spot_img
Monday, May 20, 2024
spot_img

Ziarah ke Al-maghfurlah Mbah KH M. Ali Manshur, Pengarang Sholawat Badar

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA. – Di hari ke-4 lebaran (mudik hari ke-3 Winarto/ Owie Agency di Dusun Prongkol Desa Sumberjo Kecamatan Widang Kabupaten Tuban), saya akan bercerita tentang Langgar Panggung terlebih dahulu.

Langgar yang dahulu didirikan oleh Mbah Haji Satimin tahun1950-an inilah (seperti cerita sebelumnya) Ustadz Darmin mengajar ngaji santri-santrinya sehingga banyak yang jadi orang sukses. Dengan metode alif fathah a, ba’ fathah ba dan ta’ fathah ta, a-ba-ta, saya akhirnya bisa membaca Al Qur an. Di dindingnya sebelah kanan (yang semua terbuat dari kayu jati tua) ada lubang kecil, juga menyimpan kisah spesial.

Dulu saya sering menangis saat ngaji karena, kata teman-teman, dari lubang itulah ada Pak Calak yang selalu mengintip untuk menyunat (mengkhitan) saya. Jadi, saya kecil saat itu takut dan terus menangis.

Tadi pagi, kata Pak Yunus adik saya, langgar itu akan dibeli puluhan juta oleh orang luar desa, tapi Ibu Sukiati (ahli warisnya) tidak berkenan. Dari sinilah, saya dapat hikmah tentang pentingnya menghargai nilai sejarah

Langgar Panggung yang didirikan Mbah H Satimin tahun 1950 an



Suasana Pagi di Desa
Ingin tahu suasana pagi desa? Subhanallah, segar dan sejuk sekali. Segarnya terasa di dada dan sejuknya membuat “smile” di wajah (hahaha..😊).

Belum lagi mendengar sahut-sahutan kokok ayam jago, ngoceh riang burung trucukan, suara sapi yang “moo”, petok-petok ayam betina dan juga manggung burung-burung perkutut di ranting-ranting pohon sekitar rumah. Subhanallah, semarak sekali..!
Belum lagi nuansa hijau daun-daun segar (teruma daun-daun pisang) di depan dan kanan kiri rumah.

So, tak kulewatkan untuk berselfi sama saudara dengan latar belakang hijaunya pohon-pohon pisang tersebut. Dari sinilah kita bisa memetik hikmah tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan agar hidup kita tetap sehat, damai dan lestari.

Ziarah Pepunden, Lalu Ziarah Wali

Mumpung mudik (setelah 3 tahun tidak bisa mudik) saya sempatkan untuk berziarah ke pepunden yakni di makam Ndowo Desa Sumberjo KecamataWidang Kabupaten Tuban. Di situlah almarhum ayah kandung dan mbah buyut saya diistirahatkan. Dengan berziarah tersebut, di samping kita bisa memetik tentang hikmah kematian, juga bisa mendoakan, semoga almarhum dan almarhumah tenang dan bahagia di alam barzah, dalam karunia maghfirah dan rahmat Allah. Harapannya, kami sebagai anak cucu yang bisa birrul walidain dan birrul jadd (aamiin).

Ziarah ke Pengarang Sholawat Badar

Alhamdulillah, cita-cita lama yang terpendam akhirnya bisa terwujud juga, yakni berziarah ke makam muallif sholawat badar “Almaghfurlah Mbah KH M. Ali Manshur” yang terkenal itu di Maibit Kulon Desa Maibit Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban (26 km dari desa saya).
Iya, kita tentu tidak asing dengan bunyi sholawat, _sholatullah salamullah, ‘ala thoha rasulillah, sholatullah salamullah, ‘ala yasin habibillah_. Dan Gus Dur dalam rekaman-rekaman ceramahnya sering cerita kalau beliau sering mampir ke Rengel untuk berziarah.

Kisah mulia (keramat) sholawat badar yang ditulis pada sekitar 1960-an dan digunakan untuk menghadang lagu genjer-genjer (paham komunisme) saat itu, eh ternyata makam sang muallifnya ada di Tuban. Dan anehnya orang-orang Tuban sendiri banyak yang tidak tahu kalau tempatnya di kota Tuban, termasuk keluarga saya (padahal mereka termasuk sering ziarah wali).

.



Untuk itu, saya kira menarik bagi segenap calon peziarah untuk menjadikan makam KH Moh. Ali Manshur di Maibit Rengel Tuban sebagai salah satu destinasi wisata religi.

Menariknya lagi, dekat dengan lokasi wisata gua “Ngerong” dan di pinggir-pinggir jalan banyak sekali makanan favorit dan khas Tuban. Salah satunya adalah bakso atau legen Tuban. Tertarik..? Silakan coba..!

Semoga baik penulis maupun pembaca dapat berkah dari ziarah wali ini. Aamiin.(lim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img