spot_img
Saturday, May 18, 2024
spot_img

KORAN TAK BOLEH MATI

Berita Lainnya

Berita Terbaru

RUMAH KITA

MALANG POSCO MEDIA – Koran tidak boleh mati. Koran harus tetap hidup dengan cara beradaptasi dengan kemajuan teknologi saat ini. Karena tingkat kepercayaan terhadap koran masih menduduki peringkat tertinggi dibandingkan dengan media online atau digital.

Penegasan ini disampaikan oleh Ahmad Djauhar Anggota Dewan Pers Periode 2019-2022 saat workshop Series #1 yang digelar Dewan Pers bekerjasama dengan Serikat Perusahaan Pers bertema “Mengawal Keberlanjutan Bisnis Media” yang digelar di Hotel Santika Surabaya, Selasa (17/5) lalu.

‘’Media tradisional akan tetap ada dan tidak akan mati, tetapi harus berubah dan berkembang. TV akan menyatu dengan digital, cetak akan menjadi lebih digital (dengan podcast) dan radio sudah menjadi digital,’’ ujarnya di hadapan peserta workshop yang datang dari berbagai kota di Jawa Timur, termasuk Malang Posco Media, Asli Korane Arek Malang.

Direksi MPM saat itu menugaskan dua orang, yaitu Pemred Abdul Halim dan Buari Manager Marketing untuk berangkat langsung mengikuti workshop ini di Surabaya. ‘’Berangkat, salam buat teman-teman Dewan Pers dan SPS Jatim. Sampaikan MPM siap bergabung dengan SPS,’’ ujar Chariman MPM Juniarno Djoko Purwanto yang diamine Dirut Sudarno Seman dan Direktur Hary Santoso.

SEMANGAT: Peserta Workshop Series #1 yang digelar Dewan Pers bekerjasama dengan Serikat Perusahaan Pers bertema “Mengawal Keberlanjutan Bisnis Media” yang digelar di Hotel Santika Surabaya, Selasa (17/5) lalu.

Djauhar menegaskan, tidak hanya masyarakat yang hingga saat ini masih mengonsumsi media tradisional, tetapi jenis media ini juga tetap menjadi sumber informasi terpercaya. “Menurut studi Marketing Sherpa, 82 persen konsumen mengatakan mempercayai media iklan cetak dan 80 persen mengatakan mereka mempercayai iklan televise saat membuat keputusan pembelian. Ini riset Oktober 2019,’’ jelas Djauhar meyakinkan.

Apa kiat menjaga keberlangsungan media saat ini? Djauhar memberikan tips. Ada tiga strategi. Pertama, gunakan teknologi untuk mengambil kembali kepemilikan pengalaman pelanggan. Teknologi telah mengubah kebiasaan konsumsi yang pada gilirannya telah mengubah cara perusahaan konten dalam melibatkan audiens.

Kedua, Gunakan data untuk menginformasikan pilihan pemograman (rubrikasi) yang dipersonalisasi. Dengan mengumpulkan data tampilan linier dan digital secara bersamaan, media Anda dapat membuka jalur untuk bersaing dengan cara baru berdasarkan preferensi atau kesukaan pribadi.

Ketiga, fokuskan upaya beriklan media Anda. Penyedia konten memiliki kesempatan untuk memahami audiens mereka di saluran linear dan digital. ‘’Ubah proposisi nilai dengan menayangkan iklan yang relevan dan tidak terlalu mencolok – dengan cara baru dan kreatif –kepada audiens lintas platform guna menciptakan pengalaman yang lebih baik bagi konsumen. Ini Jauh lebih efisien bagi pengiklan Anda,’’ tegasnya. 

Sementara Asmono Wikan, saat menjadi pembicara masih calon Anggota Dewan Pers 2022 – 2025 menjelaskan tiga scenario model bisnis media. Pertama menumpang pada bisnis platform. Mengandalkan traffic tinggi untuk menghasilkan pendapatan iklan dari platform (google adsense).

Kedua menawarkan paid content. Strategi awalnya dengan menyodorkan konten freemium. Mau lebih? Harus bayar. Ketiga, menawarkan model media komunitas. Mengelola komunitas tertentu sebagai basic pembaca konten dan agenda agenda bisnis media non konten (event dll).

Ibnu Yunianto Pemred Jawa Pos juga memberikan tips bagaimana media bertahan dan berjuang di era digital ini. ‘’Mengerti kemauan pelanggan dan membuat konten yang bisa menjaga keberlangsungan media. Membuat berita yang unik dan tetap hadir saat media lain libur,’’ jelas Ibnu yang mengaku memang harus ekstra keras mempertahankan media koran.(*)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img