spot_img
Sunday, May 19, 2024
spot_img

Serbuan 330 Ribu Lebih Mahasiswa Kampus Negeri dan Swasta

Beri Dampak Ekonomi, Macet Tak Bisa Dihindari

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Aktifnya kembali sekitar 330 ribu mahasiswa untuk berkuliah di Kota Malang mulai bulan September, diyakini membawa berkah dan dampak positif tersendiri. Pergerakan sosial masyarakat itu memang diharapkan oleh kampus bisa memberi manfaat ekonomi terhadap masyarakat Kota Malang. Meski juga ada dampak negatif yang juga tak bisa dihindari.

Menurut Staf Ahli Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan Universitas Brawijaya Ilhamuddin, S.Psi., MA., seiring dengan adanya pergerakan sosial maka akan terjadi dinamika sosial yang berdampak pula pada dinamika ekonomi.

“Semakin banyaknya mahasiswa ke Malang, struktur sosial di Malang menjadi jauh aktif lagi seperti sebelum pandemi. Sekarang terasa kok, di sekitaran kampus seperti warung makan jadi jauh lebih ramai, kemudian kos-kosan apalagi, sudah penuh di sekitaran UB. Sehingga aspek ini saja ekonomi sudah bertumbuh,” jelas Ilhamudin.

Dalam satu tahun kedepan, Ilhamudin yakin pergerakan ekonomi bakal lebih bagus. Selain itu dengan potensi pergerakan sosial yang lebih masif akan berdampak pada banyak hal. Bisa dibayangkan berapa rupiah uang yang berputar di Kota Malang yang diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Kepala Humas dan Kearsipan Universitas Brawijaya Kotok Gurita menambahkan, salah satu indikator pergerakan ekonomi yang ia temukan adalah meningkatnya penjualan di kantin-kantin UB. Begitu juga dengan di luar wilayah UB yang mengalami kondisi serupa.

“Sepanjang pengamatan saya, dengan mulainya berdatangan mahasiswa, memang saya melihat banyak yang laku keras. Bahkan di kantin UB sendiri saat kuliah pengenalan pertama itu kewalahan. Akhirnya kehabisan dan besoknya baru meningkatkan pendapatan,” ungkap Kotok

“Kos kosan juga sudah penuh di sekitaran UB. Juga kafe di Malang makin semarak. Kehidupan ekonomi mulai bangkit dan kita harapkan terus berlanjut,” sambungnya.

Sementara Rektor Universitas Gajayana Malang (UNIGA) Prof. Dr. Dyah Sawitri, SE, MM, menanggapi kembalinya mahasiswa ke Kota Malang ini adalah hal positif. Pasalnya dengan adanya pergerakan massa yang besar, memberikan dampak yang kompleks.

Termasuk dampak ekonomi, sosial, budaya hingga politik. Hal itulah yang disebutnya sebagai multiplayer effect. Adanya dampak kompleks ini, akan memberikan ruang bagi sektor-sektor di kehidupan masyarakat bisa kembali bergerak.

“Datangnya mahasiswa untuk belajar tatap muka di kampus ini memberikan dampak besar dan luar biasa. Inilah bentuk multiplayer effect itu. Secara ekonomi saja, warung-warung di sekitar kampus akan kembali ramai, kos-kosan dan kontrakan akan terisi kembali, serta transportasi umum akan mulai mendapatkan pelangganya kembali,” terangnya.

Wanita yang juga sekaligus menjabat sebagai Ketua LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur ini mengatakan, tentu di setiap dampak ada yang positif dan juga negatif. Namun, dampak terbesar yang akan terasa adalah dampak ekonomi dan sosial.

Adanya penambahan jumlah orang, maka pergerakan ekonomi juga semakin cepat. Karena daya beli ditambah dengan kelipatan jumlah pembeli, bisa memberikan percepatan perputaran roda ekonomi.

“Misal saja minimal kebutuhan makan harian, sudah berapa orang yang beli. Kemudian kebutuhan untuk hidup bulanannya. Ini adalah dampak terbesar yang terasa dari pertambahan jumlah penduduk, melalui datangnya para mahasiswa untuk menempuh pendidikan di Kota Malang ini,” jelas Dyah.

Ia menambahkan, selain adanya dampak ekonomi. Dampak sosial juga akan terasa. Apabila tidak ditata melalui kebijakan yang ada, gesekan antara orang-orang yang ada di wilayah Kota Malang akan semakin terasa.

