spot_img
Saturday, May 18, 2024
spot_img

PNS BUKAN SEKADAR CARI ‘CUAN’

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – “Viral!, ratusan CPNS mengundurkan diri akibat gaji kecil.” Begitulah hedlines berita yang sempat menghiasi jagat dunia maya. Sepertinya ekspektasi para kontestan CPNS terlalu tinggi. Mungkin dibenak mereka, ketika menjadi PNS secara otomatis cepat kaya.

Padahal jika dibandingkan dengan gaji profesi lain, sebenarnya gaji PNS termasuk kecil, terutama bagi PNS pemula (CPNS). Wajar apabila para kontestan akhirnya kecewa.

Mengundurkan diri sebagai PNS adalah hak. Semua memiliki pilihan yang tak bisa diganggu gugat. Namun dengan fenomena tersebut, kita dapat berspekulasi sepertinya ada orientasi yang salah di benak kontestan saat berniat mendaftar PNS.

Alasan pengunduran diri karena gaji kecil, artinya orientasi kerja PNS hanya sekadar “cuan” (uang). Perlu kita pahami bahwa PNS bukan hanya sekadar profesi, namun juga sebagai pengabdi.

Berbicara soal besaran pendapatan PNS, sebenarnya itu relatif. Secara realistis apabila kita bandingkan gaji PNS Indonesia itu lebih kecill dibanding PNS negara lain. Misalnya di Inggris, PNS di sana dapat menerima gaji sebesar 142.500 Poundsterling (sekitar Rp 200 jutaan). Namun dengan gaji sebesar itu PNS di Inggris tidak serta merta menjadi kaya raya.

Buktinya dapat dilihat dari penelitian Paul Higss dari University College London (2003), banyak PNS Inggris yang tetap bekerja walaupun melebihi usia pensiun. Apabila berhenti, mereka tidak akan sanggup menyelesaikan tanggungan yang masih menjadi beban.

Kemudian kita menengok gaji PNS negara tetangga kita, malaysia. Di Malaysia PNS pemulanya digaji sekitar 6.122 Ringgit (sekitar Rp 20 jutaan). Akan tetapi dengan pendapatan sebesar itu tidak serta merta PNS Malaysia hidup lebih sejahtera dibandingkan PNS Indonesia.

Misalnya, Berdasarkan laporan Departemen Kepailitan Malaysia menyatakan ada sekitar 1.700 PNS di malaysia yang mengalami kebangkrutan akibat tidak mampu menanggung segala tagihan yang menjadi tanggungan PNS tersebut.

Fenomena tersebut dapat menjadi pelajaran saat menentukan orientasi ketika berminat menjadi PNS. Apabila orientasi hanya uang, percayalah itu tidak akan cukup jika gaya hidup tidak terkontrol masih menjadi budaya. Gaji sebesar apapun jika selalu mengikuti hawa nafsu akan selalu merasa kekurangan.           Artinya setiap memikul profesi apapun harus selalu bersyukur agar selalu merasa berkecukupan. Masyarakat yang telah diterima sebagai PNS seharusnya bersyukur. Mengingat di luar sana masih banyak warga yang masih merasa kesulitan untuk menembus profesi ini.

Menjadi PNS Sekaligus Beribadah

Ibadah dalam Islam tidak hanya salat. Perbuatan yang memiliki nilai manfaat pun merupakan bagian dari Ibadah. Dalam hal ini PNS yang bekerja kepada negara merupakan pekerjaan yang dapat memberi manfaat, sepanjang pekerjaannya memang murni pengabi pelayanan masyarakat. Artinya menjadi PNS sebenarnya punya privillage besar karena selain bekerja, kita juga sekaligus beribadah.

Niatan ibadah yang bisa disematkan pada PNS tentu menjadi salah satu profesi yang mulia. Ketika orang menjadi PNS dengan landasan ibadah, keinginan tersebut merupakan berasal dari panggilan jiwa.

Mengingat Kata Weber (1919) panggilan jiwa yang kuat terhadap pilihan pekerjaan itu bersumber dari ikatan relijius dari Tuhan yang harus dipenuhi. Artinya tanpa niatan murni ibadah dalam bekerja, kita belum dapat memunculkan panggilan jiwa tersebut. Hal tersebut justru mereduksi semangat relijius itu sendiri. Pengaruh reduksi itulah yang akhirnya memunculkan sifat sekuler sebagai landasan memilih profesi.

