spot_img
Tuesday, May 21, 2024
spot_img

Ayo Peka Gejala Depresi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Jadikan Lingkungan Sosial Tempat Ternyaman  

MALANG POSCO MEDIA-Ayo mulai biasakan care terhadap kesehatan mental. Kenali dan peka gejala depresi.

Umumnya kebanyakan orang memang belum mengetahui bagaimana menghadapi orang-orang depresi. Atau yang terkena gangguan kesehatan mental. Baik yang kadang ketahuan sering menyakiti diri sendiri hingga sering sekali menyampaikan niat atau pernah mencoba mengakhiri hidup.

Psikolog, Fuji Astutik, M.Psi., Psikolog menyampaikan pentingnya masyarakat atau lingkungan yang sehat yang bisa menghormati atas masalah atau keputusan dari orang lain. Sebab  jika masyarakat atau lingkungannya sendiri sudah tidak menghargai atau menghormati, maka tidak heran seseorang  merasa tidak ada lagi tempat aman baginya.

“Sebenarnya tidak harus tahu mana saja orang yang bermasalah. Yang perlu dijaga bahwa kita harus mulai respect dengan orang lain. Tidak mempersepsi keadaan orang lain seperti keadaan kita,” katanya. “Sekarang rentan banget menilai orang lain, itu artinya sudah tidak respect. (Misalnya) Kenapa kok HP nya begitu, kenapa tidak menyekolahkan anak di sini, itu contoh tidak respect. Orang punya alasan tersendiri atas yang dia putuskan,” sambung Fuji.

Lantaran tidak bisa menjadi tempat aman, orang yang tengah depresi enggan menyampaikan permasalahannya. Juga enggan menceritakan beban pikirannya terhadap orang-orang terdekatnya. Maka dari itu, Fuji pun mengajak agar masyarakat sebagai lingkungan terdekat untuk bisa menjadi tempat aman untuk menyampaikan keluh kesah dan permasalahan.

“Perlu edukasi masyarakat, marilah jadi tempat yang aman. Misalnya yang sudah kenal, sampaikan bahwa kamu tidak sendiri. Karena gejala orang yang depresi biasanya menarik diri dari masyarakat, ciri khasnya begitu.  Cobalah untuk ajak kerja bakti misalnya, yang penting jangan biarkan mereka menarik diri,” ajak dosen Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang ini.

Menurut Fuji, kasus bunuh diri yang dialami oleh orang yang depresi atau terganggu kesehatan mentalnya karena banyak faktor. Bisa karena faktor ekonomi, pendidikan, hingga paparan informasi yang kurang pas di media sosial.

Ia mencontohkan, jika seseorang yang depresi sering melihat konten bunuh diri dengan banyaknya komentar di dalamnya, maka bisa jadi sumber inspirasi   melakukan hal yang sama. Padahal jelas jelas dilarang.

Fuji menyebut, depresi ada beberapa jenis atau tingkatannya. Pertama depresi ringan, orang tersebut merasa kesepian atau merasa tidak dihargai dalam lingkungannya.

Lalu ada depresi sedang yang mana seseorang bisa saja melakukan tindakan yang merugikan atau melukai dirinya sendiri. Kemudian pada tingkatan depresi berat, tindakan seperti itu terjadi dalam intensitas yang sering, tiap hari, bahkan percobaan ke arah mengakhiri hidup.

“Kalau kami (cara mengatasi dan penanganannya) biasanya kalau masih bisa psikoterapi ya pendampingan psikoterapi. Di situ kami menerima dia tanpa syarat. Boleh sedih, boleh kecewa, boleh marah, saya pasti akan mendengar apa yang dia butuhkan, karena sejatinya memang mereka hanya ingin diterima. Kalau tidak cukup nanti kami rujuk ke psikiater untuk mendapatkan anti depresan atau obat,” beber dia.

“Tapi juga jangan self-diagnose, mendiagnosa bahwa dirinya punya masalah yang paling berat. Setiap orang punya permasalahannya masing masing, dan tindakan mengakhiri hidup bukan solusi. Tiap masalah bisa diselesaikan,” sambung Fuji.

Dia menilai bahwa peristiwa bunuh diri yang terjadi belakangan ini masih belum menjadi fenomena. Namun demikian ia tidak memungkiri jumlah kasusnya lebih banyak dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Sama halnya seperti kenaikan kasus pada penyakit fisik seperti TBC, diabetes dan sebagainya.

Fuji pun mengimbau agar masyarakat tidak perlu membahas atau membesar-besarkan kasus bunuh diri. Agar tidak menjadi inspirasi negatif bagi mereka yang tengah menghadapi suatu masalah.  

“Jadi yang perlu kita lakukan sekarang balik lagi, respect lah dengan kondisi mental diri sendiri dan orang lain. Kalau menurut saya kecil, bagi orang lain bisa besar. Persepsi kita berbeda dengan persepsi orang lain,” kata dia.

Sementara itu berdasarkan data  kasus bunuh diri belakangan menjadi sorotan. Itu karena sejumlah peristiwa yang  mencuat.

Di Kabupaten Malang contohnya, angka kasus bunuh diri tinggi dalam kurun tiga tahun terakhir. Sejak Januari 2021 hingga pertengahan Desember 2023,ada sekitar 54 kasus. Beberapa di antaranya dipicu stres akibat penyakit menahun, faktor depresi dan faktor-faktor lain yang tidak diketahui.

Dalam catatan pemberitaan Malang Posco Media, pada tahun 2021 dan 2022, kasus yang ditangani Satreskrim Polres Malang sekitar 38 korban bunuh diri. Dirincikan, sebanyak 16 peristiwa bunuh diri di tahun 2021, dan sebanyak 22 kasusdi tahun 2022. Sementara itu pada Januari sampai dengan Desember diketahui telah terjadi sekitar 16 kejadian.

Diketahui dugaan faktor pemicunya didominasi  stres akibat sakit menahun. Disusul depresi dengan, termasuk di antaranya karena masalah ekonomi. Sedangkan sisanya faktor yang tidak diketahui. Dari segi usia, korban paruh baya tercatat  paling banyak kasusnya. Yakni di usia korban 41-50 tahun.

Polres Malang berupaya melakukan upaya menekan kasus bunuh diri di wilayah hukum Kabupaten Malang. Salah satunya dengan penyuluhan  dan pembinaan yang dilakukan Satbinmas Polres Malang. Tindakan preventif berupa edukasi terhadap siswa sekolah untuk tidak berhubungan bebas di luar nikah juga dilakukan. Sebab, depresi kerap terjadi ketika ada suatu masalah pada anak remaja seperti hamil di luar nikah atau hal serupa yang memicu gangguan kesehatan mental.

Ketika dijumpai indikasi orang hendak melakukan tindakan  yang mengarah bunuh diri, masyarakat diimbau agar segera dilakukan pertolongan dan pencegahan. Setelah dilakukan pertolongan, diharapkan segera menghubungi pihak berwajib, baik melalui 110 atau call center kepolisian. 

Sementara di Kota Batu angka bunuh diri  pada  tahun 2023 tercatat satu kejadian,  Peristiwa tersebut pada September lalu di Dusun Beru  Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

Disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Yussi Purwanto bahwa peristiwa bunuh diri terjadi karena motif asmara. (ian/tyo/eri/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img