spot_img
Tuesday, May 21, 2024
spot_img

Bantu Penderita Katarak, Mahasiswa ITN Ciptakan SIMAK

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Penderita katarak tidak akan sulit lagi memeriksa penyakitnya. Kini, ada SIMAK, Sistem Identifikasi Maturitas Katarak. SIMAK adalah karya mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang yang diciptakan untuk membantu penderita katarak dalam memeriksa mata.

Selama ini menderita katarak sulit untuk menjalani pemeriksaan. Tidak semua rumah sakit atau klinik kesehatan memilikinya alat slit lamp untuk memeriksa katarak karena harganya yang mahal. Untuk itu, dengan adanya SIMAK diharapkan dapat mempermudah pemeriksaan katarak.

Alat ini berhasil diciptakan tim mahasiswa Teknik Elektro S-1 ITN Malang. Mereka adalah Dwangga Rizqia Meidyan Syahputra, Mochamad Bayu Aditama, Amandarika Widyatamara, Ririn Katherina Maturbongs, dan Elvan Dwi Nur Asyifa.

Dwangga Rizqia Meidyan Syahputra

Karya mereka ini diperjuangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) 2022 dengan judul : Sistem Identifikasi Maturitas Katarak Menggunakan Teknik Pengolahan Citra.

Menurut Ririn Katherina Maturbongs, timnya terinspirasi membuat sistem identifikasi maturitas katarak dengan biaya yang tidak mahal. Alat yang dibuat untuk proses klasifikasi terhadap maturitas katarak, menggunakan sistem embedded yang dipadukan dengan teknik pengolahan citra.

“Kami harap alat tersebut dapat mempermudah dan mempercepat proses diagnosa pada penderita penyakit katarak,” ucap Ririn.

Sementara, Dwangga Rizqia M menjelaskan, SIMAK memiliki panjang 21 cm, lebar 18 cm, dan tinggi 9 cm. Alat ini memanfaatkan dua kamera ESP32-CAM yang terhubung ke dalam sebuah jaringan yang dapat diakses tanpa menggunakan kabel antara kamera dengan monitor. Pada awalnya antara monitor dengan kamera mereka menjadikan satu, sehingga memerlukan kabel.

“Ternyata ruang pada VR BOX tidak mencukupi, akhirnya kami pisahkan antara kamera di VR Box dengan LCD. Untuk mesin atau otak dari SIMAK menggunakan Raspberry Pi. Karena kami mengutamakan portable, maka sumber daya dari alat ini menggunakan tenaga powerbank,” katanya.

Dikatakan Dwangga, sistem dari alat ini memanfaatkan dua kamera untuk mengambil gambar mata kanan dan kiri. Kemudian gambar tersebut nantinya akan langsung diolah oleh program yang ada di Raspberry Pi menggunakan sistem pengolahan citra. Untuk hasil diagnosa akan ditampilkan langsung di monitor atau LCD yang sudah terintegrasi dengan Raspberry Pi.

Raspberry Pi atau sering disingkat Raspi merupakan komputer papan tunggal seukuran kartu kredit. Raspi dapat digunakan untuk menjalankan program perkantoran, permainan komputer, dan sebagai pemutar media hingga video beresolusi tinggi.

“Untuk alatnya sendiri saat ini sudah 90 persen jadi. Hanya saja kami masih harus berulang kali uji coba ke lapangan agar didapatkan hasil diagnosa lebih akurat,” tandasnya. (imm/bua)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img