“Jadi melalui kampus masing-masing, kami juga mengimbau agar menjaga dan mengedukasi mahasiswanya masing-masing. Agar hal-hal yang tidak diinginkan dalam kehidupan sosial bisa dihindari. Seperti gangguan kenyamanan, keamanan dan ketertiban di Kota Malang terus terjaga,” tandasnya.

Terpisah, Direktur Akademik Universitas Negeri Malang Prof. Suyono mengatakan, selalu ada plus minusnya dengan hadirnya ribuan Mahasiswa tersebut. Diantaranya dampak negatif dengan kemacetan yang tidak dapat dihindari. Hal itu dikatakannya sebagai sesuatu yang alami bila tidak ada upaya inovatif untuk menekannya.

“Semua yang ada di dunia ini pasti ada plus minusnya. Tetapi tentu kita harus bisa menyikapinya secara bijak. Kalau banyak mahasiswa ke Malang, artinya kalau dipikir menambah macetnya saja ya alamiah saja. Begitu tambah penduduknya, lalu ruas jalan tidak ditambah, maka macet sebuah kepastian,” katanya.

Meski begitu, dampak positif dari aktifnya ratusan ribu mahasiswa di Kota Malang juga memberi manfaat besar bagi masyarakat dan juga pemerintahnya. Maka ia berharap dampak positif ini bisa dimaksimalkan dan dampak negatifnya bisa ditekan.

“Ada berapa ratus ribu mahasiswa di Kota Malang, ini tentu sangat menggerakkan ekonomi. Ya warung, ya kafe, ya kos-kosan, macam macam. Ini perlu kolaborasi dengan pemerintah daerah,” tandasnya.

Untuk dua kampus negeri di Kota Malang yaitu Universitas Negeri Malang dan Universitas Brawijaya yang sudah memulai agenda Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) telah memberi dampak kepada berbagai bidang usaha terkait kebutuhan mahasiswa. Seperti tempat tinggal atau kos-kosan, laundry, tempat makan, fotocopy dan printing, peralatan ATK, foto studio dan beberapa lainnya.

Meilani Ardiyate, Pemilik Ardana Laundry sekaligus Kos-kosan di daerah Jalan Kertoraharjo, dekat kampus UB mengatakan bahwa selama sepekan terakhir pelanggan jasa laundry-nya melonjak signifikan. Bisa sampai 20-an pelanggan setiap harinya. Jumlah ini sangat jauh dibandingkan dengan dua tahun kebelakang atau selama pandemi Covid-19. Saat itu ia sampai harus menutup jasa laundry-nya karena tidak ada mahasiswa yang menetap di Malang.

Ia juga mengungkapkan bahwa kos-kosan disekitar tempatnya tinggal rata-rata sudah penuh semua. Termasuk kos-kosan yang ia miliki. Dari tiga kamar yang ia sediakan dua di antaranya merupakan mahasiswa baru.

“Bahkan sampai sekarang masih banyak yang bertanya mengenai ketersediaan kamar ke saya. Saya cuma menyediakan sedikit, depan dan samping saya ini semuanya sudah full terisi. Mungkin masih ada yang kosong namun kebanyakan ada di gang-gang sempit dan tidak dipromosikan secara online jadi banyak yang tidak tahu,” imbuhnya.

Begitu juga dengan layanan penyedia makanan disekitar kampus UB juga turut mengalami kenaikan penjualan. Salah satunya Ika Harianti, Kasir dan Stockist Warung De Cozzy, mengatakan bahwa perbedaan penjualannya jauh dibandingkan dua tahun terakhir. Sehari bisa menghabiskan sekitr 30 kg ayam, dimana per-satu kilogram bisa untuk 10 porsi. Pelanggannya beragam ada yang mahasiswa baru ada juga pelanggan lama.

“Sebulan terakhir sudah terasa peningkatan penjualannya. Karena mahasiswa lama juga kan sudah kuliah tatap muka, jadi banyak yang makan di sini,” tuturnya.

Penyedia perlengkapan PKKMB disekitar kampus pun turut merasakan dampaknya. Seperti toko milik Adi Cahyonodi depan kampus UMmengaku selama dua pekan ini tokonya sudah ramai didatangi mahasiswa baru. Kebanyakan mencari perlengkapan PKKMB.

“Karena saya menyedihkan kebutuhan harian seperti sabun, peralatan rumah, skincare jadi banyak juga yang datang membeli itu. Bersyukur sekali karena selama pandemi kemarin toko tetap saya buka namun jarang ada yang beli. Mahasiswa pada pulang ke kampung halamannya,” tuturnya kepada Malang Posco Media. (ian/rex/mp2/bua)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img