MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Tak bosan berkreasi dan mencoba hal baru, itulah semangat yang digaungkan salah satu tim karya ilmiah remaja (KIR) SMAN 1 Kota Malang. Shallum Alinsky, Aisyah Nurrul Aini dan Farah Chavia Zagita, tiga siswa SMAN 1 Kota Malang itu baru saja menjuarai lomba karya tulis ilmiah (LKTI) yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu (22/4) lalu.
Shallum menjelaskan karya yang mengantarkan mereka jadi juara berjudul KURCEVA: Implementasi Kursi Roda Pintar Berbasis Internet of Things (IoT) Guna Pemantauan Rehabilitasi Pasien Stroke (Cerebro Vaskuler Accident).
“Itu kursi rodanya dilengkapi beberapa fitur, salah satunya bisa dikontrol oleh orang lain. Jadi nggak harus dikontrol oleh pasien strokenya sendiri,” ujar siswa kelas XI-2 tersebut.
Ia menyebutkan, proses pembuatan karya ini tergolong singkat. Persiapan yang mereka lakukan sekitar tujuh hari saja dengan total pengerjaan paper karya ilmiah selama dua hari. Shallum menjelaskan, hal itu karena sebelumnya ia dan Aisyah telah mencoba mewujudkan gagasan kursi roda pintar ini di ajang lain. Meski singkat, proses yang mereka lewati cukup panjang. Di LKTI UMM tersebut mereka kembali mengembangkan KURCEVA dengan konsep yang lebih matang dan profesional. Shallum dan Aisyah pun menggandeng Farah untuk menguatkan tim mereka dan menyesuaikan ketentuan perlombaan.
“Kami juga bekerjasama dengan mahasiswa UIN yang sudah profesional. Kami diajarkan cara coding, merakit, bikin robot, dan lain-lain,” terang Shallum.
Selain pasien stroke, KURCEVA ini juga bisa digunakan penyandang disabilitas dan orang tua. Kursi roda pintar tersebut sudah terintegrasi dengan website untuk mengatur fitur-fiturnya. Ada fitur mengontrol kursi roda dan sensor pemantauan kesehatan, seperti untuk mengecek detak jantung, oksigen dan lainnya.
“KURCEVA ini juga sudah ada GPS juga untuk memantau pergerakan kursi roda ini,” terang siswi yang mengambil peminatan jurusan Ilmu Kesehatan tersebut.
Sementara itu, Aisyah menjelaskan bahwa latar belakang ketiganya membuat karya tersebut karena kepedulian mereka melihat banyaknya pengguna stroke yang mengalami kelumpuhan. Sehingga pasien tersebut kesulitan menggerakkan anggota tubuh atau mengatur kursi rodanya sendiri.
“Kami tertarik untuk membuat solusi bagaimana pasien stroke ini bisa terintegrasi untuk melakukan pengecekan kesehatan dan melakukan mobilitas dengan lebih mudah,” jelas Aisyah.
Selain itu, biasanya pasien stroke menggunakan kursi roda yang dianggap kurang efektif karena untuk pemantauan kesehatan pasien harus ke tempat yang berbeda. Sehingga KURCEVA diharapkan bisa menjadi solusi pemantauan kesehatan yang praktis, real time dan efektif.
Di samping itu, Aisyah menjelaskan kursi roda pintar ini bisa dioperasikan dalam jarak radius tertentu karena terkoneksi dengan IoT. Namun, masih sangat cukup untuk digunakan dalam skala rumah. “Karena kita menggunakan IoT, jadi terkoneksi alamat IP adress dengan radius tertentu. Kita buat prototye itu bisa untuk radius 30-40 meter, jadi bisa untuk mengawasi,” terangnya.
Berbeda dengan Shallum dan Aisyah yang mengikuti KIR sejak kelas 11, Farah yang baru kelas 10 sudah mengikuti KIR pada tahun pertamanya di SMA. Jika Shallum dan Farah mengaku tertarik dengan tema yang dilombakan di bidang fisika terapan, Farah mengaku ingin lebih banyak mengeksplorasi sub bidang yang lain.
“Kalau KIR sendiri emang tertarik karena benefitnya banyak, kalau sub bidangnya sebenarnya mau coba semuanya jadi lakuin aja,” terang Farah.
Ia menjelaskan banyak pengalaman yang didapatkan usai mengikuti lomba tersebut. Di antaranya pengalaman membuat coding dan menjadi peneliti yang memahami manajemen waktu. Mengingat persiapan yang singkat, tetapi harus memberi karya semaksimal mungkin. Serta kesempatan bertemu para ahli di bidang kesehatan.
“Sebelumnya sudah ikut lomba tapi belum rezeki sampai final. Nah, kali ini alhamdulillah lolos sampai final dan bertemu dengan juri yang sudah expert di bidangnya, jadi lebih menantang,” ujar siswa yang hobi membaca itu.
Farah menyebutkan persiapan yang mereka lakukan menjelang lomba adalah fokus mengerjakan di saat akhir pekan. Hal itu tentu menantang karena harus mengorbankan waktu libur untuk berlatih dan berlomba. Sedangkan waktu pembinaan ekstrakurikuler KIR di SMAN 1 Malang sendiri dilakukan setiap hari Kamis. Ketiga siswa itu berharap bisa terus berkarya dan menelurkan prestasi di bidang KIR hingga melanjutkan di tingkat perkuliahan nanti dengan mengikuti PIMNAS. (mg1/jon)