Apabila kita bersandar dengan pendapat Weber, maka menjadi PNS bukan sekadar menjadi gaya-gayaan. Apalagi memilih profesi PNS agar menjadi menantu idaman, Itu adalah paradigma yang kuno. Selain itu jika PNS hanya bermodal absen untuk memenuhi syarat tanpa pekerjaan yang produktif, itu lebih tidak layak dikatakan sebagai profesi. Hal tersebut sungguh sangat menodai falsafah PNS sebagai abdi negara.

PNS Pilar Kokoh Berdirinya Negara

Ketika diterima sebagai PNS, seharusnya kita merasa beruntung karena menjadi salah satu instrumen yang berpengaruh terhadap nasib negara ini berdiri kokoh. Artinya PNS adalah jantung negara. Argumentasi ini bukan tanpa alasan.

Mengingat salah satu syarat berdirinya negara menurut Konvensi Montevideo 1993 adalah harus ada Pemerintahan. Pemerintahan sendiri bukanlah core inti dari negara, namun terbagi lagi dengan PNS yang menjadi bagian dari Pemerintahan. Tanpa PNS tentu Pemerintahan tidak akan ada.

PNS memiliki kedudukan dan sentral tidak bisa dilepaskan dari penyelenggaraan negara. Dalam konsep Trias Politika yang disampaikan oleh Montesquieu bahwa penyelenggaraan negara terbagi menjadi lembaga yudikatif, eksekutif dan legislatif. Dan faktanya semua lembaga itu memiliki profesi PNS. Karena PNS itu sendiri merupakan juru kunci administrasi dari berjalannya lembaga tersebut.

Ibaratkan lembaga sebagai kendaraan. Kendaraan tidak akan bisa berjalan jika tidak ada mesin. Maka PNS diibaratkan sebagai mesin. Kendaraan tanpa mesin tidak akan berjalan layaknya lembaga tanpa PNS yang dapat membuat negara ini lumpuh.  

Apabila berkiblat pada sejarah runtuhnya kekaisaran Romawi, ternyata ada peran dari pegawai internalnya yang semakin hari semakin menurunkan intensitas kinerjanya. Artinya nasib penyelenggaraan negara bergantung terhadap kontribusi produktif dari PNS.

Resistensi PNS di Masa Depan

Berdasarkan laporan United Nations Human Settelement Program (2001) 85 persen populasi dunia di masa depan akan berada di Negara Berkembang dan meninggalkan negara maju sebagai minoritas. Selain itu teknologi dan transformasi socio cultur melengkapi kompleksitas tantangan bagi masa depan negara berkembang (Assel Musagalova, 2020). Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi negara untuk menghadapi persoalan tersebut.

Indonesia sebagai negara berkembang, harus bijak mengambil keputusan dalam menghadapi situasi seperti laporan di atas. Segala instrumen termasuk PNS harus siap memikul tanggung-jawab besar dalam memberikan pelayanan prima bagi masyarakat kepada gelombang manusia yang akan memadati negara ini.

Agar negara dapat memikul beban besar tersebut, Institut Development Study (2018) memberikan saran bagi modal PNS negara berkembang untuk dapat meningkatkan taraf kompetensi yang gesit, cerdas secara politik karena modal itu yang menjadi investasi menghadapi gejolak dinamika hidup pada dekade selanjutnya.

Dengan begitu negara akan siap memikul beban dan memanfaatkan potensi SDM untuk kemajuan negara berdasarkan pelayanan prima dari PNS.

Tuntutan PNS untuk selalu prima wajib ditegakkan dalam era kemajuan teknologi. Hal demikian berdasarkan penelitian Denhardt (2009) perkembangan teknologi medsos yang semakin berkembang menjadikan warga menjadi semakin sadar untuk terlibat dalam mengawasi kinerja PNS.        Kondisi seperti demikian menjadikan PNS era modern tidak bisa bersantai-santai. Semuanya termonitoring oleh media yang menjadikan PNS menegakkan disiplin dalam bekerja.

Akhirnya, kita dapat memahami bahwa profesi PNS bukan hanya sekadar cari “cuan.” Akan tetapi PNS adalah profesi yang mulia dan memiiki tanggung-jawab besar dalam mengemban tugas negara. Kemurnian niat ibadah bagi profesi PNS akan menjadi ladang pahala, mengingat tugas PNS adalah pelayan masyarakat.

Pelayan akan selalu membantu memudahkan urusan masyarakat. Sebagaimana dinyatakan Nabi Dari Abu Hurairah Ra: “Barang siapa memudahkan urusan saudaranya yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img