Kedudukan agama Islam kerap dipandang sebagai ajaran yang hipokrit karena mengedepankan unsur-unsur konvensional yang berfokus dan menjadikan budaya negara di wilayah Timur Tengah sebagai pedoman para pemeluknya dalam berperilaku dan berpandangan.
Di sisi lain, eksistensi perkembangan dunia Islam sering dianggap mengalami kemunduran karena terbelenggu oleh syariat-syariatnya, sedangkan dunia Barat jauh lebih berkembang karena mampu mengadopsi perkembangan teknologi dalam berbagai sektor seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial budaya. Terlebih dalam dunia jurnalis, yang mana eksistensi jurnalis yang bangga akan dunia Islam perlahan mulai surut.
Pada disrupsi Era Revolusi Industri 4.0 ini, hal-hal mencolok mengenai Islam yang seringkali mendapat sorotan dari perkembangan teknologi media massa online seperti kabar-kabar terorisme belaka, kabar kebiadaban oknum-oknum yang mengatasnamakan Islam dan berperilaku buruk, menyesatkan, serta merugikan umat manusia.
Di sisi lain, implikasi positif agama Islam dan tindakan positifnya dalam menghasilkan karya-karya terbaik yang patut diapresiasi kurang tersorot. Sehingga dengan ini, kedudukan para jurnalis Islam sangat dibutuhkan untuk memperkuat eksistensi dunia Islam di Era Revolusi Industri 4.0. Seperti yang diketahui, posisi para jurnalis cukup strategis untuk memperkuat integritas Islam di media massa.
Banyak sekali hal yang dapat dikabarkan dan dipromosikan terkait kemajuan dunia Islam di Era Revolusi Industri 4.0 ini. Contohnya mengutip dari penelitian oleh Sri (2020) yang menjelaskan bahwa para ilmuwan Islam saat ini telah banyak yang menciptakan Alqur’an digital, hingga Murrotal Alquran digital dan dapat memudahkan para tuna netra yang hendak mengaji.
Pendidikan formal yang mengacu pada kelembagaan sekolah-sekolah Islam hingga Pondok Pesantren masa kini juga banyak yang bertarafkan Internasional, memiliki kelas Billingual (mengadopsi bahasa Inggris), dan juga mampu menghasilkan siswa-siswi lulusan terbaik yang mampu bersaing dengan siswa-siswi dari luar negeri.
Kemajuan pendidikan Islam tersebut dapat menjadi pilihan utama bagi para jurnalis Islam yang hendak menonjolkan kemampuan Islam dalam menyambut kemajuan peradaban masa kini. Selain itu, kemajuan dunia Islam juga dapat dikabarkan atas eksistensi penelitian-penelitiannya di bidang Biologi dan Kedokteran
Contohnya seperti Nevi dalam portal Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia di tahun 2018 lalu, yang menghasilkan adanya ekstrak efektivitas jintan hitam atau tanaman habbatussauda sebagai penangkal bakteri, yang mana nantinya kandungan tersebut dapat diadopsi oleh perusahaan-perusahaan farmasi dalam memproduksi produk-produk antiseptik.
Apabila tanaman khas Islami yang semula hanya dipercayai khasiatnya karena berbasis Alquran semata, kini hal demikian dapat diuji secara ilmiah menggunakan kemajuan laboratorium. Apabila kabar mengenai pendidikan dan kesehatan dirasa cukup monoton untuk dikabarkan melalui media massa, perkembangan Islam juga dapat ditunjukkan melalui eksistensi karya-karya seni.
Seperti adanya kabar mengenai arsitektur Islam seperti Mimar Sinan asal Turki yang meninggalkan karya-karya masyhur, dan jejaknya tersebut diikuti oleh arsitek Muslim sekaligus Wali Kota Jawa Barat Ridwan Kamil yang mendesain Masjid As-Safar di area Tol Cipularang.
Selain itu, kabar mengenai kemajuan karya seni Islam di Era Revolusi Industri 4.0 ini, juga dapat ditinjau dari keberadaan Komikus Islam yang telah menerbitkan karya seninya pada website internasional seperti Webtoon, dan karya tersebut selain dinikmati oleh para pembacanya, juga mampu menyisipkan materi-materi Islami dengan cara yang cukup inovatif.
Apabila disimpulkan, langkah seperti ini merupakan cyber dakwah secara terselubung, yang mana selain memajukan eksistensi dunia Islam, juga tidak serta-merta meninggalkan syariat agama Islam.
Komik yang berjudulkan ‘Komik Islami Seru’ ini menceritakan tentang perjalanan seorang pemuda dan pemudi dalam kehidupan sehari-hari yang ceroboh, namun masih bertekad untuk menjadi pribadi yang baik dan membanggakan lingkungan sosialnya.
Sedangkan untuk dapat bersaing dengan komik-komik pada umumnya, pengenalan komik Islami ini tentunya membutuhkan peranan dari para Jurnalis untuk mengabarkan bahwa dakwah Islam masa kini telah berbeda dengan masa lampau.
Yang mana dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih mudah diterima oleh masyarakat, tidak mengandung materi yang susah dicerna, dan sesuai dengan audiens dari setiap kalangan umur, jenis kelamin, serta latar belakang sosial.
Adanya peranan para jurnalis Islam di Era Revolusi Industri 4.0 yang nantinya turut memberitakan hal-hal baik terkait kemajuan dunia Islam masa kini, dapat menggerakkan para pemeluk agama Islam yang memiliki minat dan bakat serupa. Harapannya, mereka akan merasa termotivasi dan tergerak untuk mendistribusikan karyanya, idenya, hingga gagasannya untuk mendulang perkembangan kemajuan agama Islam dengan cara yang lebih bervariasi.
Selain itu, dengan mempromosikan kemajuan dan karya dari pemeluk agama Islam melalui media massa cetak dan online di Era Revolusi Industri 4.0 ini, jurnalis Islam juga dapat menjadi penyeimbang dari banyaknya kabar-kabar mengenai dunia Islam yang tidak luput dari sorotan massa akan perangainya dalam politik identitas agama, gerakan-gerakan separatisme yang menyebabkan perpecahan dunia dan masalah ketahanan serta keamanan nasional. Kemudian, dengan adanya kemajuan Islam dalam mengadopsi teknologi yang diselaraskan dengan promosi kemajuan Islam di media massa, juga dinilai dapat menjadi wadah untuk mengajak masyarakat Islam dan non-Islam saling bertoleransi, saling bekerjasama untuk menciptakan kerukunan dan juga kebersamaan untuk menghargai apa yang dilakukan demi perdamaian dan menyambut kemajuan peradaban di masa depan.
Kemajuan dunia Islam tidak luput dari para pemeluknya yang berkomitmen untuk menghargai dan mengapresiasi kemajuan itu sendiri. Yang mana dengan adanya adopsi teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 ini, dapat menjembatani para pemeluk Islam untuk tidak berkecil hati dan menganggap agamanya sebagai agama konvensional, tradisional, dan ketinggalan zaman.
Di sisi lain, dengan adanya berita-berita di media massa mengenai apresiasi kemajuan Islam bagi para pemeluknya tersebut, akan mendorong para pemeluk agama Islam untuk selain berdakwah, juga mampu serta mau berkarya dan bersaing dengan kemajuan teknologi dunia Barat.(*)