spot_img
Thursday, May 2, 2024
spot_img

Makin Ikonik, Tugu Disorot Lampu

Berita Lainnya

Berita Terbaru

View Alun-Alun Bunder Lebih Bagus Tanpa Pagar

MALANG POSCO MEDIA- Wisata Bouwplan menarik perhatian. Apalagi dikembangkan dari Kayutangan hingga Stasiun KA Kotabaru. Setelah pagar dibongkar, Tugu di tengah Alun Alun Bunder disorot sistem lighting.

Konsep wisata heritage atau wisata sejarah ini pun diapresiasi  Pakar Pariwisata Universitas Brawijaya (UB) A. Faidhal Rahman, SE.Par, M.Sc.

“Upaya yang dilakukan pemerintah ini bagus untuk menata trotoar pedestrian apalagi dikaitkan kehistorisan. Itu akan membuat nyaman dan lebih enak. Saya mendukung sekali pencitraan Kota Malang sebagai Beautiful City,” terang Faid kepada Malang Posco Media, Rabu (3/8) kemarin.

Meski begitu, Faid mengingatkan nantinya ketika membangun kota itu tidak boleh sampai keluar dari karakteristik kekotaannya. Mulai dari ornamen, bahannya hingga desain  karena hal itu begitu penting. Apalagi Malang identik dengan yang sifatnya heritage, maka Malang harus memposisikan sebagai kota heritage.

“Pemilihannya itu selera, tapi kemudian jangan sampai menghilangkan identitasnya. Identitas sebuah kota terlihat dari tata ruangnya, tata bangunannya dan tata kotanya,” lanjut Faid.

Oleh karenanya yang perlu diperhatikan kata Faid, pedestrian yang ramah wisatawan. “Ruang pedestrian ini di Kota Malang kan baru baru ini saja dipikirkan. Itu penting. Tempat healing santai, tempat duduk, kursi, sampai penerangan, itu perlu dilakukan dengan desain menarik. Kalau bisa desainnya yang kembali ke heritage. Biar terkesan Kota Malang sebagai kota heritage,” urai Faid.

Selain itu sebaiknya perlu dikuatkan identitas kelokalannya yang sesuai dengan identitas Kota Malang. Tidak perlu sama dengan kota lainnya.

“Apapun yang dilakukan pemerintah dalam upaya menjadikan kota tercinta bagus, ya perlu didukung. Tapi pembangunannya jangan keluar dari konsep potensi kedaerahan. Karena itu yang menjadikan Kota Malang punya identitas,” tuturnya.

Menurut Faid, kurang kuatnya identitas Kota Malang selama ini memang disebabkan belum adanya regulasi yang mengatur secara spesifik tata bangunan.

“Kalau Bali sudah punya identitas, siapapun yang mau membangun rumah maka harus ada ornamen sesuai identitas, pintunya harus ini ini. Itu artinya pemerintah Bali benar-benar menjaga kelokalannya. Nah Malang ini perlu didorong seperti itu juga,” katanya.

Kalau sebuah kota punya identitas yang kuat dan diterapkan di Wisata Bouwplan misalnya, pasti pengunjung akan punya kesan ketika berwisata disana.

“Dan juga yang penting wisata itu nyaman, aman, bersih, indah dan suasananya mengesankan. Selain di samping identitasnya juga kuat,” tegasnya.

Wali Kota Malang Drs H Sutiaji mengatakan terkait Alun-Alun Tugu tahap awal yang dilakukan adalah membongkar pagarnya. Namun pengerjaan pedestrian menyusul selanjutnya.

“Untuk Alun-Alun Tugu, memang kemarin bunganya itu kita lihat sama pak Ketua (DPRD Kota Malang) masih kurang. Jadi pedestriannya nanti bisa dimasukkan ke PAK (APBD-P) 2022 sehingga tidak masuk di 2023,” jelasnya.

Sutiaji mengatakan, pembongkaran pagar rencananya dilakukan setelah PAK tahun ini. Dengan dihilangkannya tembok pembatas, menjadikan desain Alun-Alun Tugu kembali pada konsep awal. Ia menginginkan nantinya kawasan Alun-Alun Tugu  bisa lebih dikenal monumen Tugu.

“Tahun ini dibongkar pagarnya. Kita punya taman tapi tidak bisa dinikmati. Fokus lightingnya, kita sorot ke Tugunya. Nanti menyatu sampai ke stasiun,” kata Sutiaji. (ian/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img