spot_img
Sunday, May 5, 2024
spot_img

Popok Bekas Bernilai Ekonomis

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA- Popok, salah satu jenis sampah yang banyak dikeluhkan. Tak hanya di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah diapers ini juga kerap terlihat di aliran sungai, maupun tepi jalan. Kondisi ini membuat Yunita Lestari Ningsih turun tangan.

Wanita 44 tahun ini mengubah popok bekas menjadi bahan baku beragam kerajinan. Mulai dari tas, dompet, bunga tiruan, bed cover, pot, vertical garden juga sandal selop.

Hasilnya lumayan. Tak sekadar mencukupi kehidupan sehari-hari. Tapi juga dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya.

“Banyak yang beranggapan sampah popok sebagai residu yang tidak dapat di daur ulang. Tapi saya berpikiran lain. Sampah apapun bisa diolah, dijadikan sesuatu yang bermanfaat. Termasuk limbah atau sampah popok,’’ kata ibu tiga anak ini.

Ditemui di rumahnya Jalan Ikan Tombro Kota Malang wanita berjilbab ini bercerita mulai mengolah sampah popok bayi  sejak tahun 2014 lalu. Saat itu Yunita melihat sampah popok bayi secara langsung di salah satu aliran sungai.

“Waktu itu saya baru melahirkan anak ketiga. Saat hendak membuang popok bayi ke sungai. Tapi urung saya lakukan, karena saya melihat banyak popok bayi di sungai itu,’’ kenang Yunita.

Dia akhirnya membawa pulang lagi popok bayinya. Dalam perjalanan, Yunita yang juga kader lingkungan RW 04 Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang  ini terus berpikir menyelesaikan masalah sampah popok bayi.

“Sampai rumah saya letakkan lagi sampah popok bekas itu. Saya terus berpikir, cara mengolah popok bekas,’’ urainya.

Hingga akhirnya dia pun memutuskan mencuci popok bekas sekali pakai tersebut. Dia cuci menggunakan detergen dan cairan pemutih. Setelah bersih kemudian dikeringkan. “Cukup lama saya berpikir saat itu. Hingga akhirnya saya memisahkan setiap bagian popok. Mulai dari lapisan luar, lapisan dalam sampai dengan jely yang ada di dalamnya saya pisahkan,” tambah Yunita.

Dari upaya pemisahan itulah, kemudian terbersit ide kreatif. Yaitu popok bekas dijadikan pot bunga. Dia bersama Kader Lingkungan RW 04 Kelurahan Tunjungsekar memulai aksinya. Membeli bahan-bahan membuat pot lainnya. “Setiap helai popok bekas yang sudah dicuci bersih itu dicampur semen, kemudian dicetak jadi pot,’’ kata Yunita.

Hasilnya pun lumayan. Itu setelah membuat pot kecil dan rekan-rekan lainnya membuat pot vertical garden. 

Di rumahnya, banyak pot dengan bahan baku salah satunya popok bekas pakai berjajar rapi. Termasuk pot vertical garden. Dengan warna yang menarik, taman rumah Yunita terlihat asri. Ditambah  bunga-bunga pilihan, tamannya pun tampak cantik.

Dari pot idenya pun berkembang. Popok yang sudah bersih dan telah dipisahkan kemudian disetrika kresek, ini teknik menyambung.

Bahan popok itupun menjadi lebar layaknya kain. Dari situ kemudian muncul ide membuat tas, dan bunga artificial atau bunga tiruan. Namun demikian, ide itu tidak langsung direalisasikan. Karena membutuhkan bahan yang sangat banyak.

“Dari situlah kemudian kami pun mulai mencari popok. Bukan mencari di tempat sampah. Tapi kami mengajak warga mengumpulkan popok bekas. Selanjutnya dijual ke sini,’’ kata Yunita.

Saat itu rumahnya menjadi bank popok. Popok yang ditampung di rumahnya adalah popok bersih atau sudah dicuci. Popok itu dari warga dibeli Rp 500 per pcs. Selanjutnya diolah hingga akhirnya menjadi barang-barang kerajinan yang bernilai. “Kalau tas atau dompet dijual untuk kalangan terbatas. Sekarang ini dari bahan popok bekas kami memproduksi  sandal,” kata dia.

“Sejak tahun 2021 sampai hari ini sudah 3.200 pasang sandal selop kami produksi. Kami menjualnya melalui marketplace dengan harga Rp 75 ribu,’’ sambung Yunita.

Uang hasil penjualan produk dikatakan Yunita tidak semua masuk kantongnya. Sebagian dia masukkan ke kas PKK untuk program penghijauan atau kegiatan lingkungan lainnya. (ira/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img