spot_img
Thursday, May 16, 2024
spot_img

UB Kebobolan, Gedung Filkom Diawasi Tapi Korban Bunuh Diri Bisa Tembus

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Polisi: Harusnya Jendela Diberi Terali

MALANG POSCO MEDIA – Universitas Brawijaya (UB) kebobolan. Sistem pengamanan Gedung F Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) diragukan. Buktinya gedung setinggi 12 lantai itu digunakan untuk tempat bunuh diri.

Pengamanan berlapis dari petugas pengamanan dan CCTV dilewati LD, mantan mahasiswa Fakultas MIPA UB. Wanita 24 tahun itu mengakses hingga lantai 12 lalu gedung tersebut. Dari lantai 12, LD diduga menjatuhkan diri hingga tewas, Kamis (14/12) lalu.

Herannya lagi Kepala Humas UB, Tri Wahyu Basuki mengaku masih akan berkoordinasi dengan Polsekta Lowokwaru. “Karena identitas yang beredar ini dari pihak kepolisian. Kami masih akan memastikan lagi,” katanya, kemarin. 

Ia mengatakan di gedung tempat LD ditemukan meninggal dunia seharusnya memiliki pengamanan yang ketat. Bahkan sudah ada satuan pengamanan (satpam) yang bersiaga khususnya di lantai 12.

Alur masuk ke lantai atas juga menurutnya sudah seharusnya memiliki sistem yang ketat. Pasalnya, setiap tamu akan ditanya ke mana tujuannya memasuki gedung Filkom UB.

Filkom  menurutnya dan tim dari Dekanat Filkom UB menerapkan pengamanan cukup ketat. “Untuk kejadian kemarin kami masih mendalami. Bagaimana cara yang bersangkutan masuk. Kami juga akan mendalami, dengan mengecek seluruh CCTV di gedung tersebut,” lanjut Tri.

Menurut dia, kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, termasuk dari UB. Meskipun sudah memiliki fasilitas kelas konsultasi kondisi psikologis, nantinya akan dibuat kurikulum khusus terkait bimbingan mental psikologi ini.

“Kami sudah berkoordinasi dengan pimpinan kampus, bahwa nanti akan membentuk kurikulum khusus terkait kondisi psikologis seperti ini,” jelasnya.

Selain kurikulum khusus, pihak UB juga akan menguatkan kelas  konseling terkait kondisi psikologis mahasiswa.

“Memang terkait fasilitas ini, sebelumnya sudah ada, sebagai persyaratan akreditasi. Namun, kami akan menguatkan dan perannya  untuk membantu meningkatkan mental dan psikologis mahasiswa,” jelasnya.

Berbeda dengan  Kepala Humas Tri Wahyu Basuki yang mengaku masih akan berkoordinasi dengan kepolisian terkait identitas korban.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kewirausahaan Mahasiswa Fakultas MIPA, Chomsin Sulistya Widodo S.Si, M.Si, Ph.D membenarkan bahwa korban LD  sempat berstatus mahasiswa FMIPA. Dari catatan akademik fakultas, LD mulai kuliah tahun 2018. Namun mengundurkan diri tahun 2019 karena faktor penyakit yang diderita. “Kami belum tahu pasti apa penyakit yang diderita korban,” katanya.

Saat kuliah, korban mahasiswa Prodi Matematika. Selama menjadi mahasiswa, tidak ada laporan masalah apapun terkait aturan kedisiplinan atau akademik. “Secara pribadi kami tidak mengetahui pasti karakter yang bersangkutan. Apalagi sudah lima tahun lalu tidak lagi menjadi mahasiswa kami,” ungkapnya.

Chomsin mengungkapkan pihak fakultas belum mengerti tujuan datangnya korban ke kampus dan melakukan bunuh diri di gedung Filkom. “Barangkali dia mau menemui temannya yang seangkatan dulu, atau keperluan lain kami tidak tahu pasti,” ungkapnya.

