MALANG POSCO MEDIA– Persoalan mental hingga memilih jalan pintas mengakhiri hidup merupakan salah satu masalah masyarakat urban atau perkotaan. Kini juga problem masyarakat rural atau masyarakat desa.
Khusus masalah urban karena renggangnya ikatan sosial. Serta munculnya ekses sosial. “Artinya, lingkungan sosial memang bisa menjadi faktor penyebab dan pencegah. Akan tetapi keputusan melakukan tindakan tersebut (bunuh diri), lebih bersifat individual,” kata Sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Luluk Dwi Kumalasari, M.Si.
Pasalnya, selain lingkungan sosial, pengaruh dari masing-masing individu juga sangat berpengaruh dalam hal ini.
Penyebab meningkatnya angka meninggal dengan tidak wajar ini ditengarai adanya kesenjangan ekonomi dan kesehatan mental. Pengaruh kesenjangan ekonomi ini, bisa muncul karena gaya hidup yang berlebih.
“Tuntutan kebutuhan hidup semakin tinggi. Di sisi lain, saya lihat SDM yang ada belum bisa mengimbangi secara totalitas. Sehingga banyak yang hidup dengan lebih banyak pengeluaran dari pada pendapatan. Ini kemudian memunculkan banyak masalah psikologis atau stres, ” urai Kepala Prodi Sosiologi UMM ini.
Kota Malang sebagai Kota Pendidikan, Kota Pariwisata, Kota Kuliner dan berbagai label lain
membuat pola hidup masyarakat banyak berubah. Di samping itu juga munculnya masalah kriminal dan perilaku menyimpang lain.
Sementara itu, pentingnya pola hidup untuk kesehatan mental (mental health) juga disampaikan Sosiolog Universitas Negeri Malang (UM) Nanda Harda Pratama Meiji S.Sos, MA.
Ia mengatakan penting sekali untuk lingkungan sosial di sekitar individu sebagai pemberi semangat kehidupan.
“Hal ini, karena kebutuhan individu dalam konteks sosialisasi. Namun, memang dalam bersosialiasi juga terkadang kita menemukan dinamika yang justru membuat individu enggan atau kurang percaya pada lingkungan sekitar mereka. Seperti adanya kasus bullying atau pembentukan golongan tertentu,” ujarnya.
Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UM ini mengatakan kondisi itu kemudian membuat individu merasa terkucilkan atau terabaikan. Oleh sebab itu, peranan keluarga sebagai lingkungan sosial terdekat dari individu memgang peranan penting.
“Terutama keluarga untuk mengetahui permasalahan anggota keluarganya. Sebagai upaya untuk menekan kesehatan mental. Dan yang berakibat fatal yakni bunuh diri, yang belakangan ini muncul,” sebutnya.
Nanda mengatakan, mengingat perkembangan kecepatan teknologi informasi, memungkinkan segala macam akses yang notabenenya positif, justru memunculkan ekses sosial di masyarakat. Dalam konteks kasus bunuh diri, memang perlu dicermati kembali bagaimana dinamika masyarakat Indonesia khususnya Malang, yang terkadang masih belum terlalu peka terkait konteks kesehatan mental.
“Kecenderungannya menganggap kesehatan mental identik dengan ‘kegilaan’ semata. Menjadi, penting untuk penanganan serta evaluasi lebih konkret terkait hal tersebut,” tambahnya.
Ia mengatakan, bahwa fenomena bunuh diri ini bukan hanya terjadi pada masyarakat urban di Indonesia. Pasalnya, ekses sosial yang didukung dengan terbukanya akses media sosial, dengan segala muatannya bisa menjadikan masalah tidak hanya di masyarakat urban.
Menurutnya, saat ini ada dua poin penting masalah urban. Pertama, aksesibilitas penggunaan media sosial yang masih kacau, sehingga masyarakat Indonesia ini mudah menelan informasi yang terkadang belum jelas kebenarannya.
“Masalah kedua, terkait ketimpangan sosial ekonomi masyarakat. Dua hal ini kalau tidak segera ditindaklanjuti akan memunculkan potensi konflik dikemudian hari. Ini bisa membuat masyarakat semakin jenuh, dan berpotensi menimbulkan dampak negatif baik secara individu maupun kelompok,” tambahnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, banyak cara yang bisa ditempuh melalui kekuatan individu dan sosial. Mulai dari perlunya pembelajaran dan pengetahuan terkait kesehatan mental bagi semua pihak.
Kemudian menghilangkan stigma atau cara pandang masyarakat, terhadap kesehatan mental yang dianggap semacam disfungsi. “Padahal penting bagi individu yang mengalami ‘dilema’ dalam kesehatan mentalnya, untuk mendapatkan penanganan yang tepat dari tim kesehatan yang profesional baik secara psikologis ataupun kesehatan mental,” jelas Nanda
Pemerintah pusat maupun daerah juga perlu segera melakukan pembenahan terkait ketimpangan sosial-ekonomi di masyarakat. Karena ini juga menjadi faktor penting dalam upaya meminimalisir kasus bunuh diri, akibat konteks permasalahan ekonomi.
Selain itu, semakin mendorong masyarakat untuk belajar agama untuk semakin dekat dengan Sang Pencipta. Karena dengan menekuni agama maka masyarakat bisa lebih terbuka dengan kondisinya.
“Kemudian saling menguatkan dan mengajak berpikir positif dan rasional terhadap hidup. Dengan cara tadi, yakni meningkatkan kehidupan religius,” pungkasnya. (rex/van)