MALANG POSCO MEDIA, KOTA BATU – Kasus Demam Berdarah (DB) di Kota Batu terbilang sampai April ini terbilang masih tinggi. Sejak Januari hingga 17 April tercatat ada 227 kasus DB, 173 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan 11 kasus Dengue Shock Syndrome (DSS) serta 2 kematian akibat nyamuk tersebut.
“Total sudah ada 2 kematian terjadi akibat DB. Namun kematian dikarenakan ada penyakit penyerta atau komorbid pada penderita. 2 kematian karena murni DBD di terjadi di Temas dan Punten. Sedangkan kasus lainnya tersebar di tiga Kecamatan,” ujar Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati kepada Malang Posco Media, Minggu (21/4) kemarin.
Susan menerangkan bahwa kenaikan kasus DB terjadi dalam waktu 7 hari. Dari pendataan terakhir tanggal 10 April terjadi 207 kasus DB, 158 kasus DBD dan 10 kasus DSS. Kemudian di tanggal 17 April menjadi 227 kasus DB, 173 kasus DBD dan 11 kasus DSS.
“Untuk mencegah angka kasus dan kematian akibat DBD bertambah, berbagai upaya telah Dinas Kesehatan Kota Batu. Selain secara rutin menerjunkan tim jumantik, juga dilaksanakan gerakan massal satu kota lewat kerja bhakti setiap minggu selama satu bulan di bulan Maret lalu,” terangnya.
Selain itu Dinkes Kota Batu melaksanakan fogging (pengasapan) di sekitar tempat tinggal korban meninggal dan daerah dengan angka DBD yang tinggi. Pengasapan tidak bisa dilakukan dengan serta merta, namun ada beberapa indikator yang mengharuskan dilakukan pengasapan.
“Salah satu indikator jika angka bebas jentik dibawah 95 persen adalah kondisi berbahaya. Sementara di sekitar tempat tinggal korban angka bebas jentiknya ada di prosentase 71 persen. Sehingga perlu dilakukan pengasapan,” imbuhnya.
Dalam penanganan DB tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Namun juga oleh masyarakat melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu Puskesmas secara berkala juga melakukan pemantauan jentik bersama kader jumantik di tiap Desa/Kelurahan se Kota Batu.
Pihaknya juga menggencarkan sosialisasi PSN 3M. Yakni menguras/membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air dan lain sebagainya.
Serta memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang menularkan demam berdarah. Karena nyamuk aedes aegypti bertelur di genangan air bersih.
“Sedangkan untuk plus-nya kami minta masyarakat dengan kegiatan pencegahan DBD seperti menaburkan bubuk larvasida atau abate, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk,” pungkasnya. (eri/jon)