FMIPA sudah melakukan langkah preventif untuk mencegah terjadinya depresi yang berujung bunuh diri. Sejak masuk tahun 2023 fakultas ini telah memiliki Unit Konseling, Perundungan dan Kekerasan Seksual. Tujuannya untuk memfasilitasi dan melayani  mahasiswa yang mengalami tekanan mental dan sebagainya.

Terlebih kata, Chomsin, mahasiswa saat ini termasuk generasi Z. Memiliki daya juang yang rendah. Mentalnya cepat rapuh. “Relatif semua generasi Z ini memiliki karakter mental yang sama. Gampang putus asa. Maka kami menyediakan unit konseling sebagai sarana komunikasi dengan mahasiswa,” terangnya.    

Sementara itu LD, di sisi lain ada yang menyebut LS dikenal pandai. Warga Desa Kepuharjo Kecamatan Karangploso itu juga penyuka artis Korea. Anak ke tiga dari empat bersaudara tersebut pernah bersekolah di SMAN 1 Kota Malang.

Ida Royanti, salah seorang tetangga mengatakan LD mengatakan, saat masuk UB LD  melalui jalur bidikmisi.

LD  jarang keluar dari rumah tinggalnya. Bila ingin membeli sesuatu, LD biasanya meminta bantuan ibundanya. Sedangkan, ayah LD sudah meninggal dunia.

“Kalau ibunya sering membaur sama warga. Tapi putrinya (LD) memang jarang keluar. Kata ibunya, selalu di kamar terus main komputer,” imbuh Ida yang rumahnya hanya selemparan batu dari rumah duka.

Ida mendapat cerita dari orang tua LD sempat ingin pindah kuliah ke Bandung. Namun, keluarga tidak mengizinkan.

Warga lainnya, Rifa Adiati mengatakan, sebelum kejadian dilaporkan meninggal karena bunuh diri, LD baru keluar dari sebuah panti rehabilitas di Kecamatan Dau sekitar satu bulan yang lalu. Ia direhabilitasi oleh dokter karena penyakit diderita. LD selama tiga bulan menginap di sana. “Setelah diizinkan pulang sama dokter, (LD) sempat bekerja ngikut saudaranya baru-baru ini. Ibunya bilang, kalau bekerja biar ada temannya. Biar semakin sembuh,” sambung Rifa.

Namun sampai saat ini tak diketahui secara persis sakit yang dialami LD. Penyakit yang diderita LD menjadi-jadi sekitar tujuh bulan belakangan. Kurun waktu ini, ia sering berpergian seseorang diri. “Pernah ke Surabaya naik grab mobil sendirian. Alasannya ke keluarga kalau nonton konser Korea. Tapi di Surabaya justru diamankan  kepolisian. Informasinya mencoba lompat bangunan Telkom di Surabaya,” cerita Rifa.

“Anaknya ini memang pintar. Sejak sakit itu,ngomong gak nyambung parahnya tujuh bulan ini,” sambungnya.

Terpisah Kapolsek Lowokwaru, AKP Anton Widodo mengatakan LD   sudah sempat bekerja di suatu  perusahaan yang berada di wilayah Kota Malang sebelum ditemukan tewas menjatuhkan diri di Gedung Filkom UB. Sebelum kejadian, kata Anton, sempat pamitan ke orang tuanya untuk bekerja pada pagi hari.

“Kami belum tahu apakah korban ini datang ke UB naik motor atau jalan kaki. Kami masih dalami,” kata Anton di Mapolsek Lowokwaru, Jumat (15/12) kemarin.

Gedung Filkom UB, sambungnya, memang bisa diakses oleh semua orang. Ruang-ruang gedung di sana tidak dikunci.

“Kalau idealnya, safety. Tapi kan kita tak mengerti  niatan orang itu menjatuhkan diri atau tidak. Tapi kalau memang menghindari kejadian berikutnya sebaiknya dipasang trali (jendela) juga bagus,” kata dia.

Anton menambahkan, LD memang sifatnya pendiam. Tidak pernah berkeluh kesah kepada orang tuanya. (rex/imm/den/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img