Karena semakin banyak orang tahu dan paham kalau kita sedang asyik menikmati hidup, kadang ada pula orang-orang yang tak suka dengan kebahagiaan yang kita bagikan. Tipe-tipe orang yang tak suka melihat orang lain senang.

Selain itu, hal-hal yang bisa kita lakukan agar tetap bisa hidup asyik adalah menyibukkan diri dengan perbanyak tersenyum dan tawa yang bisa memunculkan hormon gembira untuk menjaga stabilitas mood. Perbanyak ibadah dan meningkatkan iman takwa.

Rutin berolah raga, meng-upgrade diri dengan mengikuti pelatihan, memperluas wawasan dengan sering sibuk membaca buku pengembangan diri, batasi penggunaan gadget, istirahat yang cukup, konsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna, berikan selfcare dan selfreward sesuai kebutuhan diri, bersedekah, fokus ke cita-cita mulia, dan punya tujuan hidup yang jelas. Buktikan kalau diri kita tak mudah teracuni oleh toksisitas negatifnya kehidupan dunia.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img