spot_img
Wednesday, May 15, 2024
spot_img

Silaturahmi Malang Posco Media pada Mahasiswa Alumni Timur Tengah; Jadi Mahasiswa Umm Al- Qura, Naik Haji Tujuh Kali

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG– Setiap anak atau orangtua pasti mempunyai cita-cita dan keinginan menempuh pendidikan di lembaga favorit yang diidamkan. Demikian juga yang diinginkan Abdul Adzim Irsyad, dosen Universitas Negeri Malang (UM) yang mengajar di bidang Pendidikan Bahasa Arab ini.

Hanya saja, Ustadz Adzim, begitu sapaan akrabnya, pria kelahiran Jember, tahun 1977 ini tidak menyangka jika sampai bisa diterima sebagai santri dan mahasiwa di Universitas Umm Al- Qura University, Makkah Al-Mukarramah. “Kampus itu adalah universitas terbesar di Mekkah. Saya mengambil Pendidikan Bahasa Arab,” katanya ketika ditemui Malang Posco Media, Minggu (3/4).

Ia menempuh pendidikan selama tujuh tahun. Mulai tahun 1997 sampai 2004. ‘’Awalnya tidak menyangka jika diterima di kampus impiannya saya. Karena yang mendaftar dan persaingannya sangat ketat, peminatnya dari berbagai penjuru dunia,’’ tambahnya.

Selama menempuh pendidikan Kota Mekkah itu, lulusan Madrasah Aliyah Ma’arif Jember ini, mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah Mekkah, serta tinggal di asrama dekat kampusnya. ‘’Tidak banyak mahasiswa Indonesia yang diterima di universitas tersebut,’’ tuturnya.

Karenanya kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Banyak pengalaman yang didapatkan selama menempuh pendidikan di Kota Mekkah. Salah satunya dapat melaksanakan ibadah haji sampai tujuh kali. “Saya bisa melaksanakan ibadah haji sampai tujuh kali. Kebetulan kampusnya berada di Mekkah, otomatis bisa menunaikan ibadah haji berulang kali,” lanjutnya.

Di sana, ia juga berkenalan dengan banyak tokoh ulama dan tokoh-tokoh luar biasa. Seperti imam Masjidil Haram, bahkan banyak bertemu Ulama dari Indonesia. Seperti  mantan Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqiel Siradj itu juga alumni Alumni S2 dan S3 University of Umm Al-Qura dengan jurusan Aqidah / Firasat Islam. “Dulu sewaktu saya menempuh kuliah di sana, tidak banyak teman mahasiswa yang berasal dari daerah sekitar Saudi Arabia. Justru pemerintah Mekkah banyak menjaring mahasiswa dari luar negeri. Tujuannya memberikan motivasi kepada pelajar di sana,” ucap Ustadz Adzim yang juga Ketua Lazis Masjid Sabilillah ini.

Selama menempuh pendidikan, Ustadz Adzim juga melewati moment Bulan Suci Ramadan, yang paling dinantikan seluruh umat Islam, termasuk dirinya. Selama Ramadan, Ustadz Adzim menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengaji. “Saya lebih banyak beribadah dan mengaji,” kata Ustadz Adzim, yang kini berdakwah dan santrinya ada dari beberapa negara, seperti Singapura dan Malaysia.

Pada Bulan Ramadan masyarakat di sana berlomba-lomba membagikan takjil atau makanan gratis untuk buka puasa. “Sebagai mahasiswa, tentu senang. Di sana orangnya ramah. Ahkan mereka tidak hanya membagikan makanan gratis, tetapi juga memberikan uang kepada pelajar seperti kami,” lanjutnya.

Pada awal awal menjadi mahasiswa tahun 1997, ia sempat mengalami Culture Shock saat pertama kali berada di Kota Mekkah. Culture Shock adalah suatu perbedaan yang asing diketahui oleh orang lain. Misalnya, perbedaan budaya, komunikasi, dan lain sebagainya. “Ketika mereka bertemu dengan orang yang tidak sependapat, menurut mereka harus diluruskan karena tidak sesuai dengan ajaran mereka,” kenangnya.

Yan menjadi kenangan dan sejarah baginya, Ustadz Adzim menjadi salah satu anggota pendiri Sekolah Indonesia Mekkah (SIM), yang dibangun pada tahun 2000. Saat ini sudah ada 500 siswa di sana mulai jenjang SD, SMP dan SMA. “Modal awalnya dari donatur. Kemudian, karena berkembang baik, biayanya dari wali murid yang disana,” ungkapnya.

Setelah pulang dari Mekkah, Ustadz Adzim meneruskan pendidikan S3 di Indonesia serta mengajar di Universitas Negeri Malang. Kini ia juga sedang mendirikan pesantren di Malang, tepatnya di daerah Klayatan, Kelabang, Keluragan Bakalan Krajan Kota Malang. Pesantren tersebut masih dalam tahap pembangunan. Rencananya Ramadan 2022 ini mulai menerima santri. “Targetnya Ramadan ini, kami sudah menerima sekitar 20 sampai 25 santri,” pungkasnya. (mda/udi)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img