MALANG – Devi Atok, warga Desa Krebet Senggreng RT01 RW01 Kecamatan Bululawang, salah satu orang tua yang sangat berduka. Pria 43 tahun ini kehilangan dua anak perempuan kesayangannya saat Tragedi Kanjuruhan Sabtu (1/10) lalu. Natasha Deby Ramadani, 16 tahun dan Naila Deby Anggraini, 13 tahun harus meregang nyawa dalam targedi Kanjuruhan malam itu.
Selain kedua anaknya, mantan istrinya yaitu Deby Asta, 35 tahun, warga Desa Codo, Kecamatan Wajak juga meregang nyawa di malam kelam itu. “Dua anak saya melihat Arema melawan Persebaya bersama mama dan suami serta anaknya yang masih bayi. Suami dan dedek bayinya selamat, sementara Deby dan Nayla serta Geby tidak selamat,’’ kataya mengawali cerita.
Dia juga menguraikan Deby dan Naila merupakan anaknya hasil pernikahannya dengan Geby Asta. Namun pernikahannya gagal. Tahun 2014 lalu keduanya bercerai. Kendati bercerai namun keduanya memilih mengasuh dua anaknya ini secara bersama-sama.
“Pulang sekolah anak-anak di rumah saya di Bululawang, sore hari mereka ke Wajak tinggal dengan mamanya. Tapi kami terus berkomunikasi, kadang malam juga bertelponan,’’ urai Atok dengan nada lirih. Dia pun mengaku sangat dekat dengan kedua anaknya.
“Saya tidak menyangka, jika kedua anak perempuan saya meninggal di malam itu. Mereka adalah anak baik,’’ katanya. Ditemui usai menerima santunan dari Menteri Sosial Tri Rismaharini di Pendopo Kecamatan Gondanglegi, Atok begitu dia akrab dipanggil mengaku tak memiliki firasat apapun atas kejadian yang menimpa dua anaknya. Namun demikian, sejak sepekan sebelum kedua anaknya meninggal, mereka sangat manja.
“Terakhir ketemu Selasa (27/9) lalu. Karena Rabu (28/9) saya pergi ke Situbondo,’’ katanya.
Saat Selasa lalu, Atok menceritakan, siang itu sepulang sekolah keduanya ke rumah di Bululawang. Mereka sempat ikut ke ladang tebu, menemani Atok yang sedang menunggu buruh tebang tebu. Saat berada di ladang kedua anaknya ini sangat manja, bergelayutan di tubuh Atok dan itu tidak seperti biasanya.
Lebih-lebih Naila, anaknya paling bontot dia terlihat terus nempel. Bahkan lantaran terus nempel, Atok sempat beberapa kali minta Naila menjauh dan bermain dengan kakaknya. Namun demikian, beberapa saat kemudian Naila kembali dan bergelayutan lagi kepada Atok.
“Saya tidak terpikir apa-apa. Saya berpikir, mungkin mereka rindu dengan saya. Apalagi mereka akan saya tinggal ke Situbondo,’’ kata pria yang setelah bercerai belum menikah lagi ini.
Sampai akhirnya Rabu (27/9) lalu, Atok pergi ke Situbondo untuk menebas tebu. Namun demikian di Situbondo entah kenapa dia terus teringat kedua anaknya. Lantaran itu juga dia sering menelpon. “Terakhir telponan Sabtu (1/10) siang lalu. Naila telepon minta dibelikan pulsa. Kemudian dibelikan oleh kakak saya. Dia juga pamit mau menonton bola. Saya berpesan agar hati-hati, dan tidak berjauhan dengan mamanya,’’ kata Atok. Dia mengatakan dua anaknya ini memang cinta dengan Arema. Sering melihat bola. “Saya ini Aremania Curvasud. Keduanya sering saya ajak melihat Arema,’’ ungkapnya.
Atok sendiri tahu anaknya menjadi korban Minggu (2/10) sekitar pukul 01.00 dinihari. Salah satu kerabat menelponnya, menginformasikan jika Deby dan Nayla menjadi korban kerusuhan. “Saat itu juga saya kembali ke Malang. Saya coba menelpon keduanya, tapi tidak nyambung. Telpon mamanya juga tidak nyambung, saya kawatir saat itu,’’ ungkanya.
Sekitar pukul 04.30 Atok pun sampai di Malang. Saat itulah kabar duka diperolehnya. Dia mendapatkan informasi jika kedua anaknya meninggal dunia, bersama mantan istrinya. “Saya shok, bagaimana tidak. Keduanya adalah harta paling berharga bagi saya,’’ urainya.
Apakah ada keinginan anaknya yang belum terpenuhi? Atok mengatakan ada. Yaitu keinginan Naila memiliki motor. “Sebelum saya berangkat Naila minta motor. Saya janjikan beli setelah kembali dari Situbondo. Tapi ternyata belum sempat motor saya belikan dia dipanggil yang maha kuasa,’’ tambahnya dengan mata berkaca-kaca.
Ya meskipun sangat berat, Atok berusaha mengiklaskan kepergian kedua anak tersayangnya selama-lamanya. Bukan karena tidak sayang. Tapi dia ingin jalan kedua anaknya menuju surga lapang. “Sebagai ayah saya sangat terpukul, saya marah, saya sedih. Tapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin Allah SWT lebih mencitai keduanya, sehingga keduanya dipanggil lebih dulu daripada saya,’’ tandasnya. (ira ravika/bua)