MALANG POSCO MEDIA, MALANG- Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), masih dirasakan peternak sapi di wilayah Malang Barat. Pemerataan bantuan obat belum keseluruhan diterima peternak di Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon. Siswanto, peternak asal Desa Pandesari, Pujon mengaku mengeluarkan biaya pribadi untuk pengobatan sapinya.
Menurutnya, obat yang diberi pemerintah tidak berdampak pada kesembuhan sapi. “Saya sudah mengeluarkan uang Rp 12 juta. Sedangkan dari pemerintah, ada seperti suntikan antiobiotik, bukan vaksin. Tapi buktinya masih ada sapi yang mati,” terangnya kemarin. Sejak PMK mewabah, total sembilan ekor sapi miliknya mati.
Enam ekor, merupakan sapi produktif yang sudah menghasilkan susu. Sedangkan tiga sisanya masih berupa anakan. Ia memperkirakan kerugian yang ia tanggung akibat sapinya yang mati tersebut mencapai Rp 120 juta. Hal serupa dialami Rumaji, peternak lainnya. Dia juga mengaku mandiri melakukan pengobatan untuk empat sapinya.
Namun, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang membantah tidak adanya bantuan obat dari pemerintah. Mereka mengaku sudah optimal, salah satunya dengan menggelontorkan anggaran belanja tak terduga (BTT) keperluan dalam penanganan PMK. Terutama pengadaan obat dan kebutuhan lain.
“BTT kita Rp 1,5 miliar, sebagian sudah dibelikan untuk obat. Hampir 75 persen sudah dibelanjakan. Dan itu sudah digelontorkan ke peternak),” ujar Kepala DPKH Kabupaten Malang, Eko Wahyu Widodo. Menurutnya, vaksin yang diberi Pemerintah Pusat juga diklaim cukup efektif menekan laju penyebaran PMK.
Pihaknya mengaku bahwa penyaluran obat yang dibelanjakan dari BTT juga diklaim telah merata. Sedangkan penyalurannya dilakukan melalui kelompok – kelompok peternak di setiap wilayah. “Mungkin belum sampai. Tidak mungkin saya bagi satu – satu. Ya, kalau kurang bisa kita kasih lagi,” terang Eko. (tyo/mar)