Bedah Buku ‘Smart Traders Not Gamblers’
MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Trader sekaligus praktisi saham Ellen May menceritakan pengalamannya menekuni dunia saham saat Digifes BI Ngalam 2022, di Malang Town Square Rabu (8/6). Naik turun dan jatuh bangun ketika berinvestasi dalam dunia saham itu juga yang dibukukan menjadi sebuah buku berjudul ‘Smart Traders Not Gamblers’. Secara gamblang, buku itu pun dibedah dan menjadi bahasan menarik yang dibagikan kepada para milenial yang menjadi peserta saat itu.
Ellen May menceritakan, dirinya membuat buku tersebut dilatarbelakangi karena punya pengalaman yang tidak mengenakkan. Dari situ, Ellen May kemudian mempelajari lebih dalam dunia saham hingga mencapai keberhasilannya saat ini. “Tahun 2011 itu terbit buku ini dari pengalaman saya tahun 2008. Saat itu saya mengalami krisis luar biasa. Saat investasi, duit ilang separuh, padahal itu uang suami saya,” katanya.
Tahun 2010 mulai bisa recover. Dia mempelajari bukan hanya masalah teknis atau fundamental, tetapi tentang mengendalikan emosi dan psikologi supaya bisa menjalankan hal teknis itu. Faktor psikologi inilah yang ditekankan oleh Ellen kepada para millenial.
Sebab berdasar pengalamannya, faktor psikologi ini justru yang lebih banyak memegang peranan penting. Banyak investor saham pemula yang gagal dan justru menjadi trauma tersendiri lantas kemudian menganggap dunia saham sebagai judi. Padahal banyak hal yang harus diperhatikan saat investasi saham. “Mudah-mudahan dari buku ini menjadi modal kita banyak belajar bagaimana investasi saham itu bukan gambler (judi), tapi smart trader karena ada ilmunya, ada yang dipelajari,” tukasnya.
Berbagai tips dan trik saat menentukan investasi saham pun juga disampaikannya. Misalnya seperti trik menentukan perusahaan yang tepat, menentukan berapa nominal saham hingga trik menghindari resiko. “Saya ingin semua menjalani trading itu bisa dengan lebih baik dan rasional tanpa merasakan yang saya rasakan dulu,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indoenesia Malang Samsun Hadi mengatakan berkembangnya era digital saat ini tentu memberikan kemudahan. Termasuk juga untuk dunia saham yang ternyata juga mulai digemari oleh kalangan milenial.
“Perkembanan anak milenial termasuk native people dan terbiasa dengan digital. Ditambah lagi ada tantangan Corona (Covid-19) dua tahun terakhir dan memaksa digitalisasi kita lebih cepat. Kalau kita lihat banyak anak muda masuk dunia pasar modal. Jadi potensi kita ini masih besar, pasar modal kita saja warnanya masih hijau dibanding negara Asia lain saat Corona kemarin,” jelas Samsun.
Maka dari itu, literasi digital sekaligus literasi keuangan seperti yang ada di buku Smart Traders Not Gamblers inilah yang juga dibutuhkan oleh para milenial.
“Dunia saham itu ada ilmunya, tidak hanya sekadar semangat saja. Ternyata psikologi itu lebih tinggi dari masalah technical dan fundamental. Kita berhadapan dunia real di pasar, kita semua pemain kecil di pemain besar jadi ikut arus sehingga kita perlu ilmunya,” tandasnya. (ian/imm)